CINTA SEORANG PANGERAN

Menjadi Konsumsi Publik



Menjadi Konsumsi Publik

0Tetapi Nizam tidak bisa berdiam lama - lama, karena semua tatapan mata para utusan itu mengarah kepadanya dan Ia tentu bukan seorang pengecut yang tidak bisa memberikan penjelasan apa - apa.     
0

"Ini semua salahku," kata Nizam sambil menghela nafas panjang. Ia menampakkan wajah begitu murung.     

"Maaf Yang Mulia Salah seperti apa? Apa Yang Mulia yang menjadi penyebab meninggalnya Putri Kami?' kata Perdana Menteri seketika menampakan wajah berang. Dari awal mereka sudah mengira kalau Putri Mereka bunuh diri karena disia - siakan oleh Nizam jadi mereka akan menuntut balas kepada Nizam untuk bertanggung jawab dengan memberikan kompensasi yang sangat besar atau perang.     

Nizam menganggukan kepalanya, Arani berdiri dengan tegang dibelakang Nizam. tangannya yang sebelah sudah masuk ke dalam jas yang Ia pakai. Ia bersiap memegang pistolnya kalau - kalau Ia harus melindungi Nizam dari kemarahan orang - orang yang tidak terima atas kematian Putri Nadia. Ali dan Fuad juga tampak bersiaga dan mendekati Nizam. Nizam mengangkat tangannya dengan tenang.     

Baik Arani ataupun para utusan sebenarnya sangat terkejut melihat Nizam tampak tidak berdaya dan terlihat merasa sangat bersalah. Padahal perkiraan mereka adalah Nizam akan mencoba berkelit dibalik kata - kata atau menyangkal semuanya. Mereka tahu bagaimana tegasnya Nizam. Nizam yang sangat ahli dalam berdiplomasi dan sangat sulit mengakui kesalahan. Begitu yang mereka dengar dari orang - orang selama ini. Tetapi saat ini ternyata dengan mudahnya Nizam mengakui semua kesalahan.     

Arani melirik ke arah wajah Nizam dan tidak melepaskan padangannya sedikitpun dari setiap gerakan yang ada di depannya. Arani tidak perduli kalau harus membunuh semua utusan yang ada di depannya kalau itu memang perlu untuk dilakukan. Baginya keselamatan Nizam adalah nomor satu dari segala macam perang antar kerajaan.     

Arani masih ingat bagaimana kerasnya Nizam ketika menghadapi utusan Putri Kumari, padahal jelas - jelas putri Kumari itu tidak bersalah dan kesalahan ada di pihak kerajaan Azura yang lalai menjaga keselamatan Putri Kumari. Tetapi mengapa kali ini Nizam tampak sangat lemah padahal jelas - jelas Putri Nadia bersalah besar. Ketika para utusan berdiri dengan tidak sopan, wajah Nizam masih tampak murung. Ia hanya duduk bagaikan terdakwa yang sedang diadili di depan hakim.     

"Yang Mulia, mohon penjelasan yang lebih mendetail agar kami menjadi tenang. Yang Mulia tentu tahu kalau kami tidak akan membiarkan kasus ini menguap begitu saja. Kami ingin keadilan untuk putri kami. Apakah Yang Mulia memahami perkataan kami." ucap Perdana Menteri sambil berdiri dengan badan gemetar menahan marah.     

"Terus terang saja, Aku bingung menjelaskannya. Aku harus bicara apa?" kata Nizam sambil mengusap wajahnya.     

"Mengapa Yang Mulia tidak seperti yang kami dengar? Kami mendengar kalau Yang Mulia Pangeran Nizam sangat cerdas dan pandai bernegosiasi. Tetapi mengapa sekarang terlihat seperti orang yang tidak berdaya." kata Si perdana menteri lagi membuat Arani menjadi berang.     

"Jaga kata - kata Anda, Perdana Mentri. Anda harus ingat berada dimana dan sedang berbicara dengan siapa," kata Arani sambil menatap tajam ke arah Perdana Mentri kerajaan Persia. Para utusan itu seketika mengerut melihat Arani yang galak.     

