CINTA SEORANG PANGERAN

Bukan Pangeran Yang Bodoh



Bukan Pangeran Yang Bodoh

0Pangeran Barry kemudian menatap anak buahnya sambil memainkan gelas minumannya. Karena Ia sedang kesal kemudian menyesap anggur sedikit. Anggur berkualitas tinggi membuat Pangeran Barry sedikit tenang.     
0

"Ada apa dia ke kerajaan Zamron?" Kata Pangeran Barry kepada anak buahnya itu.     

"Ini tentang kalung..."     

"Kalung? " Mengapa kata kalung malah  menjadi kalimat pembuka yang membuat Pangeran Barry jadi keheranan.     

"Apa mereka berbisnis kalung sekarang? Genit sekali mereka" Kata Pangeran Barry sambil merengut.     

"Tentu tidak Yang Mulia, mereka ingin berlatih bersama untuk mempererat hubungan militer di antara kerajaan Zamron dan Azura"     

"Lelucon apa pula itu? Bukankah kita seumur hidup tidak pernah mengadakan hubungan biliteral dalam bidang militer. Sudah jelas kita ini seperti musuh dalam selimut dengan mereka.     

Oh Aku tahu, itu karena Aku sudah tidak jadi pangeran putra mahkota maka pangeran Nizam mencoba mendekati kerajaan Zamron. Apa dia sudah mulai memperlihatkan belangnya. Diam - diam dia mengirimkan Jendral Amar untuk mengamati pergerakan militer kita." Kata Pangeran Barry terlihat berpikir dengan sangat keras.     

"Tentu tidak Yang Mulia, karena pangeran Nizam sendiri masih belum memiliki wewenang yang penuh untuk menguasai kerajaan. Yang Mulia hanya memiliki wewengan di bidang militer kerena ada tiga jendral yang berada di pihaknya tetapi perlu Yang Mulia ingat. Walaupun para jendral ada di pihak Pangeran Nizam, Menteri Pertahanannya masih berada di sisi Perdana Menteri. Para jendral itu tidak memiliki wewenang secara hukum untuk bertindak" kata anak buahnya panjang lebar.     

Pangeran Barry tersenyum, "Kau sangat benar, Radit. Aku puas menjadikanmu sebagai mata - mata di istana kerajaan Zamron. Aku akan mengangkatmu jadi asistenku menggantikan asisten ku yang kemarin." Kata Pangeran Barry kepada laki - laki yang berumur sekitar tiga puluh liima tahun itu.     

Radit langsung membungkukkan badannya, dan berkata, "Terima kasih Yang Mulia, Hamba berjanji akan setia kepada yang Mulia sampai mati"     

Pangeran Barry menganggukan kepalanya tanda puas, "Selama ini Aku selalu bersama dengan Pangeran Abbash. Dia mungkin tidak sepintar dirimu dan analisanya sangat payah. Ia hanya mengandalkan banyak ilmu kebatinan dan kekuatan untuk melawan musuh - musuhku.     

Tetapi Aku terkadang memerlukan orang yang cerdas memahami situasi sehingga ada tempat untuk saling bertukar pikiran. Lagipula adikku itu sudah membelot menjadi orangnya pangeran Nizam. Ini lebih menyakitkan dari apapun.     

Pangeran Itu memiliki semua orang yang Aku inginkan. Adikku putri Mira, Putri Alena, perhatian ayahanda dan sekarang Pangeran Abbash. Kau tidak akan pernah membayangkan bagaimana Aku begitu membencinya" Kata Pangeran Barry. Matanya menyalang tajam. Aura kebencian begitu kuat terpancar di wajahnya.     

"Hamba memahaminya Yang Mulia, tetapi semoga kejadian di istana kemarin - kemarin akan membuka peluang Yang Mulia untuk mendapatkan Putri Alena" Radit berbicara sambil tersenyum.     

Radit sudah lama mengincar kedudukan sebagai asisten dari Pangeran Barry bahkan lebih jauh lagi, Ia menginginkan kedudukan sebagai perdana menteri kalau seandaianya Pangeran Barry kembali menjadi pangeran putra mahkota dan kemudian menjadi raja.     

Ia sudah cukup hidup miskin selama ini dan di remehkan orang. Ketika Pangeran Barry memintanya untuk menjadi mata - mata maka Ia menyanggupinya dengan cepat. Walaupun menjadi mata - mata itu adalah tugas yang sangat berat tetapi Ia tidak keberatan. Baginya lebih baik mati berjuang daripada hidup menderita dalam keputus asaan.     

