CINTA SEORANG PANGERAN

Alena Menjadi Penampil Terakhir



Alena Menjadi Penampil Terakhir

0Ketika semua putri terpaku dengan penampilan Nizam, Alena tampak ikut terpesona. Mengapa pria itu selalu tidak dapat menyembunyikan ketampanan dan kegagahannya jadi memang jangan salahkan kaum wanita yang tergila - gila kepadanya.     
0

Nizam menghampiri Ibundanya dan mencium tangannya. Ibunya menepuk bahu Nizam dengan bangga. Ratu Sabrina memang hanya memiliki satu putra tetapi putranya itu memang sangat unggul dibandingkan dengan pangeran lainnya. Apalgi Nizam dengan sopan juga menyalami para ratu lainnya terutama Ratu Zanita yang sudah banyak berjasa kepadanya.     

Nizam duduk di samping ibundanya tetapi matanya mencari Alena dengan refleks dan ketika Ia menemukan Alena duduk di samping Putri Rheina dan mengenakan kalung itu. Nizam menjadi lega. Senyumnya mengambang di mukanya yang tampan. Alisnya mengangkat dan bibirnya sedikit maju. Nizam tampak tidak sabar melewati malam ini.     

"Mari Ibunda kita mulai saja sekarang persembahan para putri untuk memeriahkan pesta ulang tahun Ibunda" Kata Nizam di sambut anggukan setuju ibunya. Ratu Sabrina mengangkat tangannya meminta kepada pembawa acara untuk memulai acaranya.     

"Baiklah Yang Mulia Ratu Sabrina. Di malam yang indah ini tentunya semua keberkahan dan keselamatan di limpahkan kepada kita terutama kepada Yang Mulia Ratu Sabrina yang sedang berulang tahun. Semoga  kesehetan dan kebahagian menaungi Yang Mulia dan semoga Yang Mulia panjang umur.     

Tidak lupa semoga keberkahan, keselmatan dan kebahagiaan juga menaungi Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Nizam Al-Walid. Izinkanlah kami para putri milik Yang Mulia untuk melakukan persembahan kepada Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Pangeran. Penampilan pertama adalah Putri Mira dari kerajaan Zamron. Tarian Semesta yang akan menjadi pembukaan terindah di malam ini" Kata pembawa acara di sambut tepuk tangan yang meriah dari para putri.     

Putri Mira berjalan dengan anggun dengan pakaianya yang indah bertaburkan mutiara. Wajah cantik itu sangat serupa dengan Pangeran Abbash hanya saja mata Putri Mira lebih sayu tetapi raut wajahnya lebih keras dibandingkan dengan pangeran Abbash. Kekerasan Putri Mira sekarang lebih mirip dengan Pangeran Barry. Putri Mira memulai gerakan dengan memberikan hormat dan tentunya mengerling kepada Nizam.     

Nizam malah melengos membuat darah Putri Mira seketika mendidih. Perlakuan Nizam kepada dirinya malah menimbulkan rasa dendam yang semakin kuat. Ia ingin sekali menyingkirkan Alena dan membuat Nizam bertekuk lutut di kakinya. Rasa cintanya sekarang berubah jadi obsesi yang tidak bertepi. Ia bahkan lebih  memilih menghancurkan Nizam daripada Ia harus membiarkan Nizam bahagia berada dipelukan orang lain.     

Tubuh Putri Mira meliuk - liuk mengiringi musik yang mengalun. Bentuk tubuh yang begitu indah di hiasi pakaian yang tak kalah indahnya membuat kesempurnaan penampilan Putri Mira sebagai penampil  pembuka. Putri Rheina  mengakui kalau Putri Mira ternyata sangat mahir menari tidak kalah dengan dirinya.      

Ratu Sabrina tampak terkagum - kagum melihat penampilan Putri Mira dan Ia lalu berbisik. "Aku sebenarnya tidak menyukai ketika Ia menipu kita semua dengan pura - pura gilanya tetapi melihat penampilannya yang begitu indah, Aku merasa Ia layak bersanding dengan Putri Alena dan Putri Rheina" Kata Ibunya. Nizam hanya tersenyum sambil mengangkat gelas minumannya dan meneguknya .     

Apa nurani ibunya sudah benar - benar hilang hingga Ia tidak tahu siapa sebenarnya yang mencintai dirinya dengan tulus dan siapa yang mencintai dirinya karena tahta. Di mata Nizam, Putri Mira adalah yang paling buruk dibandingkan dengan semua putri yang ada di dalam haremnya.     

