CINTA SEORANG PANGERAN

Lebih Baik Aku Jadi Kudamu



Lebih Baik Aku Jadi Kudamu

0Bayangan Jonathan segera hilang dalam benaknya ketika Ia mendengar Alena berkata, "Laki - laki atau perempuan sama saja yang penting dua anak cukup."     
0

"Dua anak cukup? Mengapa dua anak cukup. Menurut Pangeran Thalal, di Azura semakin banyak anak semakin baik kerena akan semakin banyak anggota dinasti keluarga tersebut." sahut Cintya kepada Alena. Alena tertawa kecil.     

"Itu slogan keluarga berencana di negaraku. Untuk menekan angka kelahiran di negaraku yang melesat pesat maka pemerintah mengeluarkan slogan, dua anak cukup. Laki atau perempuan sama saja."     

  "Slogan yang aneh,"     

"Ga aneh sih, karena di negaraku jumlah penduduknya sudah banyak. coba di negara Finlandia. Mereka bahkan akan membayar warga negaranya yang mau punya anak. Tidak terbayang dinegaraku kalau setiap anak yang lahir akan dapat bayaran. Maka Pulau kami mungkin akan cepat tenggelam karena kelebihan penduduk." kata Alena lagi.     

"Kau semakin pintar Alena. Kau harus mulai mempelajari kehidupan sosial di Azura agar bisa membantu Nizam di dalam memimpin negara." kata Cynthia.      

"Kau benar Cynthia. Istriku ini sangat pintar dan Ia semakin siap menjadi Ratu Azura." Kata Nizam sambil merangkul Alena dari pinggir. Menatapnya dengan penuh cinta.     

Alena memalingkan wajahnya dan tersenyum, "Aku hanya berharap semua akan baik - baik saja ke depan. Karena Aku merasa kalau semakin ke depan akan semakin banyak bahaya." suara Alena tampak terdengar pesimis.     

Nizam,  Arani dan Cynthia terdiam. Mereka menjadi tenggelam dalam pikirannya masing - masing. Saat ini suasana memang semakin tidak menentu. Kekuatan Perdana Menteri Salman malah semakin kuat mendominasi para pejabat dan para yang tetua. Para mentri yang diangkat langsung oleh raja Walid hampir semuanya berada di kubu Perdana Menteri Salman.      

Pihak oposisi yang sebenarnya ada dikubu Nizam tampak ditekan habis - habisan sehingga mereka jadi tidak berkutik. Setiap kali ada suatu keputusan maka suara mereka yang minoritas itu akan tenggelam ke dalam suara yang mayoritas.     

Kesehatan Raja Walid semakin menurun dan tampak tidak ada harapan. Padahal setiap hari obat masuk ke dalam perutnya. Tetapi kelihatannya malah semakin parah.     

Nizam menghela nafasnya. "Bagaimana kalau hari ini kita belajar berkuda saja. Agar hati yang cemas dapat sedikit di sembunyikan. Bukankah acara berburu tahunan sebagai lanjutan dari perayaan ulang tahun Ibuku akan segera diselenggarakan." Nizam mengusulkan untuk belajar berkuda bagi Alena.     

Pada acara berburu. Para putri di dalam harem biasanya ada lomba naik kuda dan bagi pemenangnya ini adalah suatu kebanggaan dan akan dihormati di dalam harem. Sebenarnya lombanya tidak terlalu berat hanya berkuda saja sambil sedikit berpacu.     

Nizam tahu kalau Alena tidak bisa berkuda jadi dia akan mengajarkan Alena berkuda walaupun mungkin tidak menang minimal dia tidak akan kalah dengan memalukan.     

"Aku tidak bisa berkuda, aku takut dengan kuda. Dua binatang yang paling aku takuti adalah kuda dengan anjing."     

"Lah... waktu Pangeran Thalal membawa Singa dan macan kau tidak takut dan bahkan langsung dapat berkomunikasi dengan mereka." Nizam seperti tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Bagaimana bisa istrinya yang tidak takut singa dan macan jadi takut sama anjing dan kuda.     

"Yang Mulia. Apa Anda memiliki mata yang normal. Anjing dan Kuda itu tidak bisa dibandingkan dengan Singa dan Macan. Aku memiliki pengalaman buruk dengan Anjing karena pernah dikejar Anjing saat sedang bermain dengan teman dan Kuda adalah makhluk yang paling mengerikan. Aku takut ditendang olehnya."     