"Kejadian apa lagi?"     

"Ini tentang kalung"     

"Kalung lagi? Ada apa sebenarnya? Kau ini seperti orang gila yang tergila - gila dengan kalung"     

"Iya yang mulia, ini adalah kalung. Berita yang hamba dengar kerajaan Azura kalau kalung warisan dari neneknya Yang Mulia Pangeran Nizam hilang saat dipakai putri Alena dan gosip yang beredar adalah kalung itu berada di tangan Yang Mulia Pangeran Abbash sebagai tanda cinta putri Alena kepada Pangeran Abbash.      

Jadi kedatangan Jendral Amar dan rombongannya kemari sebenarnya bukan sekedar ingin mengadakan latihan bersama tetapi ingin menyelidiki keberadaan kalung itu. Tetapi yang membuat hamba heran, sebenarnya kalung itu ternyata tidak hilang dan masih berada di tangan Putri Alena.     

Beritanya sangat simpang siur dan membuat resah dua kerajaan" Kata Radit sambil menatap sebentar kepada Pangeran Barry. Pangeran Barry sesaat terdiam penuh rasa takjub. Mengapa Ia sampai tidak tahu berita sehebat ini.     

"Bagaimana bisa ini terjadi? Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Tidak akan semata - mata berita itu tersebar kalau memang tidak benar"     

"Benar Yang Mulia, tetapi di istana Azura pembuktian tentang keberadaan kalung itu sudah dilakukan di depan para tetua bahkan Nyonya Arani sudah membuat klarifikasi di depan para wartawan."     

"Hmmm.. kalau begitu, analisamu tentang Jendral Amar yang datang untuk mencari keberadaan tentang kalung ini di istana ini tidak tepat" Kata Pangeran Barry dengan sikap melecehkan kepada anak buahnya. Tetapi Radit malah tersenyum. Ia tidak tersinggung dengan sikap Pangeran Barry yang terkenal dengan keras dan kejam.     

"Hamba menyelidiki ke kerajaan Azura melalui beberapa mata - mata yang hamba sebar. Tidak ada agenda latihan bersama sebenarnya tetapi latihan itu diadakan memang karena Jendral Amar ingin menyelidiki sesuatu di kerajaan kita. Dan Hamba pikir itu kemungkinan kalung.     

Apalagi Hamba pernah memergoki ada beberapa kejanggalan di dalam rombongan dari kerajaan Azura. Setahu hamba Jendral Amar bukanlah laki - laki sembarangan yang bisa tidur dengan sembarangan wanita. Tetapi konon katanya malam itu ada wanita yang mengaku sebagai teman wanitanya Jendral Amar dan bermalam di kamar Jendral Amar. Tetapi pagi harinya wanita itu seperti hilang tak berbekas"     

"Kau benar, Jendral Amar bukan pria sembarangan. Makanya Aku memilih untuk membujuk Jendral Imran dibandingkan dengan membujuk Jendral Amar. Lagi pula Ia tidak mungkin memiliki wanita simpanan. Pangeran Nizam sangat selektif di dalam memilih orang - orangnya. Mereka di larang bermain wanita dan meminum minuman keras."     

"Itulah sebabnya hamba merasakan kejanggalan itu. Dan herannya mengapa Yang Mulia Pangeran Abbash tanpak tidak menyadari tentang keanehan ini."     

Pangeran Barry tampak terdiam, Ia lalu bediri dan diikuti oleh anak buahnya itu. karena memang tidak sopan jika pangeran berdiri sementara dia masih duduk.     

"Sesungguhnya adikku memang bukanlah orang yang terlalu pandai dalam menganalisa sesuatu tetapi dia juga bukan orang yang bodoh. Aku tidak percaya dia tidak menyadari kejanggalan ini.     

Aku sangat mengandalkannya di dalam membunuh semua musuh - musuhku dan tidak pernah sekalipun dia meleset melakukan tugas yang aku berikan. Ia seharusnya tidak sebodoh itu tidak mengetahui apa yang terjadi di depan matanya" Kata Pangeran Barry kepada anak buahnya.     

Sekarang Radit yang tampak berpikir keras, pikirannya sedikit terbuka mendengar penjelasan dari Pangeran Barry tentang adiknya Pangeran Abbash. Tadinya Radit mengira kalau Pangeran Abbash benar - benar sangat bodoh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.