CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Menginterogasi Putri - Putri itu



Jangan Menginterogasi Putri - Putri itu

1Perdana Menteri Salman berdiri di depan jendela dengan tangan terkepal. Ratu Sabrina duduk di hadapannya sambil berbicara panjang lebar menceritakan kejadian di dalam harem. Kemarahan Ratu Sabrina kepada Putri Nadia membuat Perdana menteri Salman sakit kepala.     
0

Perdana Menteri Salman masih ingat bagaimana kalung itu diberikan oleh Lila ke tangan pengawal pribadinya langsung di istana kerajaan Zamron. Dan kalung itu Ia jaga bagai nyawanya sendiri menunggu momen yang tepat untuk menjatuhkan Alena dan mengusirnya dari istana kerajaan Azura. Tapi bagaimana bisa kalung itu berubah jadi palsu.     

Ia sudah memperhitungkan dengan tepat ketika Ia meminta kalung itu segera di kembalikan kepadanya agar Lila tidak menyimpan barang bukti apapun di istananya. Rencana ini bahkan Ia rahasiakan dari Ratu Sabrina karena ia ingin Ratu Sabrina yang menemukan sendiri kalau kalung yang ditangan Alena adalah palsu dan di tangan Putri Nadia adalah yang asli.     

Seharusnya di malam ulang tahun Ratu Sabrina rencana untuk menjatuhkan Alena berjalan dengan sempurna dan kalung yang di tangan Putri Nadia akan  menjadi kado terindah untuk Ratu Sabrina. Bukankah selama ini Ratu Sabrina menginginkan kalung itu. Ia ingin memberikan kalung itu ke Ratu Sabrina secara tidak langsung dan membuktikan bahwa Ia sungguh mencintai Ratu Sabrina.     

Malam ini nasibnya masih beruntung karena Ratu Sabrina belum menginterogasi secara mendalam tentang kejadian ini. Dan Ia juga masih beruntung Putri Nadia belum menyebutkan namanya di depan Ratu Sabrina. Perdana menteri Salman yakin kalau Putri Nadia sekarang sedang mencari cara dan peluang untuk menyelamatkan dirinya.     

Bahkan jauh dilubuk hatinya Perdana Menteri malah mengharapkan kalau Nizam akan  menjadi sangat marah dan membunuh Putri Nadia sekalian sehingga Ia tidak perlu khawatir kalau kejahatannya akan terbongkar di hadapan Ratu Sabrina.     

Tetapi sayangnya Nizam tidak melakukan itu. Pangeran itu kelihatannya terlalu pintar untuk dibodohi. Nizam selalu ada untuk menolong Alena disaat yang kritis. Ditambah lagi dengan asistennya yang selalu dapat melakukan tindakan dengan tepat. Padahal Arani sedang mengandung tetapi Dia masih saja menjadi penolong bagi Nizam.     

Mungkin Ia harus menyingkirkan Arani dulu agar Ia dapat menyingkirkan Alena. Perdana Mentri Salman lalu menoleh ke belakang setelah Ratu Sabrina selesai mengomel. Ia membawakan segelas air minum dan memberikan kepada wanita yang amat Ia cintai itu.     

"Marah - marah tidak akan menyelesaikan masalahmu. Kau sebaiknya beristirahat agar bisa berpikir jernih," ucap Perdana menteri Salman sambil mengusap pucuk kepala Ratu Sabrina.     

Ratu Sabrina cemberut sambil menyingkirkan tangan Perdana Mentri Salman dari kepalanya.     

"Kau tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya dibodohi putri sialan itu di dalam harem anakku. Semua putri sekarang pasti sedang mentertawakan kebodohanku karena sempat percaya dengan kata - kata dia.     

Dan Aku melihat persengkongkolan diantara Putri Nadia dan Putri Mira. Aku tidak akan segan - segan menyingkirkan mereka berdua jika sampai mereka terlibat pembodohan tentagn kalung itu. Aku sudah cukup muak dengan permasalahan kalung dari Mertuaku itu." Suara Ratu Sabrina tampak penuh kebencian ketika Ia menyebut mertuanya yang sudah meninggal itu.     

"Aku tahu kemarahanmu bukan hanya karena kebodohan Putri Nadia tetapi kemarahanmu juga muncul karena kalung itu. Kalung itu mengingatkan kepada Mertuamu yang menyadari bahwa kau memang tidak pernah tulus mencintai anaknya. Kau menikahinya karena terpaksa."     

