CINTA SEORANG PANGERAN

Kerusuhan dalam Hati Nizam



Kerusuhan dalam Hati Nizam

0Nizam tampak sangat hati-hati memperlakukan istrinya. Walaupun Nizam yakin Alena tidak akan bangun tetapi malam ini, Nizam ingin Alena tertidur dengan pulas agar semua beban hidupnya hilang bersama mimpi di keesokan harinya.     
0

Nizam berjanji akan menjelaskan semua tindakannya kepada Alena kecuali memberi tahukan pengkhianatan Lila kepadanya. Biarlah waktu yang akan memberitahukan Alena, Nizam sungguh tidak sanggup melihat kekecewaan Alena.     

Hanya saja Ia tidak akan pernah mengizinkan Lila dan Alena bertemu. Nizam tidak ingin sampai kecolongan lagi. Semakin lama musuh Alena semakin banyak. Nizam tahu, semakin Ia mencintai Alena maka semakin banyak orang yang membenci Alena.     

Setelah selesai, Nizam memberikan isyarat melalui tangannya agar para pelayan segera pergi meninggalkan ruangannya. Para pelayan segera pergi dengan teratur. Hingga di luar ruangan mereka sama sekali tidak berbicara sepatah katapun. Tetapi melihat tingkah Nizam kepada Alena mereka sudah sangat yakin kalau para putri di dalam harem itu memiliki peluang nol persen untuk menjadi istri Nizam.      

Sepanjang mereka tinggal di istana baru kali ini mereka menyadari kalau tahta ternyata bukan segalanya. Mendengar cerita turun temurun dari kerajaan ini ataupun dari kerajaan tetangga, wanita selalu dijadikan alat untuk mempersatukan kerajaan, menjalin kemitraan, mengukuhkan kekuasaan tetapi bagi Nizam, wanita adalah belahan jiwa yang harus diperjuangkan sampai akhir.     

Ini sungguh diluar prediksi di awal. Ketika Nizam mulai belajar dan berlatih dengan tekun, menghindari semua kesenangan duniawi. Sosok Nizam tidak pernah muncul di keramaian kecuali kalau itu memang tugas kerajaan. Ia tidak pernah menampakan batang hidungnya di pesta - pesta yang sifatnya hura - hura.     

Sejak Nizam menginjak dewasa. Nizam tidak pernah terlihat bersama seorang wanitapun kecuali pertemuan resmi yang memang mengharuskan Ia bertemu dengan Putri Rheina. Itupun mereka sangat jarang berbincang akrab. Hanya pada perjamuan resmi yang mengharuskan mereka saling bersapa basa - basi, Nizam baru membuka mulut kepada Putri Rheina.     

"Aku sungguh merasa kasihan dengan Putri Rheina," bisik seorang pelayan sambil menyimpan pakaian kotor ke sebuah kotak penyimpanan pakaian kotor. Mereka tidak berani memasukan pakaian kotor itu ke dalam mesin cuci mengingat pakaian yang dipakai Alena adalah pakaian menari yang sangat mahal. Jadi mereka akan mencucinya menggunakan tangan.     

"Benar, Aku bahkan mendengar kalau Putri Rheina tidak menari di pesta itu. Padahal kau tahu bagaimana indahnya tarian Putri Rheina. Di seluruh kerajaan Aliansi tidak ada putri yang sangat bagus tariannya selain Putri Rheina."     

"Aku selalu berpikir kalau Putrinya Perdana Menteri Salman itu adalah wanita paling beruntung di dunia. Dia cantik, kaya, pintar, pandai menari dan calon ratu kerajaan Azura. Aku tidak pernah mengira kalau Putri Rheina yang begitu sempurna tergeser oleh wanita yang bahkan bukan berasal dari kerajaan Aliansi."     

"Begitulah nasib orang. Putri Rheina sendiri bukanlah putri yang lemah lembut. Ia sangat manja dan kasar. Ia juga sombong dan selalu berpikir dia adalah yang paling istimewa. Walaupun itu benar tetapi seharusnya Ia tidak meninggikan diri sendiri dengan menganggap orang lain rendah.     

Mungkin Tuhan sedang membalas perbuatannya selama ini. Setidaknya Yang mulia Pangeran Nizam masih menjadikannya seorang istri pendamping bersama Putri Alena."     

Para pelayan itu berbisik - bisik sambil menyelesaikan pekerjaannya. Sebenarnya mereka dilarang membicarakan majikan mereka tetapi melihat Nizam yang begitu lemah lembut kepada Alena membuat mulut mereka jadi gatal untuk tidak berkomentar.     

