CINTA SEORANG PANGERAN

Harus Mulai Memikirkan Ayahanda



Harus Mulai Memikirkan Ayahanda

0Akhirnya hari itu, Jenazah Putri Nadia dimandikan dan dikafani oleh pihak dari kerajaan Azura karena para utusan itu semua laki - laki jadi tidak ada satupun yang ikut memandikan. Sehingga kasus ini semakin aman. Nizam mempersiapkan ganti rugi yang akan diberikan kepada kerajaan Persia.     
0

Meliputi perhiasan yang selama ini diberikan kerajaan Azura kepada Putri Nadia karena menjadi  penghuni Harem. Ditambah dengan emas batangan yang jumlahnya dua peti serta beratus - ratus gulung kain sutra dan sejumlah saham serta perusahaan Azura di kerajaan Persia yang dibalik namakan menjadi milik kerajaan Persia.     

Nizam tidak bisa memberikan adiknya sebagai ganti rugi seperti ke kerajaan Rajna karena memang Putri Nadia tidak memiliki suadara perempuan yang bisa dinikahkan kepada adiknya sehingga ganti ruginya adalah berupa harta benda.     

Nizam tidak tahu kalau ada para pejabat kerajaan yang memandang sinis ke arah barang - barang yang akan diangkut menggunakan truk tronton. Mereka adalah pendukung dari Perdana Menteri Salman.     

"Kau tahu, ada berapa banyak putri di dalam harem?" bisik seorang pejabat kepada temannya. Temannya menoleh ke arah  pejabat itu sambil menyeringai. Ia sudah tahu ke arah mana pembicaraan temannya itu.     

Pejabat yang mengenakan pakaian kebesaran kerajaan Azura yang berwarna putih itu berbisik lagi.     

"Ada ratusan putri di dalam harem, Seharusnya putri - putri itu mendatangkan keuntungan bagi kerajaan Azura. Mereka datang membawa harta benda untuk disumbangkan ke kerajaan Azura. Para orang tua mereka memberikan harta itu untuk meningkatkan derajat kedudukan putri - putri mereka di dalam harem. Karena semakin banyak harta bawaan para putri maka kedudukannya di dalam harem semakin ditinggikan oleh pihak kerajaan dan para penghuni harem lainnya.     

Tetapi yang terjadi sekarang adalah iring - iringan harta kekayaan Azura yang di bawa keluar untuk dikirim ke kerajaan Persia. Dan ini sangat memalukan. Mengembalikan putri kembali ke kerajaannya adalah suatu penghinaan bagi kerajaan itu sehingga harus mengembalikan ganti rugi berkali lipat lebih banyak dari bawaan si putri itu." Si pejabat itu terus mengoceh dengan kondisi tidak puas     

Terutama jika yang  meninggal  belum dinikahi secara resmi. Karena kalau sudah resmi dinikahi biasanya di makamkan di kerajaan Azura tidak usah dikembalikan ke kerajaan asal dan tidak perlu mengeluarkan ganti rugi.     

"Kau tahu kalau diantara mereka tidak ada satupun yang dinikahi resmi oleh Pangeran Nizam. Dan gosip beredar kalau mereka akan dikembalikan ke kerajaannya masing - masing. Aku yakin sebentar lagi riwayat kerajaan Azura akan tamat. Kita akan bangkrut." kata si pejabat yang tampak membenci Nizam.     

"Aku percaya apa yang kau katakan itu benar. Yang membenci Pangeran Nizam semakin banyak gara - gara kondisi Harem yang tidak kunjung membaik. Hanya kerajaan Zamron yang tampak adem karena Pangeran Abbash adalah temannya pangeran Nizam."     

"Kau benar, Aku malah lebih memiliki Pangeran Thalal untuk menjadi raja dibandingkan dengan Pangeran Nizam. Setidaknya Pangeran Thalal masih berpikir jernih dengan mengurus anak - anak pangeran Nizam."     

"Ah... menurutku Pangeran Thalal atau Pangeran Nizam sama saja. Mereka itu bagaikan lautan dengan pantai yang tidak terpisahkan satu sama lain. Sifat mereka juga hampir sama dalam pandangan terhadap wanita. Kau kan juga tahu bagaimana Pangeran Thalal menolak untuk menikah kembali dan lebih memilih Putri Chythia saja."     

"Ya begitulah kalau  anak - anak disekolahkan di daerah barat, mereka jadi memiliki pemikiran yang aneh dan merusak adat istiadat."      

