CINTA SEORANG PANGERAN

Pembelajaran Hari Ini



Pembelajaran Hari Ini

0"Tetapi darimana Putri Nadia tahu sementara kita tidak tahu?" Ratu Sabrina malah tampak sangat kebingungan dan Ia lalu menoleh ke arah Putri Nadia. Nizam mengangkat bahunya lalu berkata,     
0

" Kelihatannya, dia tahu lebih banyak dari kita.  Alangkah mengerikannya jika dia menjadi seorang ratu. Belum menjadi Ratu saja dia sudah banyak menyembunyikan banyak hal dari kita apalagi kalau dia nanti benar - benar menjadi Ratu. Kita mungkin akan jadi orang bodoh di hadapannya" Kata Nizam sambil berdecak. Ia mengompori ibunya tentang Putri Nadia.     

Sejak Putri Nadia berkata, Ratu Sabrina sudah tidak menyukainya apalagi sekarang setelah Ia mendengar perkataan dari anaknya. Ratu Sabrina menganggap kalau Putri Nadia lebih buruk dibandingkan dengan Putri Mira.     

Putri Mira berpura - pura gila karena Ingin dinikahi oleh anaknya tetapi wanita ini sungguh berhati busuk dengan menyembunyikan kebenaran dari kalung itu. Ratu Sabrina bahkan tidak tahu kalau kasus meninggalnya Putri Kumari karena racun adalah ulah dari  Putri Nadia. Apalagi kalau Ia tahu masalah ini. Putri Nadia dipastikan akan mati di tangannya.     

"Aku sungguh seperti orang bodoh dihadapanmu" Kata Ratu Sabrina dengan muka kelam dan Putri Nadia tampak pucat. Mengapa Ia malah disalahkan oleh Ratu Sabrina padahal dalam bayangannya, Ia akan banyak menuai pujian karena mengungkapkan masalah ini.     

Putri Nadia tidak tahu kalau Ratu Sabrina tidak suka kelihatan bodoh dihadapan semua orang. Tindakan Putri Nadia yang mengungkap rahasia kalung itu sungguh seperti telah melakukan pembodohan kepadanya. Bagaimana mungkin Ia tidak tahu kalung itu sedangkan Putri Nadia tahu. Bukankah itu  menunjukkan kalau Ratu Sabrina lebih bodoh dibandingkan dengan Putri Nadia.     

Ratu Sabrina lalu mengangkat tangannya seperti tidak sabar lagi. Suaranya tampak sangat terdengar jelas diantara heningnya Aula. "MATIKAN LAMPU AULA !" Perintahnya kepada para pelayan maka satu persatu lampu mati.     

Ketika suasana berubah gelap gulita maka memancarlah cahaya kemerahan dari kalung yang asli. Semua mulut berteriak kekaguman dengan keindahan semburat cahaya kemerahan yang memancar dari kalung itu.     

Semburat cahaya kemerahan itu memancar dari kalung yang dipakai Alena dan cahaya itu bahkan memperlihatkan kecantikan wajah Alena semakin terpancar. Diantara kegelapan yang terlihat adalah kecantikan wajah Alena yang seperti Dewi kecantikan Yunani.      

Ratu Sabrina menatap lekat - lekat ke wajah Alena yang begitu polos dan suci. Alangkah cantiknya Alena secantik hatinya. Amarah Ratu Sabrina meluap. Ia mengangkat tangannya dan berteriak. "Nyalakan lampu kembali" Katanya dengan suara gemetar.     

Maka lampu satu persatu kembali menyala memperlihatkan wajah - wajah kekaguman, ketakutan, rasa puas, rasa kasihan semua bergabung jadi satu. Yang pasti semua tidak berani memandang wajah Ratu Sabrina yang hitam. Ratu Sabrina menoleh ke arah Hatice.     

"Berikan cambukku!" Kata Ratu Sabrina. Putri Nadia langsung berteriak histeris dan berdiri tetapi dua orang penjaga Ratu Sabrina seketika mencekal tangannya dan menyuruhnya berlutut.     

"Hamba tidak bersalah! Hamba tidak bersalah! Yang Mulia berjanji akan mengampuni nyawa Hamba. Hamba hanya  mengatakan apa yang hamba dengar" Teriak Putri Nadia.     

"Etika seorang Putri adalah tidak mengatakan semua yang pernah Ia dengar tanpa mengkonfirmasinya. Kalaupun benar kau mendengarnya seharusnya kau mengatakan kepadaku terlebih dahulu dan bukannya mengumbar langsung di hadapan publik seperti ini.     

