CINTA SEORANG PANGERAN

Melatih Menari



Melatih Menari

0"Bagaimana dengan latihan menarimu?" Nizam berkata sambil menghapus keringat Alena yang meleleh di pelipisnya.     
0

"Kau pasti akan kagum kepadaku. Kata Putri Rheina, Aku adalah murid yang hebat" Mata Alena berbinar - binar. Ia lalu menggerak - gerakkan tubuhnya di depan Nizam. Nizam yang sedang duduk di tepi tidur menatap tubuh istrinya yang bergerak - gerak. Tetapi Nizam tahu kalau gerakan itu bukan gerakan tarian tetapi hanya ekspresi istrinya yang sedang berbahagia.     

"Menarilah! Aku ingin melihat sudah sejauh mana kau mempelajari tariannya" Kata Nizam.     

"Baiklah.. Nah perhatikan Yang Mulia. Kau pasti akan mati karena terpesona" Kata Alena sambil kemudian mengambil posisi untuk menari tetapi kemudian dia terdiam.     

"Mengapa kau terdiam, ayolah menari. Aku ingin melihat istri Yang Mulia Pangeran Nizam menari dengan indah"     

"Tapi tidak ada musiknya. Aku tidak bisa menari tanpa di iringi musik"     

"Kau tentu tahu gerakannya. Kau tidak boleh menari hanya mengandalkan musik, kau harus menggunakan instingmu untuk menari. Nah menarilah dengan gerakan yang kau ingat saja" Kata Nizam sambil menunggu dengan perasaan tidak sabar.     

"Ok.. baiklah.. nah lihat.. ini gerakan tangannya, satu... dua.. tiga.. kaki melangkah satu langkah ke depan kemudian goyangkan perut dan pinggulmu beberapa kali. Lalu tangan bergerak gemulai.." Kata Alena dengan penuh percaya diri. Nizam memperhatikan gerakan Alena dengan sengaja.     

Memang benar Putri Rheina adalah penari yang hebat tetapi sekarang julukannya harus bertambah satu yaitu guru menari yang hebat juga. Setahu Nizam, Alena sama sekali tidak bisa menari tetapi Ia hanya bisa berjalan dengan gemulai dan Putri Rheina mengetahui kekuatan Alena sehingga Putri Rheina hanya mengajarkan sedikit gerakan tetapi gerakan itu dibuat mengikuti gerakan tubuh Alena secara natural.     

"Ini sangat indah Alena, tampaknya Putri Rheina benar - benar sudah berusaha keras untuk mengajarimu." Nizam berkata sambil bertepuk tangan.     

"Aku sangat menyukai tarian ini.. tapi aku masih gugup dan takut. Menari di hadapanmu dan menari di hadapan orang banyak tentu berbeda. Apalagi akan ada banyak putri yang akan mempersembahkan tarian untuk Ratu Sabrina."     

"Kau jangan takut, karena suatu penampilan akan berjalan baik jika kau memiliki sikap kepercayaan diri yang kuat dan tidak mudah takut gagal. Kau benar para putri akan menari seindah mungkin tetapi kau harus ingat bahwa kau akan menarik perhatian semua orang karena statusmu sebagai calon ratu kerajaan Azura," Nizam berkata sambil mengelus punggung Alena.     

"Itu malah semakin membuatku takut. Karena Aku istrimu maka semua mata akan semakin tertuju kepadaku dan jika Aku gagal maka Aku akan menjadi bahan tertawaan dan akan membuatmu malu.     

Nizam... semakin lama terkadang semakin membuatku takut apa yang harus Aku lakukan? Bagaimana mungkin Aku akan menjadi pemimpin harem jika menari saja Aku tidak bisa." Alena menjadi murung.     

'Tidak usah khawatir, kau hanya akan sebentar menjadi pemimpin harem. Bukankah Aku akan membubarkan harem?" Nizam tersenyum kepada Alena. Melihat Alena murung hanya akan merusak hatinya saja.     

Mata Alena terbelalak lebar, "Kata - katamu itu malah semakin membuatku takut. Kau tahu bagaimana kalungku bisa hilang? dan sampai sekarang belum tahu dimana kalung itu berada. Aku yakin ini upaya dalam menyingkirkan aku di istana ini. Kita bahkan belum tahu siapa telah mengambil kalungku yang kemungkinan terjatuh" Alena mengeluarkan analisanya dan Nizam tampak mengangguk - ngangguk pura - pura mengerti.     

