CINTA SEORANG PANGERAN

Yang Mulia, Anda Orang Baik



Yang Mulia, Anda Orang Baik

0"Aku pikir sebaiknya kita tidak perlu mengatakan yang sebenarnya kepada Ratu Gena. Kita juga harus menutup mulut kepada orang luar tentang apapun yang terjadi. Kita tidak boleh membiarkan siapapun mengoutopsi jenazah Putri Nadia kalau seandainya nanti hasil outopsinya itu akan mencelakakan kerajaan dan mempermalukan kita." kata salah seorang utusan mengemukakan pendapatnya.     
0

Perdana mentri dan yang lainnya langsung terdiam. Apa yang dikatakan oleh si utusan itu sangat masuk di akal. Bukankah Putri Nadia sudah meninggal. Biarlah kasusnya nanti di adili oleh Tuhan. Yang terpenting sekarang adalah orang yang masih hidup.     

Jangan sampai peperangan yang akan menyengsarakan rakyat terjadi hanya karena memperjuangkan kebenaran seorang putri yang jelas - jelas sudah bersalah. Nizam tidak terlihat sedikitpun berdusta kepada mereka lagipula untuk apa Nizam berdusta kepada mereka karena mereka juga tahu kalau Nizam bukanlah orang yang jahat. Mungkin Ia memang tegas tetapi bukan orang yang jahat.     

"Lalu bagaimana kita mengatakan kepada pihak kerajaan?"     

"Kita katakan saja Putri Nadia sakit dan meninggal di dalam harem."     

"Apa mereka akan percaya begitu saja? Kau kan tahu kalau mereka bukan orang - orang bodoh?" seorang utusan yang lain tampak mengerutkan keningnya.     

"Mengapa harus bingung? Bukankah kita bisa bersekongkol dengan asistennya Putri Nadia? Bukankah Ia masih ada di istana ini." Utusan yang mengusullkan Putri Nadia diberitakan sakit mengajukan usulan lagi.     

Semua mata memandang si utusan dengan mata  yang penuh kekaguman. Mereka tidak  mengira kalau temannya begitu jenius. Hingga akhirnya kemudian Perdana Mentri meminta asisten untuk dihadapkan kepada para utusan.     

Asisten Putri Nadia sudah bengkak matanya karena menangis. Ketika Ia melihat para utusan itu maka tangisannya kembali pecah. Ia berlutut di depan perdana menteri sambil bercucuran air mata.     

"Putri Nadia telah melakukan kesalahan, mohon ampunan dari para tetua dan utusan." kata asisten Putri Nadia sambil terus menangis.     

"Kau ceritakan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi? Apakah benar kalau Putri Nadia itu bunuh diri?" tanya perdana menteri     

"Benar, yang mulia. Putri Nadia terlalu cemburu kepada Putri Alena. Dan Putri Nadia berulang kali  hendak mencelakai Putri Alena," Sampai di sini apa yang dikatakan oleh asistennya Putri Nadia itu benar.     

"Hingga akhirnya Putri Nadia ketahuan oleh Ratu Sabrina dan Ratu Sabrina mencambuknya di depan orang banyak. Putri Nadia menjadi malu dan bunuh diri," kata si Asisten sambil menghela nafasnya.      

Para Utusan itu saling berpandangan dan mereka menghela nafasnya. Apa yang diceritakan oleh Nizam dan oleh asisten sama. Berarti Nizam memang tidak berbohong tetapi mereka juga masih penasaran dengan satu hal. Apakah benar apa yang dikatakan oleh Nizam kalau Nizam memang mencintai putri Nadia.     

"Apakah benar kalau Yang Mulia Pangeran Nizam mencintai Putri Nadia?" tanya si perdana menteri dengan wajah sangat penasaran.     

Asisten Putri Nadia terdiam, saat ini Ia teringat dengan kata - kata Nizam untuk mengatakan kalau Nizam sangat  mencintai Putri Nadia. Ini adalah suatu kebohongan, tetapi ini kebohongan yang baik. Asisten itu tahu kalau Putri Nadia dibunuh oleh perdana menteri tetapi kalau masalah ini diungkapkan maka kesalahan yang lain pasti akan terkuak juga.      

Nizam mengatakan apa resikonya kalau semua masalah yang sebenarnya diungkap ke permukaan. Yang pertama adalah akan ada peperangan antara kerajaan Rajna dan kerajaan Persia dan yang kedua adalah nyawa dia akan terancam. Perdana Menteri Salman pasti tidak akan membiarkannya hidup. Entah besok atau lusa Ia pasti akan di bunuh. Makanya Ia harus tutup mulut terhadap berita kematian Putri Nadia.     

