CINTA SEORANG PANGERAN

The power of Money



The power of Money

0

Mobil meluncur ke Apartemen Alena. Tidak berapa lama mereka sudah sampai di apartemen Alena. Alena terlihat sudah sangat mengantuk, Matanya tetap terpejam ketika Nizam mengajaknya turun.

0

"Alena..sweety bangun.." Nizam menepuk-nepuk pipi istrinya. Kemudian pintu terbuka dari luar. Ali sudah berdiri di depan Nizam yang posisi masih duduk. Kemudian Nizam menurunkan kakinya ke bawah. Sementara itu Tangannya masih menyanggah kepala Alena yang terkulai di bahunya.

"Fuad. Kamu masuk ke dalam, lalu minta ijin masuk ke penjaga apartemen mintakan ijin kita masuk ke apartemennya. Pastikan apartemennya siap untuk Aku pakai. Kalau apartemennya tidak memenuhi syarat untuk aku tinggali. Kita pergi saja ke hotel terdekat. dan Kamu Ali tetap saja disini"

Fuad dan Ali mengangguk dan kemudian Fuad segera berlalu masuk ke dalam gedung tempat kamar apartemen milik Alena. Setelah ngobrol dengan penjaga apartemennya. Fuad kembali lagi ke Nizam.

"Yang mulia, Penjaga Apartemen tidak mengijinkan kita masuk. Kecuali Tuan Putri Alena yang datang langsung."

"Sudah aku duga." Nizam sedikit kebingungan Ia melihat ke wajah Alena yang tetap terlelap tidur. "Apa dia reinkarnasi dari putri tidur?" Nizam menggerutu sambil kembali menepuk-nepuk pipi istrinya.

"Alena bangunlah, bukankah tadi Kamu yang minta kita untuk ke apartemenmu? Kita tidak bisa masuk kalau penjaga apartemenmu tidak melihatmu. Ayolah bangun"

Alena malah mengguman tidak jelas. Nizam kebingungan lalu tiba-tiba Ia tersenyum lebar. Ia menggeser Alena agar masuk kembali ke dalam mobil, lalu menutup pintu mobil. Penjaganya hanya berdiri saja diluar mobil tidak berani bertanya apapun walaupun mereka heran kenapa Nizam masuk lagi ke dalam mobil dan menutup kembali pintunya.

Nizam menatap wajah Alena yang begitu lelap. Ia lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Alena dan mulai menciumnya perlahan-lahan. Ia mengatur temperatur tubuhnya sendiri agar tidak terlalu panas sehingga Ia tidak terbakar dan lepas kendali seperti tadi. Alena mulai merasakan efek rangsangan yang diberikan suaminya. Ia menggeliat dan menggelinjang dalam buaian ciuman suaminya. Antara mimpi dan nyata Ia merasakan suatu sensasi keindahan, hingga kemudian mata Alena yang terpejam tiba-tiba terbuka dan terbeliak.

"Akh .." Alena lagi-lagi memekik. Nizam melepaskan ciumannya dan tersenyum. Alena mengusap-usap bibirnya yang tiba-tiba terasa sakit.

" Kamu mengigitku Nizam?? Kenapa Kamu suka sekali mengigitku?" , Alena berkata sambil menatap wajah suaminya.

"Aku susah membangunkan mu, Kamu selalu terlelap setiap ada kesempatan."

" Aku selalu mengantuk" Alena membela diri,

"Rasa ngantuk yang terlalu berlebih-lebihan diakibatkan kurangnya oksigen pada tubuh kamu. Kamu pasti kurang berolahraga."

"Iya..Aku malas berolahraga. Ajari aku berolahraga ya suamiku." Alena menatap manja. Tapi Nizam kini tidak terpengaruh.

"Baiklah akan aku ajari kamu olahraga. Kamu mau olahraga apa??"

"Olahraga renang." Kata Alena sambil tersenyum nakal. Nizam mendorong kepala Alena dengan jarinya.

"Jangan harap Kamu bisa menggodaku lagi" Kata Nizam sedikit sengit.

"Aku tidak boleh menggodamu tapi Kamu malah menciumku bahkan menggigitku hingga aku kesakitan. Kamu curang." Alena mengajukan protes pada suaminya.

Nizam tertawa. "Kalau Aku yang menggodamu Aku masih bisa mengendalikan diri tapi berbeda kalau kamu yang menggodaku, Ayo Alena kita masuk ke apartemenmu. Aku sudah letih." Nizam turun dari mobilnya dan melangkah ke luar. Alena mengikuti dari belakang.

