CINTA SEORANG PANGERAN

Rumitnya Hidup Nizam



Rumitnya Hidup Nizam

0Para pelayan sibuk berlalu lalang, mereka melayani para satuan pengaman istana melakukan pemeriksaan di dalam harem. Arani tampak sedikit kecewa karena kedatangan dia dan Nizam sudah didahului SPI. Seandainya Jonathan tidak mengajaknya bicara, pasti Ia dan Nizam sudah datang terlebih dahulu sebelum para pengawal yang kerjaannya ga jelas itu.     
0

Arani kemudian meminta maaf kepada Nizam. "Maafkan hamba Yang Mulia," kata Arani sambil menghela nafasnya.     

"Atas apa kau meminta maaf?" tanya Nizam kepada Asistennya itu. Matanya tajam menatap ke arah para pengawal yang langsung membungkukkan badannya ketika melihat Nizam.      

"Karena hamba, Yang Mulia jadi datang terlambat dan kemungkinan mereka sudah memeriksa kondisi dari Putri Nadia."     

"Tidak apa - apa Arani. Semoga saja mereka tidak menemukan apa yang kita cari." kata Nizam sambil melihat ke arah putri - putri yang berdiri berkumpul di depan ruangan Putri Nadia.     

Mereka tampak ketakutan mengetahui kalau Putri Nadia mati karena gantung diri. Para putri itu berbisik - bisik dengan suara keras dan ketika mereka melihat Nizam, suara mereka langsung berhenti. Nizam menghampiri mereka dan mereka kemudian mencium tangan Nizam satu persatu.     

"Aku harap kalian tidak pernah melakukan hal yang sebodoh itu di dalam haremku," kata Nizam kepada mereka. Para putri itu langsung membungkukkan badannya dan memberikan hormat.     

"Kami tidak akan melakukan itu. Kami hanya akan menunggu yang mulia untuk melakukan sesuatu kepada kami termasuk mengembalikan kami ke kerajaan kami" kata seorang putri dengan wajah ketakutan. Ia tidak ingin mati konyol seperti putri Kumari dan Putri Nadia.     

"Aku malah sangat ketakutan. Aku ingin pulang saja ke kerajaanku. Aku tidak ingin mati di sini..." kata Putri itu sambil kemudian mulai menangis dengan keras. Nizam menghampiri putri itu lalu mengusap kepalanya dengan lembut.     

"Tidak usah menangis. Semua perbuatan akan ada balasannya maka memohonlah ampunlah jika kau sudah berbuat dosa dan jangan mengulanginya. Jika seseorang mencoba berjalan menuju kebenaran maka Alloh akan menuntun kita menuju jalan itu.  Kau tidak akan mati jika memang belum takdirnya.     

Nah untuk itu jangan coba - coba memancing untuk berbuat dosa yang nantinya akan mendapatkan balasannya. Aku meminta maaf jika Aku tidak bisa melakukan sesuatu yang sesuai dengan harapan kalian semua.     

Hanya saja Aku mohon untuk sementara waktu ini tetaplah tinggal di harem dengan nyaman. Kau dapat mempelajari sesuatu yang menyenangkan dirimu. Aku harus menunggu situasi aman untuk dapat memulangkan kalian," kata Nizam lagi membuat para putri terdiam dan menyetujui apa yang dikatakan Nizam. Sungguh mereka tidak terlalu berhasrat lagi tinggal lebih lama di dalam harem.     

Melihat kematian Putri Nadia membuat mereka berpikir kalau mereka lebih baik pulang ke kerajaan daripada harus mati konyol seperti Putri Kumari dan Putri Nadia. Apalagi mereka mereka melihat semakin lama Nizam itu terlihat semakin tidak mencintai mereka dan mereka tidak memiliki harapan lagi untuk dapat menikah dengan Nizam.     

"Jadi putri - putri yang cantik, tunggu sampai Aku dapat mendinginkan suasana di Azura sehingga Aku bisa mengantarkan kalian pulang dengan selamat." kata Nizam. "Sekarang kembalilah ke dalam ruangan masing - masing." kata Nizam lagi kepada mereka. Para putri itu kembali ke dalam ruangan nya dengan hati yang berkecamuk.      

Mereka sangat sedih mendengar kalau Nizam akan memulangkan mereka tetapi mereka juga tidak mau kalau sampai harus mati seperti Putri Kumari dan Putri Nadia.      

Nizam lalu memasuki tempat dimana Putri Nadia berbaring. Asistennya menangis terisak - isak. Ia sudah berupaya mengingatkan putri Nadia tetapi apa daya usahanya gagal. Malam itu Ia tertidur disamping Putri Nadia dan ketika Ia bangun. Ia melihat putrinya itu sudah tergantung dengan lidah menjulur.     

