CINTA SEORANG PANGERAN

Bidadari Tersesat



Bidadari Tersesat

0"Alena.. jangan lupa kau pakai kalung yang dari Nenek" Kata Nizam di telepon ketika Alena sedang bersiap untuk datang ke Aula. Alena yang sudah memegang erat kalung itu langsung menganggukkan kepalanya.     
0

"Malam ini adalah pembuktian bahwa kau tidak melakukan perselingkuhan dengan Pangeran Abbash. Kalung itu harus kau tunjukkan ke semua orang yang ada disana. Kau istri Nizam satu - satunya yang akan setia selamanya" Kata Nizam dengan penuh semangat. Tetapi Alena malah tertawa mendengar perkataan Nizam.     

"Mengapa kau malah tertawa? Apakah apa yang aku katakan ini lucu? Kau memang keterlaluan, Nyawamu sudah hampir sampai ditenggorakan tetapi kau malah tertawa" Nizam mendadak morang - maring di sebrang sana.     

"Maaf Yang Mulia, bukannya Aku tidak takut dengan kematian tetapi kata - kata terakhirmu itu terdengar aneh. Kau seperti anak remaja yang sedang bermesraan dengan kekasihnya. Tidak usah kau sebutkan seperti itu, bukankah tiap malam Aku merangkak di  kakimu" Kata Alena sambil terus tertawa.     

Hilang sudah perasaan stressnya karena Ia akan tampil menari untuk yang pertama kalinya di depan orang banyak. Sedangkan wajah Nizam langsung memerah mendengar perkataan Alena. Merangkak di kakinya? Bahasa vulgar apalagi yang ada dimulut Alena? Padahal malam ini Nizam sangat yakin akan ada kegaduhan besar di dalam harem. Dan Ia sedang menunggu momen-nya.     

"Kau memang nakal, kucing liar! Aku bersumpah akan memukul pant*tmu agar kau kapok," Kata Nizam sambil bersungut - sungut. Alena semakin keras tertawa dan segera menutup teleponnya sebelum suaminya mengeluarkan sumpah serapah.     

Ada banyak pelayan yang menghias Alena dan Putri Rheina masih belum ada di ruangan. Ia pergi entah kemana tetapi Alena tidak mau mengganggunya. Ia tahu kalau Putri Rheina tampak sangat lelah setelah melatihnya. Alena bersenandung lagu dari musik yang akan mengiringinya menari. Selama ini kebanyakan Ia menari di iringi musik dari handphone agar praktis tetapi nanti dia akan menari diiringi music secara live.     

Setelah semua sudah siap, Alena pergi ditemani oleh para pelayan. Ia dari kemarin tidak melihat Maya. Kata Nizam, Maya sedang ditugaskan dulu sebelum Ia menikah dengan Amar. Entah tugas apa karena mereka perginya berdua. Hanya saja Ia mendengar dari Cynthia kalau Nizam sudah menikahkan mereka secara diam-diam. Dan Alena tentu saja percaya karena Nizam tidak akan membiarkan sepasang kekasih itu pergi kemana - mana sebelum menikah.     

Alena bersenandung sambil meloncat - loncat kecil dari belakang para pelayan menahan tawanya melihat tingkah Alena yang lucu padahal dia sudah memiliki anak dua tetapi tingkahnya masih seperti anak remaja. Alena memang sangat lucu.     

"Aku Alena, akan menjadi bintang malam ini. Kalau aku menari maka produser dari hollywood akan memintaku jadi bintang baru di Amerika" Senandung Alena dalam bahasa Indonesia membuat orang yang mendengarkannya tidak mengerti. Sesekali Alena memegang kalung merah mudanya yang bersinar indah di lehernya. Rambutnya yang panjang itu disanggul dan dihiasi dengan kerudung yang menjuntai indah.     

"Aku cantik bagaikan bidadari yang tersesat, semua bunga akan menunduk karena malu kecantikannya terkalahkan olehku dan para kumbang akan terpikat olehku" Kata Alena sambil tersenyum mengusir kegundahan hatinya. Ia tidak ingin menari dalam keadaan tertekan. Ia harus berusaha riang gembira.     

Dan kegembiraan Alena berkali lipat ketika Ia melihat Putri Rheina datang kepadanya. "Rheina... Rheina.. lihatlah Aku sudah mengenakan kalung ini, apakah ini terlihat indah?"      

