CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Seperti Menikahi Seorang Gay



Aku Seperti Menikahi Seorang Gay

0Alena tampak terdiam sambil memperhatikan Axel dan Alexa bermain. Kebetulan Atha sedang tertidur di dalam. Cintya duduk di sampingnya dengan wajah yang sama murungnya dengan Alena.     
0

Bunga - bunga adenium tampak sedang mekar dengan indahnya. Warnanya merah, kuning, putih bermunculan di sebalik rimbunan daun, Batangnya yang menyerupai botol - botol saling berbelit itu menambah keunikan bunga itu.     

Walaupun bunga - bunga itu indah tetapi bagi Alena dan Cintya tidak menimbulkan perasaan bahagia sama sekali. Kematian Putri Nadia sangat mengguncangkan hati keduanya. Apalagi mereka tahu kalau yang meracuni Alena adalah Putri Nadia. Mereka sama sekali tidak mengira kalau Putri Nadia yang baru masuk ke dalam harem langsung bertindak begitu berani.     

Alena memegang lehernya seakan nyawanya sudah sampai ke tenggorokan. Semua permasalahan ternyata sumbernya dari Alena. Dia yang diincar oleh semua orang. Alena merasa memiliki banyak musuh.     

Cintya menoleh ke arah Alena sambil menghela nafas."Ini semakin rumit saja Alena. Sepanjang otaknya belum mati maka orang - orang yang mengancammu terus bermunculan. Ibaratnya mati satu tumbuh seribu." kata Cintya kepada Alena. Alena menganggukan kepalanya.     

"Kau benar, mereka sebenarnya tidak menginginkan Nizam mati tetapi yang mereka incar adalah Aku. Aku jadi ketakutan, apakah nanti yang akan terjadi ke depannya."     

"Kalau menurutku, sekarang bukan hanya kau yang diincar tetapi Nizam juga mereka incar."     

"Oh ya? Tapi kenapa? Nizam itukan calon raja mereka, sangat mustahil kalau Nizam akan jadi incaran mereka. Buktinya selama ini, Aku yang terus bermasalah. Racun, kalung, tuduhan selingkuh dan banyak lagi. Aku yang selalu jadi bulan - bulanan."     

"Tapi bersyukurlah Alena, sampai saat ini Tuhan masih melindungimu. Kau selalu selamat dari kejahatan orang lain. Kau selalu beruntung."     

"Mungkin Aku memang beruntung tetapi entahlah Aku khawatir kalau " keberuntunganku lama - lama akan habis juga." ucap Alena sambil melihat ke arah Alexa yang sedang duduk sambil memainkan mainannya. Sebuah boneka kelinci yang lucu. Tetapi Alena kemudian melihat Axel merebut mainan itu dari tangan Alexa. Alexa langsung menangis dan berusaha merebut kembali mainannya yang diambil Axel. Axel melotot dan dengan secepat kilat tangannya bergerak. Dipukulnya kepala Alexa oleh boneka itu. Alexa semakin menjerit kesakitan.     

Alena langsung memburu mereka dan menggendong Alexa. Melihat Alexa digendong ibunya. Axel menjadi cemburu dan segera merangkul kaki Alena sambil mengoceh,     

"Muya...Muya...Aku.. mauu..." celotehnya sambil menarik - narik gaun Alena. Alena baru mau membungkuk untuk mengambil Axel tapi seseorang sudah mengambilnya duluan.     

"Sama saudara tidak boleh seperti itu! Tidak boleh nakal ya! Kelak kalian harus bahu membahu saling membantu satu sama lain." Kata orang yang mengambil Axel/     

Alena menoleh dan Ia memekik, "Nizam!" Teriak Alena dengan senang. Nizam mencium pipi Alena sambil tersenyum.     

"Bagaimana? Apakah semua beres?" Alena menanyakan kabar urusan Putri Nadia kepada Nizam. Nizam malah mengocek - ngocek kepala Alena dengan tangan kirinya.     

"Aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu." kata Nizam sambil menciumi Axel dengan gemas sehingga Axel tertawa - tawa. Alexa yang ada di dalam gendongan Alena menjadi iri kepada Axel karena Ia juga ingin digendong Ayahnya.     

Kedua tangan Alexa terhulur ke arah Nizam karena ingin digendong juga tetapi Axel tahu kalau Alexa ingin digendong sehingga Ia malah merangkul leher Nizam dengan erat. Melihat Axel malah semakin erat merangkul Nizam maka Alexa mulai mengamuk. Tubuhnya  meronta - ronta ingin digendong Nizam.     

