CINTA SEORANG PANGERAN

Itu Tidak Mungkin



Itu Tidak Mungkin

0Hari ulang tahun Ratu Sabrina dirayakan besar - besaran di istana, bahkan peliputan acaranya dilakukan oleh semua stasiun televisi, media massa cetak ataupun online. Di halaman istana di sediakan hidangan makanan gratis untuk seluruh rakyat kerajaan yang ingin mencicipi makanan khas kerajaan. Tentu saja jumlahnya dibatasi, semua yang boleh masuk hanya orang - orang yang memiliki tiket masuk.      
0

Tiket masuk dibagikan hanya kepada penduduk asli kerajaan Azura mengingat ini adalah halaman istana yang sangat rawan jika terbuka untuk umum. Berbagai penari terbaik negeri itu tampak ikut memeriahkan pesta ulang tahun Ratu Sabrina. Selain hidangan gratis juga ada pemberian sumbangan untuk para fakir miskin dan sudah di buka sejak pagi.     

Ratu Sabrina tampak memberikan langsung sumbangan itu kepada para fakir miskin dengan penjagaan yang ketat. Para putri tampak ikut membagikan. Mereka memakai cadar tipis yang menutupi wajah mereka tetapi pakaian indah mereka tampak sudah cukup memuaskan orang - orang yang memang sangat jarang menyaksikan  para putri itu keluar.     

Tidak semua putri itu keluar karena memang jumlahnya banyak. Mereka di undi oleh Ratu Sabrina dan hanya ada sepuluh orang yang boleh  menemani keluar. Termasuk Putri Mira dan Putri Nadia. Putri Nadia sibuk mencatat daftar orang - orang yang sudah menerima sumbangan dan Putri Mira berdiri di samping Ratu Sabrina bersama Putri Rheina.      

Putri Rheina tampak sekali menunjukkan wajah marah kepada Putri Mira tetapi Ia tidak berani berbuat yang aneh - aneh karena di sisinya ada Ratu Sabrina. Sedangkan Alena tampak menghitung semua sumbangan yang sudah dibagikan. Ia sibuk sendiri di depan komputer. Di dalam harem, Ia adalah satu - satunya putri yang menguasai komputer dan perhitungan akuntansi.     

Seorang kakek tua tampak menghampiri Ratu Sabrina dan menerima amplop tebal. Ia menatap wajah Ratu Sabrina dengan pandangan penuh rasa terima kasih. Setiap tahun ia tidak pernah absen mendatangi istana untuk mendapatkan amplop dari Ratu Sabrina. Ratu Sabrina selalu merasa mengenali kakek tua itu. Tetapi kakek tua itu hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ia tidak pernah mengatakan apapun selain ucapan terima kasih.     

Putri Rheina menatap wajah mertuanya dengan heran, Ia melihat wajah Ratu Sabrina yang seperti mengenali kakek tua itu. Sehingga kemudian Ia bertanya, "Apakah Ibunda mengenali kakek itu?" Tanya putri Rheina sambil memberikan amplop lagi kepada Ratu Sabrina. Ratus Sabrina menggelengkan kepalanya,     

"Aku tidak mengenalnya tetapi setiap tahun, Ia selalu ada dan hanya mengucapkan terima kasih" Kata Ratu Sabrina sambil kembali membagikan amplop yang ada di tangannya.      

Hingga menjelang dhuzur semua kegiatan di hentikan terlebih dahulu. Ratu Sabrina dan para putri tampak sangat lelah dan mereka kembali ke dalam harem. Sedangkan pembagian dilanjutkan oleh para petugas administrasi. Alena lalu berdiri ketika Putri Rheina menghampiinya.     

"Ayo kita masuk ke dalam.. apa kau tidak melihat kalau para putri itu menatap kita seperti melihat musuh" Kata Putri Rheina sambil memegang tangan Alena.     

"Sebenarnya tanggung tetapi sudahlah.. kebetulan Aku juga sudah lapar. Eh.. apa? Kau tidak menyebutkan apa? Putri - putri itu? Biarkan saja... mereka akan diam kalau nanti Aku yang memimpin Harem" Kata Alena penuh percaya diri.     

"Benar! Tarianmu kali ini harus sukses. Kau harus bisa membuktikan kepada Ibunda Ratu Sabrina bahwa kau layak menjadi pemimpin Harem.  Aku akan membantumu sekuat tenaga agar Kau bisa menjadi ratu yang baik" Kata Putri Rheina sambil berjalan bersisian dengan Alena.     

