CINTA SEORANG PANGERAN

Sabotase dalam Tarian



Sabotase dalam Tarian

0"Apa Yang Mulia  sudah gila?" Ratu Sabrina mendelik terhadap Nizam yang sudah lepas kendali dengan berteriak kepadanya.     
0

"Ibunda yang membuat Ananda jadi gila, Bukankah Ibunda tahu kalau Alena itu tidak dapat menahan kantuknya kalau sudah larut malam. Ibunda masih ingat bagaimana dia tertidur di malam kesucian hingga Ia tidak bisa menari. Sekarang Ibunda malah menyimpannya di pertunjukkan terakhir. Apa ibunda sengaja hendak mempermalukan menantu ibunda sendiri?" Nizam tampak sangat geram kepada ibunya.     

"Semua putri yang ada di sini adalah menantuku, jadi kau tidak usah terlalu berlebih - lebihan dengan kejadian ini. Lagipula Aku menyimpan Putri Alena sebagai penampil terakhir agar kau ada di aula ini sampai acara terakhir. Karena Aku yakin kalau Putri Alena sudah tampil, Yang Mulia akan pergi meninggalkan Aula ini" Kata Ratu Sabrina membuat Nizam terdiam.     

Walau bagaimanapun Ratu Sabrina adalah ibu kandung Nizam dan Ia tahu betul bagaimana karakter anaknya. Jadi Ia sengaja menggunakan siasat ini agar Nizam menyaksikan penampilan para putri sampai akhir.     

Nizam tidak mampu berkata apa - apa lagi mendengar perkataan ibunya. Ia hanya berdoa semoga Alena tetap terjaga sampai saatnya Ia menari. Nizam tidak ingin Alena dijadikan bahan cemoohan putri lainnya.     

"Alena, tolong Kau jangan sampai tertidur" Bisik Putri Rheina ketika melihat mata Alena sudah sedikit sayu.      

"Aku mulai mengantuk" Kata Alena sambil mengambil kopi di meja dan meminumnya sampai habis. Ini adalah cangkir yang ketiga yang Ia minum untuk menghilangkan rasa kantuknya.     

"Ini gara - gara si mesum itu yang semalaman ga berhenti - henti memaksa Aku, Aku sekarang mengantuk karena kurang tidur. Sudah tahu Aku malam ini mau menari tetapi tetap saja Ia menaiki tubuhku. Apa dia pikir aku kudanya yang bisa Ia naiki setiap saat" Alena mengomel perlahan dan itu terdengar oleh Putri Rheina walaupun tidak jelas.     

"Apa? Siapa yang seperti kuda?" Kata Putri Rheina kepada Alena. Ia hanya mendengar sepotong - sepotong karena suara Alena yang perlahan.     

"Oh itu anu.. penampilan Putri Nadia tadi sangat bagus. Ia mampu meloncat - loncat sambil memainkan pedangnya bagaikan kuda di arena pacuan" Kata Alena sambil sedikit gugup. Ia sama sekali tidak ingin memperlihatkan kemesraannya dengan Nizam kepada Putri Rheina. Ia tadi tidak sengaja mengomeli Nizam.     

"Putri Nadia itu setipe dengan Almarhum Putri Kumari. Ia pandai menunggang kuda dan bermain pedang. Jadi tarian pedangnya memang sangat indah" Kata Putri Rheina. Malam ini Ia merasa puas melihat penampilan tarian putri - putri dalam Harem karena pada dasarnya Ia memang suka dengan tarian.     

Alena hanya menguap lebar dan Ia langsung menutup mulutnya ketika melihat Nizam melotot ke arahnya. Alena jadi cengengesan melihat mata Nizam yang seakan ingin menelannya. Dari tatapannya Alena tahu kalau Nizam melarangnya untuk tidur. Tapi Alena akan membela dirinya kalau Ia sampai benar - benar tertidur. Ia akan menyalahkan Nizam yang terus menerus memacu dirinya seakan tidak pernah puas.     

Malam semakin larut, makanan dan minuman melimpah ruah. Para putri itu tampaknya melupakan diet untuk malam ini karena semua tampak menikmati hidangan yang terhidang dihadapan mereka.     

Tetapi untungnya ketika nama Alena dipanggil rasa kantuk mendadak menjadi hilang berubah menjadi rasa gugup. Putri Rheina tahu kalau Alena sedang gugup sehingga Ia memegang tangan Alena untuk menguatkannya.     