Penjaga Apartemen menatap Alena dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa Alena yang tidak pernah terlihat bersama seorang pria manapun tiba-tiba muncul di hadapannya pada malam hari dengan tiga orang pria sekaligus. Ternyata wanita yang kelihatannya baik-baik saja bisa memiliki kehidupan yang liar. Tapi penjaga itu tentu saja tidak berani bertanya hal pribadi seperti itu pada Alena langsung. Hanya dari pandangan dan raut wajah yang terlihat seperti melecehkan Alena. Alena tentu saja tidak menyadarinya. Ia hanya berdiri saja disamping Nizam sambil sesekali menguap dengan mata sayu.

Hanya Nizam yang mengetahui tentang hal itu dan ia terlihat sangat tidak suka istrinya diperlakukan seperti itu walau hanya sekedar dari raut wajah atau tatapan mata.

"Apa ada kamar yang kosong di apartemen ini yang letaknya selantai dengan kamar Alena?" Tanya Nizam sambil meletakkan uang 100.000 Dolar ke depan penjaga itu. Penjaga apartemen itu langsung merubah gaya berbicaranya di depan Nizam. Posisi tubuh yang asal-asalan seketika jadi tegak dengan hormat. The power of money is working.

"Oh ada. Ada yang kosong. Ini kunci apartemen Miss Alena dan ini kunci apartemen yang kosong. Tepat disamping kamar Miss Alena."

"Thanks..Oh ya Tuan..mm siapa?.." Nizam bertanya panggilan penjaga apartemen itu karena belum tahu namanya.

" David Tuan. Panggil saja saya David.."

"Oh ya David. Saya dan Miss Alena baru saja menikah. Kamu sekarang bisa memanggilnya Mrs. Nizam karena nama Saya adalah Nizam, dan dua orang laki-laki itu adalah teman saya yang akan meninggali kamar yang baru disewa tadi."

Nizam memberi penegasan tentang posisi Alena. Wajah penjaga itu langsung berubah merah. Hatinya langsung merasa tidak enak atas prasangkanya pada Alena. Sekaligus keheranannya pada Nizam yang seakan bisa menebak langsung isi hatinya.

Begitu masuk ke apartemen yang untungnya bersih karena memang Mrs Nancy membersihkan apartemennya setiap hari. Alena langsung naik ke tempat tidur. Nizam hanya menggelengkan kepala melihat Alena naik ke tempat tidur dengan sepatu masih dikakinya. Nizam melepaskan sepatu Alena lalu membetulkan posisi tidurnya. Nizam sendiri sebelum tidur Ia mandi dahulu dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang nyaman dipakai tidur. Nizam meletakkan guling di tengah mereka sebelum tidur.

****

Alena tidak pernah membuat sarapan sendiri. Ia terlihat kikuk ketika melihat Nizam melakukannya untuk Alena. Mereka baru selesai sholat subuh ketika Alena bilang Ia sangat lapar. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi hari. Walaupun lapar sebenarnya Ia tidak pernah sarapan sepagi ini. Ia biasa sarapan pukul 8 setelah Mrs. Nancy membuatkan untuknya. Ia duduk di dapur melihat Nizam menggoreng telur memanggang roti yang dibawakan oleh penjaganya. Nizam juga memanggang sosis sapi, menaburinya dengan bumbu barbeque. Ia juga mengoleskan cream keju pada roti bakarnya. Bagaimana bisa pangeran yang hidupnya dikelilingi oleh para pelayan melakukan hal itu. Sementara Ia hanyalah orang kaya biasa. Anak manja yang taunya cuma bersolek dan shopping.

Nizam sangat puas melihat Alena mengagumi nya. Ia menata makanannya dipiring dan menghidangkannya ke hadapan istrinya.

"Aku sering mengadakan traveling dan belajar untuk tidak mengandalkan para pelayan dan penjaga. Aku hidup dengan kewaspadaan yang penuh sehingga Aku harus menguasai cara mengurus diriku sendiri."

"Oh Nizam.. betapa Kamu membuatku selalu kagum." Alena merentangkan kedua tangannya hendak memeluknya. Tapi Nizam menahannya " Stop...jangan menyentuhku. Aku mau tidur lagi. Aku akan sarapan nanti saja. Kita mulai kuliah pukul 10.00 Aku mau istirahat sampai pukul 9.00"

"Tapi mengapa? Bukankah kita baru bangun?" Alena bertanya dengan heran.

"Aku semalaman tidak bisa tidur. Kamu tidur seperti kuda yang mengamuk. Habis badanku kena tendang kaki kamu."

"Are you kidding?" Alena menjulurkan lidahnya menuduh Nizam bercanda. Nizam tertawa mengecup pipi Alena lalu berbalik ke tempat tidur dan melanjutkan tidur. Sedangkan Alena makan menikmati hasil masakan suaminya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.