CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Tidak Ingin Dikhianati



Aku Tidak Ingin Dikhianati

0"Entahlah.. tergantung mana yang paling kau benci. Putri Rheina atau Putri Alena" Kata Putri Mira. Senyumnya tampak sangat licik. Putri Nadia belum pernah bertemu dengan wanita sepintar dan selicik Putri Mira.     
0

"Apakah kau benar - benar mencintai Pangeran Nizam?" Putri Nadia malah balik bertanya. Ia belum lama berteman dengan Putri Mira sehingga Ia jadi ingin tahu perasaan Putri Mira terhadap Nizam.     

"Cinta? Apakah kita para putri berhak berkata dengan kata itu? Kita tidak pernah belajar apa itu perasaan cinta. Kita hanya tahu kalau pernikahan kita sudah ditentukan. Aku sangat mengagumi pangeran yang berhasil mengalahkan kakakku. Sejak kecil Aku melihat bagaimana Kakakku Pangeran Barry membenci pangeran Nizam dan itu malah memicu perasaan tertantangku untuk menjadi istrinya.     

Dan cinta itu terpupuk bersama ambisi untuk menjadi wanita nomor satu di Kerajaan Aliansi. Bukankah ada kalimat yang mengatakan barang siapa yang menjadi ratu dari kerajaan Azura maka Ia akan menjadi wanita nomor satu.     

Semua putri menginginkan menjadi istri Pangeran Nizam termasuk kau tentunya. Jadi jangan bicara cinta di sini jika kita datang karena ambisi pribadi dan kerajaan" Kata Putri Mira membuat Putri Nadia terdiam. Apa yang dikatakan oleh Putri Mira sangat benar.     

Putri Nadia mungkin tidak akan pernah mencintai Nizam jika seandainya Nizam bukanlah pangeran dari kerajaan Azura yang gagah perkasa dan kaya raya. Ia juga tidak  mungkin ada di sini jika Ia tidak memiliki ambisi untuk menjadi Ratu di kerajaan Azura. Jadi jangan katakan ini cinta jika mereka hanyalah menginginkan gelar ratu.     

"Kau benar, konon katanya salah satu yang menyebabkan Pangeran Nizam sangat mencintai putri Alena adalah dulu dia tidak tahu kalau Pangeran Nizam adalah pangeran. Jadi Pangeran Nizam menganggap kalau cinta Putri Alena adalah cinta murni." Putri Nadia berkata sambil mengambil sebuah apel dari hidangan yang ada di depannya. Ia kemudian memakannya dengan santai.     

Putri Mira mengangkat bahunya, "Apa kau pikir ada orang sepolos itu? Aku perhatikan Putri Alena ini kelihatannya polos tetapi dia sebenarnya mungkin lebih licik dari kita. Dia memiliki daya pikat yang tidak kita miliki. Coba saja kau pikir! Dia tidak memiliki  kelebihan apapun tapi mampu membuat banyak pria jatuh cinta padanya. Apa dia pikir dia adalah Cleopatra?" kata Putri Mira.     

"Itu memang benar. Putri Rheina jauh lebih cantik, anggun, kaya dan berkarisma tetapi sayangnya Putri Rheina juga kalah bersaing dengan Putri Alena. Jika ingin mendapatkan sentuhan Pangeran Nizam, kedua putri itu memang harus pergi dari sisi dia. Sepanjang mereka ada, jangan harap kita akan mendapatkan perhatian sedikitpun." Putri Nadia mengusap buah apel yang berwarna merah cerah itu.     

"Mungkin kau harus mencoba racunmu itu lagi untuk menyingkirkan mereka" Kata Putri Mira.     

"Ha..ha..ha.. Aku masih belum berani mencobanya lagi setelah yang kemarin gagal. Andaikan dia seorang putri salju yang lugu mungkin dia sudah kuracuni melalui buah apel ini" Putri Nadia berkata sambil menggigit buah apel yang manis itu.     

Putri Mira malah membelalakan matanya, Ia seperti mendapatkan ide dari perkataan Putri Nadia. "Mengapa tidak kau lakukan itu? Dulu makanan gudeg itu membuat Pangeran Nizam begitu waspada. Aku pikir kalau buah apel tidak akan ada yang mencurigai." Kata Putri Mira kepada Putri Nadia.     