"Tentu saja, Kau mengenakan pakaian berwarna merah muda dengan hiasan putih, itu terilhat sangat sederhana tetapi ketika kau mengenakan kalung itu maka sinar dari kalung langsung muncul berkilauan.     

Tahukah Kau? Kalau Yang Mulia memilihkan warna pakaian ini untukmu. Dia ingin ketika kau mengenakan kalung itu, Semua orang hanya akan menatap kalungnya dan bukan menatap pakaianmu. Itulah sebabnya kecantikan dari kalung itu tidak boleh tertandingi oleh keindahan gaunnya. Gaunmu harus memberikan kesempatan kepada kalungmu untuk bersinar" Kata Putri Rheina sambil membetulkan gaun Alena.     

Alena tidak tahu kalau seminggu yang lalu Nizam menemuinya dan berdiskusi tentang gaun yang akan dikenakan Alena. Tadinya Putri Rheina ingin Alena mengenakan gaun yang sangat glamor dan penuh perhiasan di sekitar perut agar semua orang menggumi tariannya tetapi Nizam malah menginginkan Alena mengenakan pakaian yang sederhana agar kalungnya terlihat dengan jelas dan indah.     

Putri Rheina tidak tahu menau tentang permasalahan kalung yang dibuat oleh ayahnya. Ia hanya tahu kalung yang dikenakan Alena adalah kalung warisan dari leluhur Nizam. Dan wanita yang paling dicintai oleh putra mahkota atau Raja yang boleh mengenakannya.     

Seandainya Putri Rheina belum berubah maka Ia pasti gila mengenakan kalung itu berada di leher Alena karena seumur hidupnya Ia memimpikan kalung itu melingkar di lehernya jadi ketika Ia mengetahui kalau Nizam memberikan kalung itu sebagai mas kawin untuk Alena maka Ia hampir gila karena marah.     

Kalung itu idaman setiap wanita di kerajaan Azura dan para putri yang berniat ingin menjadi istri Nizam dan menjadi ratu di kerajaan Azura karena kalung itu adalah tanda cinta Nizam kepada wanita yang dicintainya.     

"Kalung itu sangat indah, tidak heran kalau harganya sangat mahal dan nilai historisnya tidak ternilai" Kata Putri Rheina sambil menatap lekat - lekat ke arah kalung itu. Ia sendiri belum pernah melihat kalung itu sedekat ini.      

"Aku mengakui keindahan kalung ini, tetapi Aku sebenarnya tidak menyukai kalau harus mengenakan kalung ini. Kau tahu terakhir kali Aku mengenakan kalung ini, Kalung ini hilang" Kata Alena kepada Putri Rheina.     

"Hah? Hilang? bagaimana bisa ? Terus bagaimana? Dimana hilangnya? Dan Aku besyukur kalung ini sudah dtemukan kembali"     

Alena hampir saja membuka mulutnya untuk mengatakan  hal yang sebenarnya kepada Putri Rheina kalau saja Ia tidak teringat peringatan dari Nizam kalau Ia tidak boleh mengatakan kepada siapapun kalau kalung yang dikenakannya adalah palsu.     

Nizam tidak mempercayai siapapun kecuali orang - orangnya sendiri. Walaupun Ia sangat mempercayai ketulusan hati Putri Rheina tetapi Ia tahu kalau Putri Rheina bukan orang yang terlalu cerdas. Kalau sampai Ia tahu permasalahan yang sebenarnya takutnya adalah Putri Rheina mungkin saja kelepasan bicara kepada ayahnya jadi Nizam sangat melarang Alena memberitahukan siapapun tentang adanya kalung palsu.     

"Aku ternyata lupa menyimpannya. Seharusnya Aku menyimpan kalung ini ditempat yang khusus tetapi Aku lupa menyimpannya dimana. Dan Nizam tidak mau tahu, dia menyuruh semua pelayan untuk mencarinya dan syukurlah akhirnya ketemu di laci meja samping" Kata Alena dengan meyakinkan. Dia berharap kalau Putri Rheina tidak akan bertanya lebih jauh lagi tentang kalung ini.     

Tetapi keinginan Alena itu tidak terkabulkan. Putri Rheina tampak sangat tertarik dengan keindahan kalung itu bahkan Ia terang - terangan ingin menyentuh kalung Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.