***     

Sementara itu di dalam kamar, Nizam sudah ikut berbaring di samping Alena. Matanya sudah sangat berat, apalagi Ia sudah berendam dulu di dalam bathtub untuk membersihkan tubuhnya. Tubuh yang segar membuat Nizam semakin mengantuk.     

Tetapi ketika Ia sudah berbaring di samping Alena, rasa kantuknya malah menghilang. Ia masih berpikir tentang masalah yang sudah terjadi. Sejak awal Ia sudah menduga kalau di dalam harem akan selalu ada pegkhianatan.     

Putri Nadia mungkin dia adalah putri yang sangat cerdas tetapi dia tentu tidak lebih cerdas dari Nizam.     

Sejak pertemuan pertama Nizam dengan dia di dalam Harem. Putri Nadia tidak seagresif Putri Kumari tetapi kata - katanya yang tajam dan memprovokasi putri lain sudah cukup bagi Nizam kalau gadis ini memiliki kelebihan yang harus Ia curigai.     

Bahkan beberapa bukti yang dikumpulkan oleh orang - orang Nizam menunjukkan kalau dia ternyata ada kaitannya dengan kematian Putri Kumari.     

Nizam sungguh kagum dengan gaya Putri Nadia yang menampakkan diri tetapi malah membuat orang tidak mencurigai nya.     

Ia menuduh Putri Rheina padahal dia yang melakukan. Dan entah bagaimana, Putri Kumari dapat mengelabui satuan pengamanan di dalam Harem.     

Sebaliknya Putri Rheina, dia menarik diri tetapi dengan gaya yang mencurigakan padahal kesalahannya hanya ingin membuat Alena sakit perut. Putri Nadia dengan cerdas memanfaatkan kejahatan Putri Rheina yang kecil dengan kejahatannya yang besar dan kejam.     

Ketika melihat Putri Nadia dicambuk, Nizam sudah sangat ingin membunuhnya tetapi Arani memberikan isyarat dengan gelengan kepala agar Ia tidak melakukan tindakan yang tidak perlu.     

Nizam tahu kalau Arani hendak mengatakan untuk tidak turun tangan sendiri dalam membunuh Putri Nadia karena akan ada orang-orang yang berusaha membunuh Putri Nadia.     

Jadi Nizam tidak usah menurunkan tangannya sendiri, tetapi Arani tidak tahu kalau Ia sangat ingin membunuh Putri Nadia dengan tangannya sendiri. Ia masih ingat bagaimana menderita nya Putri Rheina di dalam penjara bahkan sampai hampir kehilangan nyawanya.     

Nizam sudah sangat bersalah dengan mengingkari janji pernikahannya dengan Putri Rheina. Secara fisik Ia sudah menikahi Putri Rheina tetapi secara batin, Nizam sama sekali tidak menginginkan Putri Rheina. Tidak ada penyatuan fisik yang akan mengikat batin mereka.     

Walaupun Nizam merasa ini bukan salah dia secara keseluruhan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau Putri Rheina sebenarnya tidak layak mendapatkan penderitaan ini.      

Dari Putri Nadia pikiran Nizam melayang kepada Putri Rheina. Malam ini Putri Rheina tidak menari. Padahal biasanya Putri Rheina sangat suka menari di hadapan dirinya karena Putri Rheina memang hanya boleh menari di hadapannya dan di hadapan wanita dalam istana yang masih memiliki hubungan darah dengan Nizam atau wanita yang terikat pernikahan dengan ayahnya.      

Nizam dapat melihat dari tatapan mata Putri Rheina yang kosong saat melihat putri-putri itu menari. Rasa sakit yang dirasakan oleh Putri Rheina tembus ke dalam hatinya. Apalagi saat Ia menari dengan Alena. Tatapan kosong itu jadi berkaca-kaca. Nizam mengusap wajahnya yang mulai keruh. Tetapi kemudian Ia terkejut ketika Alena malah membalikkan tubuhnya dan memeluk dirinya. Alena bahkan menyusupkan tangannya ke dalam celana pendek yang Ia pakai.     

Muka Nizam seketika memerah, Ia merasa tubuhnya dipegang tetapi orang yang memegangnya tampak terlelap.      

Apakah Alena itu sadar atau tidak kalau Ia sudah membuat kerusuhan dalam hatinya. Nizam menyentuhkan telunjuknya ke pipi Alena dan berbisik.     

"Alena... Alena..." Tapi Alena tetap terlelap. Nizam menghela nafasnya dan membiarkan tangan itu menikmati tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.