Arani jendral wanita yang sangat terkenal dan di takuti di seluruh kerajaan aliansi itu mampu membuat perdana menteri langsung duduk apalagi dia melihat tangan Arani berada di balik jasnya. Ia bukan orang bodoh dan tahu persis apa yang sedang dipegang Arani. Ia tidak ingin mati konyol di kerajaan Azura. Walau bagaimanapun kerajaan Azura adalah kerajaan terbesar di kerajaan Aliansi dan kalaupun perang maka kerajaannya pasti akan kalah.      

"Tidak apa - apa Arani, Aku mengerti dan sangat memahami perasaan mereka. Lagipula Aku memang yang bersalah tidak bisa menjaga istri - istriku dengan baik." Nizam berkata dengan lembut sambil mengangkat tanganya menenangkan Arani.     

"Maafkan Kami, Yang Mulia. Kami sangat sedih, bingung, marah dan sakit ketika tahu kalau Putri Kami meninggal karena bunuh diri. Kami tidak percaya Yang Mulia Putri kami melakukan itu. Kami ingin ada pemeriksaan outopsi agar kami tahu penyebabnya."     

"Aku tidak akan menghalangi kalian untuk melakukan apa saja. Tetapi Aku sungguh tidak sanggup kalau sampai semua orang tahu apa penyebab Putri Nadia bunuh diri." kata Nizam.     

"Mengapa seperti itu? Apakah Yang Mulia sudah yakin kalau putri kami memang benar - benar bunuh diri dan bukannya di bunuh. Kami harus memeriksa  jenazahnya agar kami bisa mengetahui penyebabnya apa."     

"Aku sudah memeriksa sekilas karena Aku bukan dokter, Aku juga tidak bisa meminta dokter untuk mengoutopsi karena outopsi harus diketahui oleh keluarganya jadi Aku hanya melihat saja secara sepintas. Aku tidak mampu menahan kesedihan melihat jenazah istriku. Padahal Aku sudah memiliki banyak rencana dengannya." Nizam mengusap pipinya sendiri dengan mata yang redup.     

Para utusan itu langsung terdiam melihat Nizam yang begitu terpuruk karena kehilangan Putri Nadia. Arani langsung mengerutkan keningnya yang melihat Nizam begitu sedih. Sejak kapan si hati batu itu bisa begitu lemah karena hal selain Alena. Bukankah hanya Alena yang mampu membuatnya begitu terpuruk. Apalagi Ia tahu kalau Nizam begitu membenci Putri Nadia. Tetapi mengapa tingkah Nizam seakan - akan memperlihatkan kalau Ia mencintai Putri Nadia.     

"Aku ingin berbicara denganmu, berdua saja." kata Nizam kepada perdana menteri.     

"Tapi mengapa hanya berdua? mengapa kami tidak bisa bersama berbicara dengan Yang Mulia? Kami datang bersama sehingga Kami harus mengetahui alasan ini secara bersamaan."     

"ini adalah hal yang harus dirahasiakan. Aku takut kalau tersebar akan membuat malu Putri Nadia, tetapi kalau memang kau tidak keberatan maka Aku akan berbicara di sini dan di dengarkan orang banyak. Oh ya ada hal lainnya juga yang seharusnya tidak untuk menjadi konsumsi publik" kata Nizam sambil kembali menghela nafas resah.     

"Sebenarnya ada apa? Tolong katakan saja sekarang!" Perdana mentri berkata sambil melihat ke arah utusan yang lain seakan meminta pendapat. Tetapi sebagian besar menginginkan kalau Nizam berterus terang dihadapan mereka. Nizam tertegun melihat para utusan itu ingin mendengar juga. Tapi bagi Nizam sendiri  sangat tidak keberatan.     

"Baiklah kalau memang itu keputusan kalian, harap jangan salahkan Aku jika terjadi sesuatu karena ini menyangkut kerajaan lain dan Aku sangat khawatir dengan keselamatan kerajaan kalian."     

"Lho? Apa maksud yang mulia?" para utusan itu tampak saling berbicara sehingga menciptakan suatu guruh. Mereka tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Nizam dan mengapa harus mempermalukan Putri Nadia juga seperti akan ada acamanan penyerangan dari kerajaan lain? tapi kerajaan mana? karena kerajaan mereka sebenarnya tidak memiliki musuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.