Dua orang pejabat itu terus mengoceh sambil melihat profesi pelepasan jenazah Putri Nadia meninggalkan kerajaan Azura. Ratu Sabrina melepaskan kepergian calon menantunya itu dengan sangat sedih.     

Ratu Sabrina tidak tahu kalau Putri Nadia di bunuh karena kematiannya hanya diketahui oleh Nizam dan orang - orang kepercayaannya saja. Ratu Sabrina bahkan tidak tahu kalau Putri Nadialah yang membunuh Putri Kumari. Ratu Sabrina hanya tahu kalau Putri Nadia bunuh diri karena malu akibat kelakuannya.     

Diam - diam Ratu Sabrina merasa menyesal sudah mencambuk Putri Nadia walaupun sebenarnya memang sangat layak diterima Putri Nadia. Kesalahannya menuduh Alena berselingkuh dengan Pangeran Abbash. Bukan tuduhan main - main, apalagi Alena adalah calon ratu satu - satunya saat ini mengingat Alena sudah memiliki seorang anak calon Pangeran putra mahkota.     

Nizam berdiri disamping ibunya dan memegang tangan ibunya. Ia mengerti bagaimana penyesalan ibunya tetapi Ia juga tidak bisa menceritakan yang sebenarnya. Karena akibatnya bisa fatal. Ibunya bisa lepas kendali kalau tahu bahwa Putri Nadia yang membunuh Putri Kumari.      

Ibunya bisa menuntut balas ke kerajaan Persia dan ini bisa memicu perang. Untuk saat ini Nizam tidak bisa melakukan perang secara terbuka dengan siapapun. Ia belum memiliki dukungan dari para pejabat dan para tetua. Selama ini Ia masih bertahan jadi Putri Mahkota hanya karena adik laki - lakinya tidak ada yang bisa mengungguli kecerdasan dan kharisma Nizam sebagai Pangeran Putra Mahkota.     

Seandainya ada saja saudaranya yang bisa menyamainya maka bukan tidak menutup kemungkinan kalau kedudukannya ada yang menggeser. Apalagi jika saudaranya itu didukung oleh para pejabat.     

"Ibunda tidak usah bersedih," bisik Nizam sambil mengelus punggung ibunya dengan lembut.     

"Kau tahu perasaanku bagaimana?"     

"Tentu Ananda tahu,  tetapi ini sudah takdir, Kita juga sudah mengirimkan banyak harta untuk ganti rugi kematian Putri Nadia. dan ibunda tidak boleh menceritakan kepada siapapun penyebab kematian Putri Nadia." kata Nizam kepada ibunya.     

"Aku tahu, biarlah mereka putri mereka meninggal karena sakit daripada mereka tahu kalau putri mereka mati karena bunuh diri akibat perbuatan jahatnya."     

"Iya Ibunda, sudah jangan menangis  lagi. Oh ya Bunda, Mengapa Ananda tidak melihat Paman Salman?" Nizam melihat ke sana ke mari mencari Perdana Menteri.     

Ratu Sabrina terdiam, Ia menghela nafas. Sebenarnya Ratu Sabrina sendiri tidak mengerti mengapa Perdana Mentrinya tidak ada. Seharusnya Ia adalah penyambung lidah dari kerajaan Azura untuk menghadapi utusan dari kerajaan Persia dan bukannya Nizam yang menghadapi mereka.     

Tapi dari kemarin malam, Perdana menterinya itu tidak diketahui keberadaannya. Entahlah kalau Ia pulang ke rumah istrinya yaitu Ratu Kulsum.     

"Ibunda tidak tahu, dia ada dimana." Jawaban Ibunya tampak pendek. Ia merasa malu kepada Nizam dengan kelakuan kekasihnya itu.     

"Apakah Ibunda akan tetap berada di samping Paman Salman?" Nizam bertanya dengan hati - hati kepada Ibundanya. Wajah Ratu Sabrina tampak sedikit kelam.     

"Kau tidak akan pernah tahu permasalahannya seperti apa?" Ratu Sabrina menjawab dengan wajah alum.     

"Tentu saja Ananda tahu, dan Ibunda menginginkan Ananda untuk memahami perasaan Ibunda. Tetapi perlu Ibunda ketahui. Laki - laki yang berselingkuh dengan istri orang lain adalah bukan orang yang benar. Ibunda harus sudah mulai memikirkan Ayahanda yang sekarang terbaring sakit di istana."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.