"Percayalah, Kau sudah berlatih dengan sangat keras jangan biarkan kegugupanmu mengacaukan segalanya. Karena satu - satunya pembunuh kesempurnaan dari suatu penampilan adalah kegugupan," kata Putri Rheina sambil membereskan pakaian Alena yang sedikit kusut karena terduduki.      

Para Putri yang sudah mengantuk juga seketika hilang rasa kantuknya. Semua ingin menyaksikan tarian dari Alena. Siapa yang tidak ingin tahu apa yang akan dipersembahkan oleh istrinya kesayangan Nizam. Semua berbisik - bisik ketika melihat Alena melangkah dengan sedikit gemetar.     

Keringat dingin mulai menetes membasahi pelipisnya dan itu membuat Nizam tahu kalau Alena sedang gugup. Diam - diam Nizam jadi ikut gugup. Ia mengusap dagunya berulang kali. Matanya beriak gelisah. Menyaksikan Alena menari membuat Nizam ketakutan. Melebihi takutnya Nizam melawan ratusan musuh yang menghadang di depan matanya.     

Alena menarik nafas panjang dan berdiri di tengah Aula. Ia membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Ratu Sabrina dan Nizam. Ratu Sabrina tersenyum sambil mengangkat tangannya meminta Ia segera menari.     

Gambus mulai dipetik dan Darabuka ditepuk maka musikpun mengalun dengan indah. Sesungguhnya Alena tidak tahu tentang nada apapun. Jangankan musik dari Azura, musik umumpun Ia tidak tahu. Ia hanya ingat memainkan seruling ketika SD untuk memainkan lagu "Padamu Negeri"     

Alena hanya mengingat ketukan lagu melalui hitungan yang diajarkan oleh Putri Rheina. Jadi Alena mulai berhitung dan kemudian Alena mulai mengangkat tanganya dan meliukkan tubuhnya. Semua mata memandang dan mulai terbelalak melihat tarian Alena yang gemulai.     

Nizam menghela nafas lega melihat gerakan tarian Alena yang indah sesuai dengan musik tetapi kemudian telinga Nizam menjadi tegak ketika Ia tersadar kalau musik yang dimainkan tiba - tiba berubah nadanya.     

Dan memang benar, tarian Alena mulai tidak berarah. Alena kebingungan ketika nada dari musiknya berubah. Ia bingung harus menggerakan tangan atau kaki. Wajah Alena jadi pucat pasi. Putri Rheina tidak kalah kagetnya melihat Alena terdiam. Alena menatap ke arahnya dengan mata berkaca - kaca.      

Suara para putri bergemuruh melihat Alena yang baru sebentar menari itu malah terdiam terpaku di tengah Aula sementara musik terus mengalun. Suara darabuka yang ditabuh di iringi suara mizmar yang ditiup terus mengalun indah.     

"Ada apa dengan Putri Alena? Mengapa dia tidak melanjutkan menarinya? Mengapa Ia malah berdiri mematung disana? Sungguh memalukan!" Kata Ratu Sabrina dengan kesal. Mukanya merah karena marah. Ia menganggap Alena seperti menghinanya. Disaat Ia sudah kagum dengan tarian Arena tetapi Alena malah terdiam dengan muka kebingungan.     

Nizam tiba - tiba berdiri dan berkata, "Ibunda.. Putri Alena sengaja berhenti menari karena Ia ingin, Hamba ikut menari bersamanya.     

Tarian Putri Alena adalah tarian penutup, setelah melihat keindahan semua tarian putri untuk Ananda sangat tidak adil jika Ananda tidak ikut menari untuk mereka. Izinkan Ananda menari bersama Putri Alena agar tampilan penutup dari Putri Alena akan sesempurna penampilan Putri Mira" Kata Nizam sambil tersenyum.     

Suasana seketika jadi hening dengan kekagetan yang amat sangat. Nizam akan menari untuk  mereka. Apa ini bukan mimpi disiang hari? Sejak kapan Nizam yang begitu dingin dan kaku menjadi penari. Putri Rheina sendiri sampai melotot tidak berkedip ketika Nizam melangkah ke tengah dan menghampiri Alena yang masih terpaku. Tangan Nizam terhulur ke arah Alena dengan sikap yang sangat anggun. Alena dengan ragu menyambut uluran tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.