Tepuk tangan begitu bergemuruh setelah Putri Mira mengakhiri penampilannya. Beberapa Putri sampai berdiri saking kagumnya dengan tarian Putri Mira. Ratu Sabrina melambaikan tangannya meminta Putri Mira untuk menghampirinya.     

Dengan gayanya yang begitu anggun Putri Mira menghampiri Ratu Sabrina mengulurkan tangannya dan mencium tangan Ratu Sabrinam Kemudian Ia juga melakukan hal yang sama pada Nizam.  Nizam hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum dingin.     

"Penampilanmu begitu indah. Aku tahu kau pasti berlatih begitu keras. Aku harap semua putri akan seperti dirimu berusaha keras untuk bisa menari atau menyanyi karena hal ini penting di dalam harem. Tarian kalian akan menghibur Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota sehingga menciptkan keseimbangan dalam jiwa dan raga Yang Mulia. Benarkan begitu Yang Mulia?" Kata Ratu Sabrina sambil melirik ke arah Nizam.     

Nizam menganggukan kepalanya, "Tentu saja Ibunda, tetapi hendaknya sebelum menyeimbangkan jiwa dan ragaku, para putri itu harus terlebih dahulu menyeimbangkan jiwa dan raganya agar tercipta harmoni ketulusan dalam hatinya" Kata Nizam sambil tersenyum manis.     

Putri Mira mendadak berubah wajahnya mendengar sindiran Nizam, seakan kalau yang Ia lakukan bukanlah suatu ketulusan. Tetapi rasa tidak senang mendengar perkataan Nizam Ia tahan sekuat tenaga dan wajahnya segera Ia ubah kembali menjadi raut wajah yang berseri - seri.     

"Yang Mulia sunguh bijaksana, semoga apa yang hamba lakukan akan terlihat sebagai suatu ketulusan"     

"Tentu saja Putri Mira, karena ketulusan itu bukan suatu hal yang dapat disembunyikan atau ditutupi. ketulusan itu akan terpancar secara alami dari sorot mata seseorang" Kata Nizam lagi membuat Putri Mira langsung terdiam mati kutu. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecedasan dari Nizam kecuali dia harus bertindak sangat licik dan kejam.     

"Sudahlah.. masih banyak putri yang harus tampil. Aku ingin memberikan hadiah ini untukmu karena sudah tampil begitu indah. Aku memang menyiapkan beberapa hadiah yang akan Aku berikan untuk beberapa penampil terbaik," Kata Ratu Sabrina sambil mengulurkan tangannya memberikan sebuah cepuk kecil kepada Putri Mira.     

Putri Mira tersenyum bahagia dan mengambilnya lalu membungkukan badannya. Para putri bertepuk tangan karena kagum sekaligus iri dengan nasib baik Putri Mira. Dan mereka bertekad untuk menampilkan bakat mereka sebaik mungkin.     

Tarian, nyanyian dan  permainan alat musik berganti - ganti tampil di hadapan Nizam dan Ratu Sabrina. Nizam terus memandang Alena. Ia tidak tahan ingin melihat Alena menari. Semua tarian, nyanyian dari para putri itu sampah baginya. Di matanya hanya Alena yang paling menarik. Jangankan menari, bagi Nizam hanya dengan melirikkan matanya saja Alena sudah sangat menggetarkan hatinya.     

"Ibunda mengapa Alena belum tampil juga?" Kata Nizam akhinya menjadi tidak sabar. Mengapa Alena masih belum tampil. Ia tahu kalau yang mengatur acara adalah ibunya.     

"Mengapa kau jadi begitu tidak sabar? Kau ini setiap malam berada disisinya sampai mengabaikan putri yang lain. Kau tahu gara - gara tingkahmu itu, Aku sudah kehilangan muka di hadapan para putri itu.     

Malam ini saatnya Aku menunjukkan kalau Aku mampu bersikap adil terhadap mereka. Jadi Aku sengaja menyimpan penampilan istrimu sebagai penutup dari acara ini" Kata Ratu Sabrina membuat Nizam seketika tercengang.     

"APA?" Suara Nizam terdengar cukup keras sehingga Putri yang sedang memainkan alat musik harva di depannya seketika berhenti. Semua mata sekarang memandang ke arah Nizam.  Nizam segera menyadari kesalahannya. Ia mengangkat tangannya dan  meminta acara dilanjutkan. Putri yang memainkan alat musik harva itu sedari tadi mengetahui kalau Nizam sama sekali tidak memperdulikannya. Walaupun hatinya sangat sakit tetapi Ia terus memainkan alat musik itu dengan semangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.