CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Memonopoli



Jangan Memonopoli

0"Apakah Kau yakin kalau Nizam tidak pernah belajar menari?" Alena bertanya sekali lagi membuat Putri Rheina jadi berpikir ulang. Ia bukanlah penghuni istana sejak lahir karena Ia adalah orang luar. Ia sendiri tidak tahu apakah Nizam memang pernah belajar menari atau tidak. Tetapi tidak ada satu beritapun yang Ia dengar kalau Nizam pernah belajar menari.     
0

Putri Rheina mendapatkan pelajaran menari dari guru penari istana langsung mengingat dia adalah calon ratu dari kerajaan Azura. Dia harus mendapatkan  guru terbaik dari kerajaan ini dan tidak ada satupun guru penari yang melatih dia mengatakan kalau Nizam belajar menari. Karena logikanya kalau Ia menari pasti para pelatih itu sudah mengatakan kepadanya.      

Putri Rheina kemudian menggelengkan kepalanya, Ia yakin sekali kalau Nizam tidak pernah belajar menari di istana. Entah kalau Nizam belajar menari sewaktu di Amerika.     

"Mengapa Kau bertanya seperti itu? Apakah kau pernah melihat Yang Mulia menari?" Tanya Putri Rheina. Alena sebenarnya ingin sekali menceritakan tentang Nizam yang mengajaknya menari tetapi Ia tidak ingin menyakiti Putri Rheina. Walaubagaimanapun Alena tidak ingin memperlihatkan kemesraannya dengan Nizam di depan Putri Rheina.     

"Entahlah.. tetapi Aku merasa kalau Ia sebenarnya bisa menari" Kata Alena kepada Putri Rheina. Putri Rheina hanya mengangkat bahunya. Ketika langkah mereka semakin mendekati harem. Putri Rheina melihat Putri Nadia sedang berjalan dengan Putri Mira.     

"Sejak kapan mereka jadi akrab? Setahuku teman Putri Mira hanya Putri Alycia. Anaknya Mentri Al-Ghozali. Si gila itu harus kita waspadai" Mulut tajam Putri Rheina muncul kembali. Alena sampai kaget ketika Putri Rheina berkata seperti itu.     

"Kau panggil dia apa?"     

"Si gila, diakan pura - pura gila kemarin. Kami berpikir kalau dia benar - benar gila ternyata dia hanya pura - pura saja. Menjijikkan.."     

"Hus.. jangan bicara seperti itu. Dia adiknya Pangeran Abbash" Kata Alena merasa tidak enak dengan pangeran Abbash. Walau bagaimanapun Ia tahu kalau Pangeran Abbash sangat menyayangi adiknya itu.     

"Kau jangan terlalu baik kalau tinggal di istana tetapi juga jangan bodoh seperti diriku" Kata Putri Rheina sambil menyadari kebodohannya. Cemburu membuat otaknya jadi beku dan Ia ingin menyingkirkan Alena dengan cara apapun.     

"Tidak apa - apa, kalau menurutku kita berbuat baik maka Alloh akan menjaga kita dan membalas kebaikan kita."     

"Kau bisa mati terbunuh tapinya..."     

"Aku berharap bisa survival di istana tanpa harus memperbanyak musuh, sebenarnya Aku dulu sama dengan dirimu. Aku sangat membencimu karena Aku cemburu. Kau adalah orang terdekat dengan Nizam karena kau tunangannya. Kau calon istrinya. Aku merasa berdosa sekaligus merasa sangat benci dengan kenyataan ini. Aku tidaklah sebaik itu. Kau tahu kebencianku kepadamu mungkin lebih besar dari kebencianmu kepadaku. Hanya saja Aku tidak pernah berpikir untuk mencelakaimu"     

Putri Rheina jadi tersipu - sipu mengingat Ia bahkan berkali - kali mencelakai Alena tetapi benar kata Alena kalau Tuhan selalu menolong orang yang baik. Alena selalu selamat dari kejahatannya.     

Putri Nadia dan Putri Mira juga menyadari kalau di belakang mereka ada Alena dan Putri Rheina sehingga mereka akhirnya saling berhadapan. Mereka saling berpandangan dan Putri Mira tersenyum sambil menyapa Alena sedangkan Putri Nadia tampak hanya terdiam di belakang tubuh Mira. Ia tampak tidak ingin berkonfrontasi dengan Putri Rheina mengingat kejahatannya sudah diketahui oleh Putri Mira. Ketika kejahatannya diketahui oleh orang lain maka Ia merasa nyawanya sudah ada ditenggorokannya     

"Salam Putri Alena, apakah anda baik - baik saja?" Tanya Putri Mira sambil mengerling ke arah Putri Rheina. Mulut menyapa Alena tetapi mata meliik ke arah Putri Rheina. Putri Rheina mencibirkan bibirnya.     

"Tentu saja baik, hidup di istana Yang Mulia Pangeran Nizam.. mana lagi yang paling membahagiakan selain itu" Kata Putri Rheina.     

"Kalian hanya sedang beruntung saja, tetapi kau harus tahu kalau roda itu berputar.. saat ini kalian ada di atas kami tetapi tidak menutup kemungkinan ada masanya kalian akan ada di bawah kami." Putri Mira berkata dengan lembut. Nadanya lembut tetapi kata - katanya sungguh tajam.     