Hingga kemudian tangan kiri Nizam terhulur dan meraih Alexa. Nizam menggendong dua anaknya sekaligus. Alexa tertawa senang. Ia tidak tahu kalau ibunya cemberut karena cemburu kedua anaknya tampak ingin digendong oleh ayahnya dan meninggal dirinya sendiri.     

Alena akhirnya mengomel panjang lebar kepada kedua anaknya itu.  "Aku ini orang yang mengandung kalian, melahirkan kalian dengan taruhan nyawa, menyusui kalian selama dua tahun.     

Jadi beginikah balasan kalian? Dua - duanya ingin menjadi anak Buya dan tidak ada yang ingin jadi anak Muya? Memang luar biasa kalian ini."Kata Alena sambil cemberut melihat ke arah Axel dan Alexa yang tampak sangat nyaman digendong oleh ayahnya.     

"Ga usah baper begitu Alena. Mereka terpesona karena ketampanan Ayahnya." kata Nizam sambil tersenyum. Ia lalu menurunkan kedua anaknya ke lantai dan kemudian bercanda dengan mereka. Mereka sudah lama tidak bertemu Nizam sehingga mereka kelihatannya sangat rndu kepada ayahnya.     

Alena melangkahkan kaki meninggalkan Nizam yang bermain - main dengan anaknya. Alena melihat Arani yang sedang berbincang dengan Arani. Alena melihat perut Arani tampak semakin membukit. Arani sudah tidak bisa memasukan pakaiannya ke dalam celana. Arani mengenakan kemeja longgar dengan jas yang tidak dikancingkan     

  Tangan Alena terhulur dan mengusap perut Arani dengan penuh kasih sayang. "Sudah berapa bulan sekarang?" tanya Alena kepada Arani.     

Arani menjawab,"Hampir lima bulan., Yang Mulia" Arani menjawab dengan penuh rasa hormat.     

"Sudah di USG?" tanya Alena lagi.     

"Iya tetapi hamba belum dapat melihat jenis kelaminnya." Arani menjawab sambil membiarkan Alena terus mengusap  perutnya.     

"Kau berharap laki - laki atau perempuan?" tanya Cintya sambil mengusap buah apel berwarna merah menggiurkan sebelum kemudian mengupas kulit apelnya.     

Arani sering kali berdebat dengan Jonathan tentang jenis kelamin anak mereka. Arani menginginkan laki - laki agar bisa menjadi seorang jendral besar seperti dirinya sedangkan Jonathan ingin anaknya perempuan. Ia ingin anaknya menjadi pengacara yang sukses seperti dirinya.     

Arani tersenyum membayangkan jika anaknya perempuan. Maka Jonathan pasti akan menjaganya agar tidak seperti ibunya. Jonathan sering berkata jika anaknya perempuan maka Ia akan mendandaninya habis - habisnya. Memakaikan perhiasan dan tidak boleh seperti laki - laki.      

Bukankah selama ini, Jonathan kadang - kadang ingin Arani memakai gaun ke pesta - pesta yang sering diadakan teman - temannya sesama pejabat keuangan Azura. Di saat istri yang lain mengenakan gaun yang indah dan perhiasan yang mahal. Arani yang jarang sekali datang dan sekalinya datang Ia pasti mengenakan stelan jas seperti laki - laki.      

Jonathan jadi sering berbisik kalau Ia seperti seorang gay yang  menikahi dengan sesama laki - laki. Bahkan Arani terlihat lebih tegap dan gagah dibandingkan dengan Jonathan yang sudah mulai memiliki banyak lemak. Dulu dia rajin bermain basket tetapi sekarang dia sibuk mengurus perusahaan pribadi milik Nizam. Sementara Arani tetap konsisten dengan latihan kemiliterannya sehingga tubuh Arani sekarang jauh lebih tegap dari dari tubuh Jonatha.      

Kalau sudah Jonathan mengeluh Ia seperti seorang gaya maka Arani biasanya mencekal tengkuk suaminya lalu menarik wajah Jonathan agar menyentuh perutnya sambil berkata dengan penuh penekanan.      

"Mana ada pasangan gay yang hamil seperti Aku. Kau jangan mengada - ngada." katanya sambil tetap menekankan wajah Jonathan ke perutnya sampai Jonathan minta ampun baru Ia lepaskan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.