"Ya.. Aku menyadari hal itu. Tetapi Aku juga sudah mengorbankan segalanya untuk menikahi anaknya seharusnya Ia menghargai pengorbanan cintaku dan bukannya hanya memperdulikan ketidak cintaan Aku terhadap anaknya." Kata Ratu Sabrina dengan keras.     

Entah mengapa Perdana Menteri Salman malah tampak senang mendengar perkataan Ratu Sabrina yang menunjukkan rasa cinta kepada dirinya. Baginya walaupun Ratu Sabrina tidak menjadi miliknya tetapi sepanjang Ia ada disisinya dan mendapatkan cintanya. Itu sudah cukup untuk saat ini. Karena disaat saingannya itu mati maka Ia akan segera menikahi Ratu Sabrina dan hidup bersama dirinya.     

"Tidak usah menyesali apa yang terjadi di  masa lalu. Saat ini kau sedang marah jadi sebaiknya tidurlah. Aku akan menunggumu sampai kau tertidur kemudian Aku akan pergi meninggalkanmu."     

"Mungkin kau benar. Sebaiknya Aku berisitirahat karena besok Aku akan menginterogasi Putri Mira untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.  Aku juga tetap menaruh curiga hubungan Pangeran Abbash dengan Putri Alena. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api.     

Berita perselingkuhan mereka tidak akan tersebar kalau sampai memang tidak ada penyebabnya. Kerajaan Zamron memang tidak pernah memiliki hubungan baik dengan kita. Aku sengaja  melamar Putri Mira agar dapat mendamaikan kedua kerajaan tetapi Pangeran Barry malah melakukan hal menjijikan," ucap Ratu Sabrina seperti mengingatkan Perdana Mentri Salman tentang sesuatu hal.     

"Aku jadi teringat tentang sesuatu," seru Perdana Menteri Salman kepada Ratu Sabrina.     

"Apa ?"     

"Kau tidak boleh terlalu menekan Putri Mira walaupun dia terlibat. Kau harus ingat kalau kita masih berada di bawah kendalinya. Aku takut kalau sampai Putri Mira melaporkan hal yang menyakitkan baginya maka Pangeran itu akan memberikan foto - foto kita kepada suamimu."     

Ratu Sabrina langsung terdiam. Mukanya menjadi pucat pasi. Perkataan Perdana Menteri Salman benar. Pangeran Barry masih memiliki foto - foto dirinya dengan Perdana Menteri Salman dan kalau sampai foto - foto itu tersebar ke handphonenya Perdana Menteri Salman maka habislah semuanya.     

"Lalu apa yang harus kulakukan?"     

"Maukan kau menutup kasus ini dan menganggap bahwa tidak pernah ada kejadian apapun di dalam harem?" bisik Perdana Menteri Salman.     

"Tapi bagaimana mungkin?"     

"Kau tidak boleh menginterogasi Putri Nadia dan Putri Mira. Ini akan lebih menakutkan daripada yang kita bayangkan."     

"Aku..."     

"Jika sampai suamimu dan para tetua kerajaan tahu perselingkuhan kita maka kita akan dihukum razam sampai mati atau digantung di tiang gantungan. Aku tidak mau mati dalam keadaan memalukan seperti itu.     

Aku mohon. Jangan lakukan hal konyol yang akan merugikan kita semua." Perdana Mentri Salman berusaha membujuk Ratu Sabrina dengan alasan yang sangat masuk di akal.     

Ratu Sabrina langsung saling meremas - remas tangannya sendiri. Ia merasa perkataan dari kekasihnya itu benar. Ia tidak ingin mati dan semua keluarganya menderita malu akibat perlakukannya.      

Ratu Sabrina kemudian menganggukan kepalanya, "Aku pikir kau ada benarnya. Besok Aku tidak akan melakukan tindakan apapun. Aku tidak ingin mati konyol."     

"Kau memang selalu menjadi wanita yang paling pintar." Perdana Menteri tersenyum sambil memeluk Ratu Sabrina. Ratu Sabrina merebahkan kepalanya di dada Perdana Menteri Salman sambil tersenyum.     

Sedangkan Perdana Menteri Salman tampak lega mendengar Ratu Sabrina tidak akan menginterogasi Putri Nadia. Ia sudah sangat ketakutan kalau - kalau Putri Nadia akan diinterogasi kemudian Ia melaporkan keterlibatannya dalam permasalahan kalung ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.