"Yang Mulia, kebetulan sekali Yang Mulia sudah datang. Hamba ingin meminta izin untuk mengoutopsi kematian Putri Nadia."     

"Aku harus meminta izin keluarganya dahulu. Kalian segeralah menghubungi keluarganya dan memberikan ucapan bela sungkawa dari kerajaan Azura. Kita akan memberikan tunjangan kematian Putri Nadia ke kerajaan persia. Tinggalkan kami bersama Jenazah Putri Nadia." kata Nizam membuat SPI tidak berani membantah. Ini adalah harem milik Nizam dan apapun yang Nizam inginkan mereka tidak bisa membantahnya kecuali atas wewenang Ratu Sabrina.     

Begitu SPI pergi, Nizam langsung memerintahkan Arani untuk memeriksa kamar dari Putri Nadia tetapi mereka tidak menemukan apapun. Nizam saling berpandangan dengan Arani.     

"Apa mungkin dia tidak membuat surat wasiat atau apapun. Kalau orang mau bunuh diri biasanya dia suka membuat surat wasiat." kata Arani.     

"Ya... tapi ingat, dia itu ada kemungkinan mati dibunuh dan bukannya bunuh diri."     

"Yang Mulia benar, hanya saja Hamba merasa kalau kalau Putri Nadia ini bukan orang bodoh. Dia pasti sudah punya feeling kalau dia mungkin akan mati karena kasus ini. Dan hamba yakin kalau dia tidak akan membiarkan kasusnya menguap begitu saja. Jadi Hamba yakin bunuh diri atau dibunuh Ia sudah mempersiapkan surat wasiat itu."     

"Sebenarnya surat wasiat itu jika memang ada maka  akan jadi senjata untuk menghancurkan Perdana Mentri Salman," kata Nizam dengan suara lemah. Matanya menatap ke arah jenazah yang terbujur kaku dan tertutup kain putih. Jika tidak ada permintaan autopsi dari kerajaan Persia maka Jenazah Putri Nadia akan segera dimandikan lalu dikembalikan ke kerajaan Persia.     

Arani terdiam mendengar perkataan Nizam. Tiba - tiba saja Ia merasa menjadi sangat iba dengan nasib Nizam. Arani merasakan betapa berat Nizam harus menahan perasaan marah karena Ia tidak berdaya menghadapi perselingkuhan antara ibunya dan Perdana Menteri Salman demi  menjaga perasaan ayahnya.     

Bahkan Nizam tidak akan berani menghadapi wajah adik - adiknya kalau sampai Ayah mereka meninggal karena perselingkuhan ibunya Nizam dan perdana menteri Salman. Ratu Sabrina yang menguasai Ayah mereka selama ini. Bahkan untuk menemui ayah mereka, adik - adik Nizam harus mendapatkan izin dari Ratu Sabrina dan itu sangat sulit.      

Raja Al-Walid hanya boleh  menemui Nizam dengan bebas. Ini yang membuat adik - adiknya Nizam tidak menyukai Ratu Salman. Jadi dapat dibayangkan  bagaimana perasaan mereka kalau orang yang begitu menguasai ayah mereka malah berselingkuh dengan laki - laki lain.     

"Aku tidak ingin Ayahanda kenapa - kenapa. Jadi Aku tidak ingin surat itu kalau ada jatuh ke tangan yang salah," kata Nizam sambil duduk di kursi.     

"Termasuk Yang Mulia Ratu Sabrina?" tanya Arani.     

Nizam menghela nafas. "Katakanlah jika seandainya Ibunda mendapatkan surat itu dan kemudian Ia mendapatkan kenyataan kalau Paman Salman terlibat kasus kalung itu dan akan mencelakakan Alena dan diriku. Maka Ibunda tidak akan dapat menerima kesalahan ini dan Ibunda bisa bertengkar hebat dengan Paman Salman. Ini juga tidak baik kondisinya untuk Ayahanda jika Ayahanda sampai tahu.     

Aku jadi serba salah. Tetapi Aku tidak berdaya. Aku tidak ingin Ayahanda mendapatkan guncangan yang hebat dalam kondisinya yang sekarang ini. Aku ingin Ayahanda sehat dulu baru Aku akan membongkar semuanya. Aku tidak keberatan kalau sampai Ayahanda menceraikan Ibunda asalkan kondisi Ayahanda tetap dalam keadaan baik." kata Nizam sambil menghela nafas.     

Nizam tahu kalau Ratu Sabrina sangat mencintainya walaupun tidak mencintai Ayahnya. Seandainya Ayahnya tidak mencintai Ratu Sabrina mungkin persoalan ini tidak akan serumit ini.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.