"Terima kasih Rheina, Aku sungguh bahagia kau berada di sisiku. Menjadi teman yang baik untukku. Padahal Aku sudah merebut suamimu" kata Alena dengan sedih.     

"Jangan bicarakan itu lagi. Kau kan tidak tahu kalau Yang Mulia itu pangeran.  Lagipula sebagai seorang pangeran di kerajaan Aliansi, sudah biasa beristri lebih dari satu. Kau jangan merasa bersalah. Anggap saja kita hanyalah korban dari suatu adat istiadat" Kata Putri Rheina sambil tersenyum. Tidak lupa Ia menengok ke  kiri dan ke kanan melihat kalau - kalau ada yang mendengar pembicaraan mereka.     

"Aku do'akan semoga kau mendapatkan suami yang baik"     

"Aamiin.." Putri Rheina hanya mengaminkan saja. Ia sebenarnya tidak terlalu berharap akan mendapatkan pengganti Nizam dalam hatinya. Walaupun Ia tidak mencintai Nizam lagi tetapi kepercayaannya terhadap laki - laki sudah hilang di hatinya. Ia terkadang tidak ingin menikah lagi selamanya. Perasaannya sudah mati karena merasa bahwa cinta bukanlah miliknya.     

Alena mencekal tangan Putri Rheina lalu berjalan sambil memegang tangannya. Para pelayan atau penjaga yang kebetulan lewat tampak saling berbisik melihat kedekatan mereka. Sungguh tidak masuk di akal kalau tidak melihatnya sendiri. Bagimana mungkin dua orang yang dulunya begitu bermusuhan sekarang tampak begitu akrab.     

Keduanya tampak seperti dua bidadari yang sedang turun ke bumi. Hanya saja Alena tampak jauh lebih pendek dari Putri Rheina. "Malam ini akan jadi malam yang tidak terlupakan dalam hidupku" Kata Alena sambil tersenyum. Ia sangat bahagia karena sudah menguasai tarian yang diajarkan oleh Putri Rheina.     

"Kau yang berusaha keras untuk bisa. Tidak ada sesuatupun yang bisa mengalahkan semangat" Kata Putri Rheina.     

"Tidak! Kau adalah guru yang hebat. Kau tahu betul bagaimana gerakan yang mudah kupelajari dan sesuai dengan gaya tubuhku. Aku dulu paling tidak bisa menari"     

"Itu karena tarian di negeramu gerakannya cukup rumit, sedangkan di kerajaanku tidak seperti itu. Kau hanya tinggal mengekspose tubuhmu saja dan tidak ada arti atau apapun dalam tarian kami. Kebanyakan tarian kami memang ditujukan untuk menyenangkan suami saja. Seperti halnya para putri di dalam harem.     

Mereka hanya diperbolehkan menari di depan para wanita atau di depan Raja yang menjadi suami mereka. Itulah sebabnya tarian kami banyak mengekspos tubuh secara seductive. Kami ingin Raja melihat kami dan meminta kami untuk menemaninya tidur" Putri Rheina tertawa sampai keluar air mata.     

"Sebenarnya ini bukan budaya seperti di negaramu, tetapi ini lebih berupa kemesuman.." Kata Putri Rheina lagi dan Alena ikut tertawa. Ia jadi teringat bagaimana Nizam menarikan tubuhnya seperti seorang penari balet. Dan bahkan Ia baru tahu kalau suaminya juga ternyata bisa menari.     

"Apakah para pria di kerajaanmu juga bisa menari?" Alena bertanya dengan wajah serius.     

"Beberapa ada yang belajar menari" Kata Putri Rheina.     

"Apakah Nizam juga belajar menari?" Alena jadi ingin tahu tentang Nizam kepada Putri Rheina. Putri Rheina malah kembali tertawa,     

"Yang Mulia Pangeran Nizam, menari? Apakah itu mungkin? That's imposible..." Putri Rheina mendorong pipi Alena dengan telunjuknya.     

"Pangeran Nizam adalah seorang petarung, pemikir, olahragawan, negarawan. Ia hanya mempelajari hal - hal yang berkaitan dengan tugasnya sebagai putra mahkota. Yang Mulia tidak akan pernah belajar menari. Ini sangat menggelikan" Kata Putri Rheina sambil tertawa. Ia tidak bisa membayangkan Nizam yang begitu serius dan dingin belajar menari seperti wanita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.