Kau tidak hanya mempermalukan  Anakku dan Putri Alena tetapi kau juga mempermalukan Aku. Aku seperti orang bodoh dihadapan semua  orang" Kata Ratu Sabrina sambil membanting kalung palsu yang ada di tanganya dan kalung itu seketika pecah terberai. Permatanya berhamburan ke segala penjuru.     

Ratu Sabrina kemudian mengambil cambuknya dan tanpa ragu - ragu Ia mengayunkan cambuk itu ke punggung Putri Nadia.     

"Aaakh... Sakit" Teriak Putri Nadia histeris. Sebagian putri langsung menutup matanya. Alena bahkan ikut berteriak Ia memeluk Nizam dengan erat.     

Cambukan demi cambukan mendarat di kulit punggung  indah Putri Nadia yang terbuka karena Ia memang hanya mengenakan atasan berupa bra dan rok panjang terbelah. Rasa sakit dan perih langsung terasa di sekujur tubuhnya. Ia belum pernah merasakan kesakitan seperti ini. Tangisan Putri Nadia terdengar menyedihkan tetapi Ia tahu tidak akan ada yang bisa menolongnya. Bahkan Putri Mira malah pergi menjauhinya. Ia sama sekali tidak ingin membela Putri Nadia yang dianggapnya terlalu bodoh karena mau melakukan hal seperti itu.     

Putri Nadia akhinya berteriak di sela - sela tangisannya, "Yang Mulia Ratu Sabrina. Bukankah Yang Mulia berjanji akan mengampuni nyawa hamba jika berita yang hamba dengar ini tidak benar" Kata Putri Nadia sambil terisak - isak.     

Ratu Sabrina malah semakin keras mencambuk Putri Nadia. "Aku berjanji akan mengampuni nyawamu tetapi bukan berarti Aku tidak bisa memberikan pelajaran untukmu" Kata Ratu Sabrina dengan kesal. Ia terus mencambuk Putri Nadia sampai Putri Nadia terkulai pingsan. Ratu Sabrina baru berhenti memukul. Ia lalu membuang cambuknya dan berkata dengan tegas kepada semua putri yang hadir di sini.     

"Aku tidak akan pernah mentolelir siapapun yang bersaing secara tidak adil untuk meraih kedudukan ratu. Aku tidak akan pernah bersikap tidak adil kepada kalian. Aku pernah mencambuk Putri Alena, mencambuk putri Rheina bahkan mencambuk anakku sendiri.     

Jadi sebaiknya kau perhatikan hal ini. Aku akan mengembalikan Putri Nadia kepada kerajaannya. Aku tidak sudi mempunyai menantu bodoh seperti dia. Sekarang bubar semuanya! Kembali ke kamar masing - masing" Kata Ratu Sabrina sambil mendengus.     

Ratu Sabrina lalu keluar dari Aula diikuti oleh para ratu lainnya. Termasuk Nizam, Nizam harus memapah Alena yang tampak sangat lemas karena kaget dan ketakutan. Ia juga tidak mengerti mengapa kalung yang dilehernya bisa bersinar kemerahan sedangkan setahu dia, kalau yang ada ditangannya adalah kalung palsu. Bukankah kalung yang asli itu masih hilang.     

Alena tidak tahu kalau Arani berhasil menukar kalung yang asli dengan kalung palsu yang ada di tangannya. Tepat ketika Lila akan masuk ke ruangannya Ia berhasil mengambil kalung itui dan segera menyelinap keluar. Arani sebenarnya tidak mengerti mengapa Ia begitu mudah mengambil kalung itu.     

Mengapa tidak ada penjagaan ketat di istana Pangeran Abbash terutama di sekitar ruangan Lila dan Pangeran Abbash. Arani tidak tahu kalau Pangeran Abbash sengaja memperlancar gerakan Arani untuk mengambil kalung itu dari tangan istrinya.     

Nizam dan Arani juga sengaja tidak memberitahukan Alena karena semakin banyak mereka tutup mulut maka orang yang tahu akan semakin sedikit. Nizam tahu akan ada rencana jahat selanjutnya mengenai kalung itu. Maka dengan merahasiakan hal ini maka musuh tidak akan tahu kalung asli sudah kembali ke tangan yang berhak.     

Mereka berjalan tanpa ada yang bersuara, semua menutup mulutnya karena suasana masih tidak nyaman. Ketika Alena dan Nizam berpisah dengan para ratu. Ratu Sabrina mendekati Alena dan mengusap punggungnya dengan lembut,     

"Aku meminta maaf jika sudah membuatmu tidak nyaman" Katanya.     

"Tidak apa - apa Ibunda. Terima kasih atas pembelajaran hari ini" Kata Alena sambil membungkuk lalu mencium tangan mertuanya diikuti oleh Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.