CINTA SEORANG PANGERAN

Akad Nikah



Akad Nikah

0Nizam berulangkali mengucapkan rasa syukur melihat kesediaan Alena. Ia juga merasa sangat lega karena akhirnya Ia sudah berterus terang kepada Alena dan orang tuanya. Beban yang menghimpit jiwanya selama ini langsung hilang.     
0

"Ok. .. baiklah. Sekarang apa rencana kalian? Apa kalian mau penjajakan dulu, tunangan dulu atau langsung menikah." Tanya Ayahnya Alena.     

Dan Nizam menjawab dengan cepat.     

"Tentu saja menikah langsung. Saya meminta maaf Pak. Tetapi kedatangan saya kemari memang untuk menikahi Alena. Saya pikir sudah cukup masa penjajakan bagi kami selama di Amerika. Jadi Saya memohon Alena sekarang juga. Mengingat nanti malam Kami harus segera ke Amerika untuk persiapan masuk kuliah kembali. Mungkin ini juga sedikit terlambat karena perkuliahan sudah dimulai besok waktu Amerika."     

Orang tua Alena tercekat. Ini anak mau akad nikah Kho kaya mau beli baso dipinggir jalan aja. Sebegitu gampangnya. Bagaimana persiapan dan segala macamnya.     

Nizam memahami apa maksud pikiran dari orangtuanya Alena. "Bapak dan Ibu, terus terang saya tidak memahami bagaimana adat pernikahan disini. Tapi mengingat nanti Alena akan menjadi istri saya di Azura maka Kami akan melaksanakan pesta pernikahan di sana sebagai mana mestinya pernikahan seorang pangeran. Tetapi Di sini saya hanya meminta hubungan kami disahkan secara hukum dan agama. Saya ingin sah secara agama agar saya tidak merasa berdosa apabila sedang bersama Alena. Saya juga minta Sah secara negara agar Alena mendapatkan kepastian hukum tentang statusnya. Saya tidak ingin mengikat Alena hanya berdasarkan sah secara agama saja."     

Ibunya Alena menatap Nizam penuh rasa syukur. Ia bahagia ternyata anggapan pada Nizam tadi adalah sangat salah. Ternyata Nizam sangat memperhatikan anaknya sebegitu detail.     

"Bapak mengerti. Tetapi bagaimana bisa menikah sekarang. Kita harus mengurus perizinanannya apalagi Nak Nizam bukan berasal dari kewarganegaraan Indonesia."     

"Bapak tidak usah mempersiapkan segalanya. Saya pribadi sudah mempersiapkannya. Marilah kita pergi ke Hotel Gardenia. Di sana sudah dipersiapkan segala sesuatunya. Penghulu dan petugas dari catatan sipil sudah menunggu di sana.     

Orang tua Alena saling pandang. Hotel Gardenia adalah hotel yang paling megah dan mewah. selama ini orang Surabaya sendiri tidak tahu siapa pemilik hotel itu sesungguhnya. Kabar burung mengatakan bahwa pemiliknya berasal dari negara Azura. Mungkinkah dihadapan mereka adalah pemiliknya. Oh Tuhan..Ayah Alena berbisik dalam hati. Apa Ia sekarang sedang berhadapan dengan pundi-pundi uang atau peti harta Karun. Mimpi apa istrinya ketika sedang hamil Alena hingga takdir Alena begitu aneh.     

***     

Dalam perjalanan ke Hotel Gardenia.     

Ayah dan Ibunya Alena serta Alena pergi bersama sopirnya menggunakan mobil mereka sendiri. Sedangkan Nizam sendiri didampingi oleh dua orang penjaganya menggunakan mobil Mercedes A-class. Sisanya menggunakan mobil Alphard. Tidak berapa lama mereka sudah sampai di Hotel.     

Begitu melihat rombongan Nizam datang seorang laki-laki perlente diikuti oleh beberapa manajer dan direktur lainnya segera menghampiri mereka. Mereka sudah menunggu sedari tadi. Pagi-pagi Ia ditelpon oleh Ali untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dengan kekuatan uang dan koneksi apa yang tidak mungkin dunia ini.     

Di sebuah ruangan yang luas, megah dan eksklusif sebuah meja sudah dipersiapkan. Ada dua orang pegawai dari KUA yang datang sudah siap dengan buku nikah. ada juga pegawai dari kedutaan besar negara Azura yang sengaja didatangkan langsung dari Jakarta untuk membuat surat izin menikah di negara asing. Surat-surat yang lainnya akan disusulkan seusai akad berlangsung.     

Tidak seperti di Azura dimana pengantin wanita dan pria dipisahkan saat akad tapi di Indonesia pengantin wanita mendampingi pengantin pria saat pengucapan akad nikah. Ini adalah akad nikah yang kedua bagi Nizam. Tetapi Nizam merasakan sedikit gugup karena Ia kini berada di negri orang. Dikelilingi orang-orang yang baru dikenalnya. Yang membuat kedua orang tua bahkan Alena sendiri terkejut adalah ketika Nizam menyebutkan mahar yang Ia berikan kepada Alena.     