Nizam tertawa mendengar cerita Alena. Apalagi Arani, Ia tertawa sampai ingin pipis mendengar Alena dikejar Anjing waktu kecil.     

"Jangan khawatir Alena, Ada aku yang akan mengajarimu menunggang Kuda. Kuda yang disediakan untuk para putri adalah kuda jinak yang sudah diperkenalkan dengan penunggang wanita. Sehingga mereka terbiasa dengan segala jenis wanita. Mereka tidak pernah diajak berburu dan dipergunakan hanya untuk keperluan berjalan - jalan di sekitar istana atau arena berkuda. Larinya juga sangat lambat dan tidak terlalu tinggi - tinggi. Jadi kau tidak usah khawatir. Aku akan selalu berjaga di sisimu."     

"Apa tidak ada alternatif lain gitu?"     

"Alternatif bagaimana maksudnya?     

"Balapan motor saja bagaimana? Aku masih bisalah kalau naik motor."     

Sekarang giliran Cynthia yang tertawa, "Ini Azura bukan Indonesia. Mana ada wanita naik motor di sini."     

"Kalau begitu naik sepeda?"     

"Ga ada sepeda juga."     

"Ya udah naik keledai aja, Keledai itu lebih pendek daripada Kuda."     

"Kenapa ga naik gajah aja sekalian. Gajah itukan lambat...," Cynthia menggoda Alena.      

Nizam menggelengkan kepalanya, Ia menarik tangan Alena. "Cynthia titip anak - anak dulu. Aku mau mengajari istriku berkuda." kata Nizam.     

"Lagi - lagi Aku yang menjaga anak - anakmu. Tahu aku cuma dijadikan baby sitter aku ga akan mau ikut ke Azura. Aku tinggal saja di Amerika jadi pegawai perusahaan telekomunikasi."     

Nizam seketika mendelik, dan Cynthia langsung melarikan diri sambil berteriak, " Axel, Alexa... mari sini sama Aunty. Aunty akan menjagamu sampai Aunty menutup mata." kata Cynthia sambil memeluk ke dua anak Nizam dengan penuh kasih sayang. Ia hanya main - main dengan Nizam. Baginya menjaga si kembar itu merupakan anugrah dan sampai Ia mati, Ia tidak akan pernah meninggalkan si kembar.     

"Maafkan kami Cynthia. Kami akan segera kembali," teriak Alena yang ditarik Nizam.     

"Tidak usah buru - buru Alena. Aku akan selalu menjaga anak - anakmu. Kau jangan khawatir. Berlatih yang keras. Kau harus menang dalam lomba berkuda bersama para putri." Teriak Cynthia sambil mengepalkan tangannya.     

Alena membalas sambil mengacungkan jempolnya.     

"Nizam... Nizam... jangan buru - buru dong. Lagipula Aku memang tidak bisa berkuda dan Aku takut kuda. Tolong Aku." Alena merengek sambil mengikuti langkah Nizam yang panjang - panjang.     

"Sebenarnya kau bisa apa? Masak ga bisa, menari ga bisa, olah raga juga tidak ada satu cabangpun yang kau kuasai. Kau tahu ini harem tempat para putri berkompetensi. Kapan kau bisa mengangkat mukamu di depan para tetua kalau kau tidak mampu menonjolkan dirimu ?" Nizam tiba - tiba berbalik menghadap ke arah Alena.     

"Aku bisa bercinta, itu keahlianku. Apa perlu aku buktikan di depan tetua?" kata Alena sambil mengedipkan matanya dengan genit membuat muka Nizam merah padam.     

"Kau memang sangat nakal! Tidak pernah berubah." kata Nizam sambil mengacak - acak rambut Alena.     

"Aku serius Nizam. Aku tidak bisa berkuda. Aku minta ampun. Lebih baik Aku jadi kudamu saja ya? Kau boleh naik ke atas tubuhku sepuasmu. Asal jangan ajari Aku naik kuda." Alena memohon. Tangan Nizam yang besar itu bergerak dengan cepat. Telapak tangannya memukul tubuh Alena bagian belakang membuat Alena berteriak histeris karena kaget. Para pelayan yang berjalan di di lorong samping tampak langsung terperanjat kaget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.