CINTA SEORANG PANGERAN

Utusan Kerajaan Persia



Utusan Kerajaan Persia

0Perdana Menteri Salman memegang secarik kertas ditangannya membacanya dengan perlahan seakan ingin meresapi apa yang ditulis dikertas itu. Tetapi kemudian Ia meremasnya dan memasukan ke tong sampah almunium di samping meja kerjanya. Ia meraih korek api dan... Bush... dia memasukan korek itu ke dalam tong sampah itu. Api seketika menyala menciptakan warna jingga yang indah sebelum kemudian api itu habis menelan gumpalan kertas di  dalam tong sampah tersebut dan menyisakan abu kehitaman.     
0

"Anak kemarin sore mau bermain - main dengan orang tua yang berpengalaman. Sungguh tidak mawas diri. Jangankan putri yang baru berumur delapan belas tahun. Pangeran Nizam saja masih belum mampu mengalahkan Aku.     

Suruh siapa kau ingin membeberkan rencanaku kepada orang banyak. Kau ingin Aku di penjara karena telah menciptakan kasus kalung warisan leluhur itu. Kau ingin menyeret Aku agar menemanimu di penjara. Heh... sungguh sampah semua.     

Semua orang berkonspirasi melawanku. Ha..ha..ha... ini sangat - sangat menantang. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menghancurkan semua impian yang sudah Aku bangun sejak lama.     

Tidak putri - putri memuakkan itu apalagi pangeran Nizam. Pangeran keparat itu telah menjadi penghalang hubunganku dengan Ratu Sabrina. Bertahun - tahun Aku mengupayakan dia menjadi orang yang bisa aku kendalikan melalui anakku Putri Rheina tetapi semua menjadi gagal karena putri setan itu.      

Aku sudah tidak tahan lagi. Aku akan menyingkirkannya dengan segera. Aku harus membuat pangeran itu menderita karena kehilangan orang yang Ia cintai. Dia harus tahu bagaimana ayahnya dulu merenggut cintaku satu - satunya. Cinta yang aku pupuk sejak kecil.     

Hanya karena dia raja maka seenaknya melamar kekasih orang lain. Dan setelah kau merasakan bagaimana istri yang kau cintai tetap berada di sisiku maka kau juga harus merasakan bagaimana anakmu akan kehilangan wanita yang Ia cintai."     

Perdana Menteri Salman lalu berkata kepada Asistennya yang baru saja berganti. Ia paling sering berganti - ganti asisten. Ia adalah orang yang  temperemental dan tidak bisa mentolelir kesalahan sekecil apapun. Bahkan Ia sudah banyak melenyapkan orang  yang dianggapnya membahayakan dirinya.     

"Baron ! Siapkan pesawat kecil untukku!"     

"Anda hendak pergi kemana?" tanya asisten barunya.     

"Aku hendak ke pulau tempat Pangeran Barry. Kau beritahu semua penjaga perbatasan secara diam - diam. Aku ingin kepergianmu tidak diketahui banyak orang. dan Aku ingin besok Aku sudah kembali lagi."     

Asistennya segera bergerak cepat. Ia mengangkat handphonenya memberikan perintah sekaligus mengeceknya untuk memastikan bahwa pesawat itu siap. Tempat Pangeran Barry di tahan adalah tempat yang dijaga ketat tetapi tetap saja ada celah menuju ke sana. Beberapa penerbangan dengan pesawat kecil masih memungkinkan dan itu lebih aman dibandingkan dengan mengendarai kendaraan dari darat atau laut. Apalagi kalau para penjaga perbatasannya disuap oleh uang yang sangat banyak.     

Orang luar masih memungkinkan untuk masuk ke dalam pulau itu sepanjang Pangeran Barry-nya masih berada di dalam pulau. Karena yang diawasi dengan ketat adalah Pangeran Barry. Mereka menerapkan sistem alarm jarak jauh. Pengendali yang ditanam di kaki Pangeran Barry. Jika pangeran Barry melangkah keluar dari pulau itu maka chip alarmnya akan menyala dan meledakkan sebelah kaki dari pangeran Barry.     

Pangeran Barry sendiri sebenarnya bukan tidak bisa mencari seseorang untuk melepaskan chip tersebut tetapi Ia sendiri memang tidak ingin keluar dari pulau itu sampai Ia memiliki kekuatan penuh untuk memberontak.     