"Tidak.. tidak.. Aku tidak mau melakukannya. Ini terlalu beresiko. Aku tidak mau ada korban lain selain Putri Alena. Kalau waktu itu aku menyimpan racun itu di makanan gudeg karena Aku merasa makanan itu hanya akan di makan Putri Alena. Tetapi kalau buah apel, ini buah yang sangat umum. Aku tidak ingin ada orang lain yang akan memakannya selain Putri Alena" Kata Putri Nadia.     

Putri Mira mendecih, bibirnya yang mungil merah itu mencibir kesal, "Sejak kapan kau punya hati nurani? Seseorang yang memiliki jiwa pembunuh tidak mungkin merasa kasihan dengan nyawa orang lain."     

Seketika Putri Nadia menjadi marah, Ia berdiri dan berkata dengan keras, "Aku mungkin jahat tetapi Aku masih memiliki hati nurani. Aku hanya akan melenyapkan musuh - musuhku tetapi jika orang itu bukan musuhku maka Aku tidak ingin mencelakainya" Kata Putri Nadia sambil menatap wajah Putri Mira dengan tajam. Putri Mira malah tertawa,     

"Galak benar, kamu. Aku hanya bercanda, kau begitu marah" Kata Putri Mira sambil menyodorkan air minum. Ia tidak mengira kalau Putri Nadia akan begitu marah. Putri Nadia mengambilnya lalu meminumnya.     

"Bercandamu sungguh tidak lucu. Aku tidak suka bercanda menggunakan nyawa orang lain. Sudah cukup Putri Tolol itu mati karena kecerobohannya. Aku tidak mau menambah dosa lagi," Kata Putri Nadia.      

"Tetapi Putri Nadia, seandainya nih.. seandainya kalau ada cara yang membuat hanya Putri Alena yang memungkinkan untuk memakan apel itu bagaimana?" Kata Putri Mira kepada Putri Nadia. Putri Nadia terdiam mendengar perkataan itu.     

"Apa kau yang akan mengatur strateginya? Apa kau bisa Aku percaya?" Kata Putri Nadia kepada Putri Mira. Putri Mira tersenyum,     

"Aku tidak tahu. Aku sebenarnya tidak ingin putri Alena mati, Aku takut dibunuh oleh Kakakku seandainya Aku membunuh putri yang Ia cintai" kata Putri Mira sambil membayangkan betapa marahnya kakaknya jika Ia sampai terlibat pembunuhan Putri Alena.     

"Kau sendiri ternyata pengecut.." Kata Putri Nadia.     

"Aku tidak mampu menghadapi kemarahan tiga pangeran sakaligus, Pangeran Nizam, Kakak Barry dan Kakak Abbash. Kalau menyingkirkan Putri Rheina mungkin masih bisa"     

"Tidak bisa.. kita harus menyingkirkan keduanya.. Dua putri itu seperti dua mata Pangeran Nizam. Walaupun Pangeran Nizam tidak mencintai Putri Rheina tetapi jelas Putri Rheina di mata Pangeran Nizam sangat spesial. Dan Putri Rheina itu lebih kasar tindakannya di bandingkan Putri Alena"     

"Aah.. aku benar - benar tidak tahu harus bertindak apa? Aku hanya menunggu bantuan dari kakakku untuk menyingkirkan mereka" Kata Putri Mira sambil duduk menyender.     

"Kau masih beruntung memiliki kakak yang siap membantuku. Sedangkan Aku harus berjuang seorang diri"     

"Mengapa berjuang seorang diri? Bukankah kau sekarang menjadi temanku. Maka Aku akan menjadi sekutumu"      

"Aku harap, apa yang kau ucapkan benar. Aku tidak ingin dikhianati oleh siapapun"     

"Aku bisa kau andalkan dan kau pun harus bisa kuandalkan. Jika malam ini apa yang kau lakukan sukses maka aku akan percaya kepadamu" Kata Putri Mira sambil tersenyum.     

"Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi, malam ini akan jadi malam yang tidak terlupakan oleh Putri Alena. Dia akan mempersembahkan tarian terbaiknya kepada Ratu Sabrina" Mata Putri Nadia berkilat - kilat membayangkan bagaimana nanti di acara persembahan para putri untuk merayakan pesta ulang tahun Ratu Sabrina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.