Sebuah kalung berlian kuno yang berasal dari abad ke 18 milik dari Neneknya yang sengaja diberikan oleh neneknya untuk diberikan kepada gadis yang dicintai Nizam. Ketika kotak emas tempat kalung berlian itu dibuka maka sinar berlian yang berwarna merah muda berebut keluar dari kotak tersebut. Harganya sampai sekarang tidak bernilai saking sangat berharga. Karena berlian yang masing-masing seukuran biji jagung berjumlah lebih dari sepuluh butir dengan setiap butirnya berukuran 23 karat. Bagi Nizam sendiri harga dari berlian itu tidaklah seberapa dibandingkan nilai historisnya.     

Neneknya sekarang sudah meninggal dan kalung berlian itu adalah satu-satunya kenangan yang Ia miliki dari Neneknya itu. Sementara itu ibunya Alena melotot ke arah berlian itu. Terbayang betapa mahalnya harga berlian itu. Seandainya Ia memakainya ke acara arisan sosialita yang biasa Ia ikuti, bisa pada pingsan semua teman-temannya. Selain itu Nizam juga memberikan sebuah cincin berlian berwarna biru berbentuk hati yang sengaja dibelinya di Amerika untuk diberikan pada Alena sebagai surprise waktu malam itu. Ibunya benar-benar serasa sedang bermimpi yang sangat mustahil.     

"Barakalloh....Semua orang langsung mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Mendoakan kedua mempelai yang sudah Sah. Sekarang Alena menjadi istri Nizam. Nizam merasa sangat bahagia tetapi bagi Alena perasaan ini malah jadi perasaan yang aneh karena keterkejutan yang bertubi-tubi.     

Setelah akad nikah maka mereka lalu merayakan sambil makan-makan dan ngobrol saling memperkenalkan diri. Para petugas KAU dan lainnya yang datang tak henti-hentinya bersyukur ketiban rezeki nomplok. mendapatkan uang transportasi masing-masing sebesar 10 juta diluar ongkos kendaraan.     

Kali ini menu yang dihidangkan adalah menu Eropa agar sedikit netral bagi kedua belah pihak. buket hidangan yang masing-masing seharga diatasi 3 jutaan per orang memang layak untuk pesta tipe golongan high class. Nizam berulangkali melirik Alena yang tampak malas-malasan mengunyah makanannya.     

Pikiran Alena campur aduk antara galau, bahagia, takut dan rasa tak percaya. Apakah sebentar lagi Ia akan bagai burung dalam sangkar emas atau bagaimana. Bagaimana kelak hidupnya nanti di Azura. Ia tidak seperti kedua orangtuanya yang pernah ke Azura. Ia belum pernah menginjakkan kakinya ke sana. Lalu bagaimana dengan istri pertama Nizam. Dan Nizam seakan merasakan kegalauan istrinya. Ia sendiri tidak banyak bicara. Hanya mengiya-iyakan saja ketika orang-orang ramai mengobrol.     

Menjelang Anshar acara baru beres.     

Orang tua Alena tampak mau pamit.     

"Apa bapak dan ibu tidak hendak menginap di hotel kami?" Tanya Nizam.     

"Ah tidak Nak.. silahkan saja. Kami masih ada urusan mau mengurus acara selamatan. Kami orang Indonesia biasanya suka mengadakan acara syukuran jika mengalami kejadian besar. Keluarga besar kami tentu harus mengetahuinya.     

"Tapi Ayah, Alena tidak bisa menghadiri acarnya karena Alena harus ke Amerika malam ini juga.". Alena memegang tangan ibunya.     

"Tidak apa-apa sayang. Pergilah dengan restu kami. Oh ya kapan kalian akan ke Azura, untuk meresmikan hubungan kalian di sana?" Tanya Ibunya Alena.     

"Mungkin pada saat liburan semester tujuh kami akan pulang. Dan tentunya Ayah dan Ibu harus datang."     

Ketika Nizam mencium tangan Ayahnya Alena Nizam berkata. " Pak besok akan ada pegawai bank yang akan memberikan buku rekening tabungan yang sudah saya isi. Uang tersebut bisa digunakan untuk melunasi utang pada Pak Hartono, sisanya bisa digunakan untuk membuka usaha baru. Dan Orang-orang Kami sekarang sedang berusaha memulihkan nama baik bapak. Karena perijinan ilegal itu ternyata bukan salah bapak tetapi bapak malah yang menjadi korban."     

Ayah Alena tercengang menatap menantunya. tidak dapat ditahan Ia memeluk menantunya dan menangis seraya mengucapkan banyak terimakasih. Ibunya Alena juga menangis terharu. Ia mendekap Alena.     

"Tuhan begitu baik pada kita Alena. Alloh menolong ayahmu melunasi hutang nya dan Alloh juga memberikanmu jodoh yang begitu baik. " Ibunya Alena menghapus air matanya yang terus berderai     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.