"Kau sangat mirip dengan kakakmu" Kata Alena sambil menatap wajah Putri Mira yang sangat cantik. Ia sudah berkali - kali bertemu dengan Putri Mira tetapi wajah cantiknya tidak pernah membosankan untuk di lihat.     

"Mengapa? apa yang Mulia rindu dengan kakak Abbash? Kakak Abbash memang sangat tampan, jarang ada wanita yang tidak jatuh cinta kepadanya termasuk mungkin Yang Mulia Putri Alena" Kata Putri Mira membuat wajah Alena jadi merah padam.     

"Kau jangan bicara sembarangan" Putri Rheina tampak akan menampar Putri Mira tetapi Alena menghalangi.     

"Jangan terprovokasi, ingat ketika kau berhasil memprovokasi diriku saat pertama datang ke dalam harem dan Aku terkena hukuman cambuk. Jangan - jangan Ia melakukan taktik serupa denganmu" Kata Alena sambil berbisik. Putri Rheina langsung terdiam.     

"Putri Rheina tampaknya masih segalak dulu padahal Yang Mulia hampir mati di dalam penjara. Benarkan?" kata Putri MIra kepada Putri Nadia. Putri Nadia menganggukan kepalanya.     

"Benar.. Aku tidak percaya kalau Putri Alena malah bersama orang yang hampir membunuhnya" Kata Putri Nadia, Ia malah mengungkit peristiwa itu.     

"Kau! Aku tidak pernah berniat membunuh Alena.." Kata Putri Rheina dengan muka merah padam.     

"Oh ya? Mana ada maling ngaku" Kata Putri Mira kepada Putri Nadia.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam sangat buta karena menyimpan ular di dalam istananya" Kata Putri Nadia     

"Tidak apa - apa, lambat laun bau bangkai akan tercium" Kata Putri Mira.     

"Apakah Putri Alena tidak merasa keberatan karena disatukan dengan orang yang hampir merani Yang Mulia?" kata Putri Mira seperti sedang mengompori Alena. Putri Rheina menjadi pucat saking marahnya. Ia sama sekali tidak berniat membunuh Alena walapun Ia menginginkan Alena mati. Malam itu Ia hanya ingin Alena sakit perut dan memberikannya kesempatan untuk bersama Nizam.     

"Alena.. Aku sungguh.." Putri Rheina tidak melanjutkan pembicaraannya karena Alena menggelengkan kepalanya.     

"Sudah... tidak usah di bahas lagi, Itu kejadian yang seharusnya kita lupakan" Kata Alena.     

"Tetapi gara - gara kejadian itu, nyawa seseorang melayang. Apakah Yang Mulia begitu kejam hingga melupakan kejadian yang sudah mengorbankan nyawa orang yang tidak berdosa hanya untuk menyelamatkan nyawa Yang Mulia Putri Alena. Kasihan Almarhum Putri Kumari" Kata Putri Mira lagi. Tampaknya Ia benar - benar ingin memprovokasi Alena dan Putri Rheina.     

"Aku tidak pernah hendak mengorbankan nyawa siapapun, itu karena Yang Mulia Pangeran Nizam meminta seseorang untuk mengecek apakah makanan itu beracun atau tidak tetapi Putri Kumari malah memakannya langsung. Itu bukan salah kami" Kata Alena dengan mata berkaca - kaca. Ia jadi teringat bagaimana Putri Kumari mati. Seharusnya Ia yang mati tetapi karena Putri Kumari memakan gudeg itu terlebih dahulu maka Ia yang mati.     

"Jangan bersedih Alena. Ini bukan salahmu" Kata Putri Rheina.     

"Yah..ini bukan salahnya tetapi memang ini salahmu" Kata Putri Mira menudingkan telunjuknya ke arah Putri Rheina.     

"Kau ! Aku tidak pernah meracuni siapapun. Aku hanya menyimpan obat pencahar dan itu tidak akan pernah membuat orang mati. Yang salah adalah orang yang tega menyimpan racun itu" Kata Putri Rheina.     

"Huh! Aku sukar mempercayai perkataanmu. Kau adalah putri yang mendapatkan hak istimewa bahkan Pangeran Nizam sampai menghukum banyak orang di penjara karena membiarkan kau sakit tanpa perawatan" Kata Putri Mira lalu Ia melipat tangannya di dadanya dan berkata lagi.     

"Gara - gara kalian berdua, banyak orang mati saat itu. Sungguh hebat. Bahkan sampai saat ini Pangeran Nizam masih belum menyentuh kami. Kalian berdua terlalu serakah untuk menguasainya" Putri Mira terus berkata yang menyakiti Alena.     

"Aku sama sekali tidak seperti itu. Yang Mulia Pangeran Nizam yang tidak ingin menyentuh kalian" Kata Alena membantah perkataan dari Putri Mira.     

"Sebagai calon ratu, Yang Mulia Putri Alena harus lebih bijaksana. Yang Mulia tidak boleh memonopoli Pangeran Nizam. Ini akan mencelakan Yang Mulia sendiri. ingat orang tua kami memiliki batasan. Kalau sampai orang tua kami semua marah maka yang rugi adalah Yang Mulia Pangeran Nizam sendiri" Kata Putri Mira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.