"Apa kau tidak memiliki firasat kalau kalung itu ada yang mencuri?" Kata Nizam kepada Alena sambil merangkul pinggangnya yang ramping.     

"Dicuri? mana mungkin kalung dileher bisa di curi? lagipula waktu itu aku tidak kemana - mana hanya berbicara dengan Cynthia, Pangeran Abbash dan Lila. Lalu kapan ada pencuri yang mengambil kalungku kalau selama ini Aku selalu bersama mereka" Kata Alena.     

Nizam menatap ke arah mata Alena yang bening, "Banyak orang yang tidak bisa dipercaya di dunia ini. Bahkan terkadang ibumu sendiri mengkhianatimu seperti yang Aku alami."     

"Hmmm.. Kau benar sekali,tetapi masalahnya adalah semua yang bersamaku adalah orang - orang yang sangat kupercayai. Jadi Aku yakin kalungku jatuh dan tidak mungkin di curi" Kata Alena sambil mengingat - ngingat bagaimana kalungnya bisa hilang. Tetapi semakin Ia  mengingatnya Ia malah semakin lupa."     

Nizam sendiri sama sekali tidak ingin memberitahukan Alena apa yang terjadi sebenarnya mengingat kalau Alena tahu pasti Alena sedih, marah dan kecewa. Nizam takut akan mengganggu penampilan Alena di depan Ratu Sabrina dan para tamu lainnya.     

Walau bagaimanapun penampilan Alena di depan orang banyak adalah yang pertama kalinya dan Nizam tidak ingin menghancurkan Alena yang sudah berlatih siang malam. Seandainya Alena tahu kejadian yang sebenarnya, Alena pasti sangat sedih.     

"Menarilah lagi Alena, berikan Aku penampilan terbaikmu" Kata Nizam kepada Alena. Alena menganggukkan kepalanya dan mulai berdiri kemudian Ia menggoyangkan kepalanya ke kanan di sertai tangannya yang merentang lalu meliuk. Nizam melihat Alena menari sendiri, Nizam lalu berdiri dan berjalan. Tahu - tahu Ia sudah ada di belakang Alena.     

Nizam memegang tangan Alena yang terentang, Alena berhenti menari tetapi Nizam malah menjadikan Alena seperti boneka yang sedang menari sesuai keinginan Nizam.      

Alena tampak tertegun ketika Nizam menggerakan tubuhnya seakan Ia tidak memliki kekuatan sedikitpun. " Nizam.." Alena berbisik.     

Nizam tidak berkata, Ia malah memutar tubuh Alena lalu melekukan badan alena di tangannya. Alena tanpa sadar mengikuti semua gerakan Nizam. Ia bahkan tidak menyadari kalau Nizam mengambil pakaian atasannya. Lalu roknya. hingga yang melekat hanya pakaian dalam saja.     

Alena baru sadar kalau Ia hanya tinggal memakai pakaian dalam,"Apa yang sedang kau lakukan?" Kata Alena sambil mundur.     

"Menarikan tubuhmu.. Aku ingin kau menari tanpa berpakaian"     

"Apa - apaan sih kamu?" Alena mengomeli Nizam. Ia sedang serius latihan menari tetapi Nizam malah bercanda.      

Alena mau mengambil roknya yang ada tergeletak di bawah sedikit jauh dari tempatnya berdiri karena Nizam melemparnya.     

Tapi Nizam malah bergerak cepat meraih tali pakaian dalam yang menutupi dadanya. Alena terpekik merasakan ada yang meloncat keluar tanpa terhalang sehelai kainpun.     

Alena semakin panik karena Ia sekarang tinggal mengenakan pakaian dalam bagian bawah. "Aku mau latihan menari" Kata Alena sambil meronta ketika si empu pemilik tubuhnya malah menuntaskan keisengannya kepada Alena.     

"Aku sedang mengajarimu.." Kata Nizam sambil mengangkat tubuh telanjang itu lalu memutarnya seperti para penari balet. Alena hanya beteriak minta berhenti, Ia sangat malu pada para pelayan. Ada dua pelayan yang melayani tempat ini.     

Tetapi Nizam tidak mempedulikannya, Ia malah sibuk memuaskan perasaannya dengan membuat Alena menari. Tubuh polos tanpa sehelai benangpun itu menari di temani Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.