Sementara Perdana Menteri Salman bersiap pergi ke pulau tempat Pangeran Barry di tahan.  Di istana Azura, Nizam bersiap menyambut kedatangan utusan dari Kerajaan Parsia. Jenazah Putri Nadia berada di kamar jenazah rumah sakit istana Azura mereka masih menunggu keputusan dari utusan keluarga kerajaan Parsia. Yang datang adalah Perdana Menteri kerajaan parsia bersama para tetua dan pejabat pemerintah.     

Berita ini sungguh membuat mereka gempar  dan bergegas datang  dengan panik. Di istana Parsia sendiri Ratu kerajaan Parsia yaitu ibunya Putri Nadia langsung pingsan begitu mendengar kematian anaknya. Dan Nizam sudah menyiapkan diri menerima kemarahan dari orang - orang Kerajaan Parsia. Dan sialnya Perdana Menteri Salman yang seharusnya membantu untuk menjelaskan kematian Putri Nadia malah pergi entah kemana.     

Ia hanya mengatakan melalui sebuah surat resmi kalau Ia tidak bisa menghadiri pertemuan antar dua kerajaan karena ada pekerjaan yang tidak bisa Ia tinggalkan. untuk menangani permasalahan ini. Ia hanya memerintahkan humas kerajaan menangani masalah ini. Apalagi dari pihak rumah sakit resmi kerajaan  sudah mengeluarkan surat keterangan yang menyatakan kematian Putri Nadia karena bunuh diri.     

Pemeriksaan bagian dalam tidak bisa dilakukan tanpa seizin pihak keluarga jadi pemeriksaan hanya pada bagian luar. Dan Nizam sebagai suami secara adat kerajaan tentu tidak bisa mengelak dari tanggung jawabnya. Ia hanya akan mengandalkan kepintarannya berbicara dan pertolongan asisten Putri Nadia sebagai saksi kunci yang dapat dipercaya oleh pihak kerajaan Persia.            

Nizam juga harus berusaha melindungi ibunya yang sudah mencambuk Putri Nadia. Seandainya pihak istana kerajaan Persia tahu apa yang terjadi sebenarnya maka penyelidikan pasti akan dilakukan dan ini memerlukan waktu yang tidak sebentar.     

Aula tempat mereka berkumpul penuh dengan suasana duka. Para utusan itu sudah melihat jenazah Putri Nadia tetapi selain dokter tidak ada yang diizinkan untuk melihat seluruh tubuh putri yang amat dimuliakan itu. Karena tidak sebagai anggota keluarga kerajaan sudah menjadi ketentuan bahwa tubuhnya tidak boleh sembarangan di lihat dan disentuh kecuali suami dan para pelayan pribadinya.     

"Kami sungguh tidak mengira kalau putri kami yang begitu cantik, ceria, kuat akan meninggal dengan begitu sia - sia. Ketika pihak kerajaan Azura meminta putri kami untuk menjadi salah satu istri Yang Mulia, kami sungguh sangat bangga dan menyimpan harapan yang besar agar ikatan yang sudah terjalin diantara dua kerajaan kita akan terjalin semakin erat.     

Kerja sama dibidang ekonomi, politik, seni budaya dan lain lagi sudah mulai meningkat walaupun belum maksimal. Kami bahkan masih menunggu undangan resmi pesta perayaan pernikahan resmi antara Yang Mulia dan putri kami. Apa daya bukan undangan pernikahan yang kami terima tetapi malah berita duka yang kami terima. Ini sangat menyedihkan bagi kami.     

Berikan kepada kami penjelasan yang baik agar tidak ada fitnah diantara kita. Berikan kami penjelasan yang jujur agar luka dan duka kami dapat terobati." Perdana Menteri Kerajaan Persia berkata sambil meneteskan air matanya.      

Nizam menghela nafasnya dengan muka yang sangat muram. Saat ini Ia sungguh merasa tidak tega dan merasa berdosa atas apa yang terjadi kepada Putri Nadia. Walaupun Ia sangat membenci putri itu karena sudah hampir merenggut nyawa Alena tetapi Ia merasa kalau  kematian putri itu setimpal dengan perbuatannya.     

Hanya saja melihat duka dari wajah - wajah perwakilan dari kerajaan Persia membuat Ia menjadi iba dan memang  kesalahan tidak sepenuhnya ada pada Putri Nadia. Yang salah adalah ibunya yang memaksakan kehendaknya dengan mengisi haremnya dengan banyak putri tanpa memperhitungkan resikonya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.