Akhirnya tanpa ragu - ragu lagi, Asisten Putri Nadia menganggukan kepalanya," benar, itu benar. Pangeran Nizam memang mencintai beberapa putri yang ada di dalam harem dan salah satunya Putri Nadia. Yang Mulia Putri Nadia terlalu terobsesi dengan cintanya. Padahal Yang Mulia Pangeran Nizam sudah memintanya untuk bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk menikah dengan resmi. Untung tak dapat diraih dan malang tak dapat di tolak.     

Ratu Sabrina mengetahui seluruh kejahatan Putri Nadia dan menghu...," Asisten Putri Nadia berhenti bicara karena perdana menteri mengangkat tangannya.     

"Kau tidak usah bicara lagi, karena kelanjutannya sudah Aku ketahui. Kau segera keluar dan bereskan pakaian dan peralatanmu. Kita pulang sekarang sambil mengambil  jenazah putri Nadia. Kau harus membantu kami untuk menjelaskan kepada Ratu Gena. Sehingga mereka tidak akan curiga kepada kita," kata Perdana Mentri.     

Si asisten itu tidak berpikir panjang karena ini memang jalan yang teraman, seharusnya Ia juga mati bersama Putri Nadia, tetapi Ia beruntung karena memang kematiannya tertunda. Sangat tidak mungkin perdana menteri itu membunuh dua orang sekaligus karena jadinya akan sangat mencurigakan. Jadi memang kematiannya tertunda tetapi bukan berarti dia akan aman dari perdana menteri jahat itu.      

Kata Nizam keberadaannya tidak akan aman di sini dan Ia harus segera pulang ke kerajaan Persia. Wajah si asisten mengeras mengingat banyak kejahatan yang dilakukan oleh perdana menteri Salman  dan kesalahan putri Nadia mempercayai manusia licik itu. Surat wasiat Putri Nadia bahkan berhasil dia ambil. Entah pelayan mana yang menjadi mata - matanya.     

"Baiklah, Aku akan segera membereskan barang - barang saya," kata Si Asisten sambil keluar dari ruangan diskusi para utusan. Di luar Ia melihat Nizam sedang duduk bersama Arani sambil menikmati secangkir kopi. Si Asisten itu menganggukan kepalanya kepada Nizam dengan penuh rasa hormat.     

Nizam membalasnya sambil tersenyum tipis, mereka saling bertatapan penuh makna. Tetapi melihat tatapan mata Asisten yang lembut, Nizam yakin kalau rencananya berhasil. Ia segera berdiri dan menghampiri si asisten.     

"Terima kasih," Bisik Nizam perlahan sambil mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dalam saku kemejanya yang sudah Ia siapkan dari kemarin.     

"Hamba yang harus berterima kasih kepada Yang Mulia karena sudah menyelamatkan Nyawa Hamba," jawab Si Asisten.     

"Kau tidak usah khawatir, Aku akan  membalas kematian Putri-mu itu dengan setimpal. Sekarang hiduplah dengan bahagia, dan ini adalah pemberian Aku pribadi terhadap ganti rugi dari kehilangan majikanmu."     

"Tapi mengapa? Bukankah Yang Mulia tidak bersalah?" kata si Asisten.     

"Aku memang tidak bersalah tetapi tetap Aku harus bertanggung jawab terhadap kematian Tuan Putrimu itu. Aku sungguh sangat menyesal. Seharusnya Ia, Aku kembalikan dalam keadaan suci dan hidup."     

"Ini sudah takdir, Yang Mulia. Mungkin meninggal jalan yang terbaik untuk Majikan Hamba daripada dia hidup dalam keadaan tersiksa karena obsesinya."      

Nizam menganggukan kepalanya. Ia tidak menyangka kalau Asistennya Putri Nadia begitu bijaksana.     

"Aku yakin kalau kau pasti sudah banyak menasihatinya," Nizam berkata lagi.      

Asisten Putri Nadia hanya tersenyum pahit, "Hamba gagal menasihatinya,"     

"Aku tahu, karena kalau kau berhasil tentu Ia sekarang masih hidup. Terimalah kartu ini, Di dalamnya ada sejumlah uang yang jika kau gunakan dengan bijak akan mampu membuatmu bertahan seumur hidup." kata Nizam.     

Si Asisten itu menatap ke arah kartu itu dengan pandangan sedih. Nizam sangat pintar dalam memprediksi keadaannya. Nizam tahu kalau Asisten itu kemungkinan akan di pecat dari kerajaan karena dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya. Dan tanpa uang yang ada di tangan Nizam. Ia akan menjadi gelandangan seumur hidupnya.     

"Terima Kasih Yang Mulia, Anda benar - benar orang yang baik. Semoga Yang Mulia hidup sehat, panjang umur dan memerintah dengan baik." kata Si Asisten sambil membungkukkan badannya dengan penuh rasa hormat.     

"Aamiin..." Nizam mengaminkan si Asisten sambil kemudian menatap si Asisten yang pergi mundur lalu berlalu di hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.