CINTA SEORANG PANGERAN

Menari Lebih Baik Daripada Menyanyi



Menari Lebih Baik Daripada Menyanyi

0Alena merasakan gerakan suaminya terhenti dan itu sangat mengganggu dirinya yang sedang menikmati sentuhan Nizam. "Mengapa Kau malah berhenti menyentuhku? Ayo lanjutkan" Kata Alena sambil tersenyum genit. Nizam mengusap mulutnya lalu menyempitkan matanya seperti sedang berpikir keras.     
0

Nizam sedang mencari cara bagaimana Ia mengatakan kepada Alena kalau sebaiknya Alena tidak menari di pesta itu.     

"Alena, sayangku.." Suara Nizam tampak sangat lembut berbisik.     

"Hmmm..." Alena menjawab sambil mengelus wajah Nizam dengan ujung jarinya.     

"Aku pikir, menari bukanlah pekerjaan yang cocok untukmu. Apakah kau bisa memilih yang lain untuk ditampilkan di depan Ibundaku?" Tanya Nizam      

"Eumm.. Terus terang saja, Aku juga bingung. Aku sangat tidak bisa menari. Bagaimana kalau menyanyi? Apakah mungkin Aku bisa menyanyi di pesta itu?" Kata Alena seakan meminta pendapat dari suaminya dan Nizam dengan cepat langsung menjawab,     

" Setelah Aku pikir - pikir, kelihatannya menari lebih baik dari menyanyi. Kau menari saja... " Kata Nizam dengan cepat sambil mengusap keningnya yang tiba - tiba berkeringat dingin. Menyanyi? Ini lebih mengerikan lagi bagi Alena. Suara Alena memang merdu kalau Ia berbicara biasa atau lebih merdu lagi saat dia mendesah dan mengerang di atas tempat tidur. Tetapi kalau menyanyi, Nizam yakin  ini akan menimbulkan kehebohan semua orang.      

Selain tidak memahami alat musik, Alena juga tidak bisa mencapai nada - nada yang sesuai untuk sebuah lagupun. Lagu cicak - cicak di dinding saja yang sangat mudah jika dinyanyikan Alena maka nada sumbang akan lebih banyak keluar dibandingkan dengan nada yang benarnya.     

"Aku juga sudah mengatakan seperti itu pada Putri Rheina, menurut dia kalau  menyanyi orang akan fokus kepada suara kita saja tetapi kalau menari, gerakan kita dapat tertutupi oleh pakaian yang indah dan musik yang bagus" Kata Alena dan itu membuat Nizam terkejut.     

"Putri Rheina?" Gerakan tangan Nizam yang sedang menyelusup ke balik pakaian Alena terhenti lagi.     

"Iya.. dia. Dia berjanji akan mengajariku. Dia sengaja pulang dari rumahnya walaupun ibunya belum sehat betul khusus untuk mengajariku menari"     

Nizam menganggukkan kepalanya walaupun sebenarnya Ia tidak yakin apakah Alena akan dapat berlatih menari dengan baik mengingat waktunya sebentar lagi. Tetapi menari dengan gerakan kaku akan jauh lebih diterima daripada menyanyi dengan suara sumbang.     

Minimal mata bisa berpaling ke arah lain jika tidak ingin melihat tarian. Tetapi tidak untuk sebuah nyanyian. Kalaupun mata dipalingkan maka suara nyanyian itu akan terdengar selalu kecuali kalau Ia menutup telinga. Tetapi jelas itu akan kelihatan tidak sopan menutup telinga di saat orang lain bernyanyi.     

Mendengar Putri Rheina akan membantu Alena untuk berlatih menari ada kelegaan yang menyeruak dalam hatinya. Putri Rheina sudah menari sejak sangat kecil. Sebagai calon seorang ratu maka keterampilan menari akan menjadi nomor satu. Dan Putri Rheina sudah menari berkali - kali di hadapannya sejak masih kecil. Dan Nizam sangat mengakui tidak ada wanita di Azura yang dapat menari sebaik putri Rheina.     

"Dia penari yang sangat baik" Kata Nizam sambil menerawang mengingat bagaimana tarian Putri Rheina mengundang decak kagum semua wanita yang melihatnya. Dan tarian itu hanya bisa dinikmati oleh Nizam dan wanita. Tidak ada pria lain yang boleh menikmati tarian Putri Rheina.     

"Aku juga tahu tentang hal itu. Putri Rheina memang sangat mahir menari dan tubuhnya juga sangat bagus" Kata Alena mendadak menjadi sedih karena Ia tidak bisa menari sebaik Putri Rheina.     

"Kau tidak usah berkecil hati karena memang Putri Rheina sudah berlatih menari sejak Ia masih sangat kecil. Sedangkan kau memang tidak pernah menari. Jadi wajar saja jika kau tidak bisa menari.     

Dan Aku yakin kalau kau berlatih menari dengan putri Rheina, kau pasti akan segera dapat menari dengan baik" Kata Nizam membesarkan hati istrinya. Ia lalu mengangkat tubuh Alena sambil berdiri. Ia berjalan dengan tubuh Alena berada dalam gendongannya. Kaki Alena melingkari pinggang Nizam dan kedua tanganya melingkari leher Nizam.     

"Sebelum Kau dilatih menari oleh Putri Rheina maka Aku akan mengajarimu menari terlebih dahulu" Kata Nizam sambil tersenyum dan mulai membaringkan Alena ditempat tidur.     

"Tarian? Tarian apa? Memangnya kau bisa menari?" Kata Alena sambil mengangkat kedua alisnya.     

"Tentu saja Aku bisa mengajarimu menari, Aku jamin kau akan dapat menari hingga langit ke tujuh" Kata Nizam sambil menggerakan jemarinya membuka gaun Alena. Alena memejamkan matanya, Dan Ia langsung memekik ketika muka Nizam terbenam ke tubuhnya.     

Desahan Alena membuat Nizam semakin bersemangat. Ia menjelajahi tubuh istrinya dengan penuh dengan rasa cinta hingga Alena benar - benar menari hingga langit ke tujuh.     

***     

"Alena sedang belajar menari bersama Putri Rheina?" Cynthia tampak terkejut mendengar perkataan dari pelayannya. pelayannya itu mengatakan kalau tadi di aula ada Alena dan Putri Rheina sedang menari.     

"Benar.. Yang Mulia. Ini sangat menyenangkan untuk di lihat karena Yang Mulia Putri Alena menari seperti boneka kayu" Kata Pelayan itu sambil tersenyum dan itu membuat Cynthia menjadi murka,     

"Beraninya kau mentertawakan Putri Alena" Katanya sambil menunjuk kepada pelayan itu. Si pelayan itu langsung terdiam dan tidak cukup itu saja, Si pelayan langsung berlutut dan menundukkan wajah penuh penyesalan.     

"Maafkan Hamba, Yang Mulia. Tetapi karena sepanjang latihan menari, Putri Alenanya juga banyak tertawa sehingga kami menganggapnya sangat lucu.     

" Walaupun begitu, tidak sepatutnya seorang pelayan mentertawakan majikannya. Terlepas dari apapun alasannya. Sekarang pergillah ! Biarkan Aku sendiri. Aku ingin tidur karena lelah setelah mengurus anak - anak" Kata Cynthia sambil membaringkan tubuhnya. Pelayan itu langsung membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan Cynthia.     

Cynthia berbaring dengan pikiran masih menerawang. Ia tidak mengerti dengan kejadian akhir - akhir ini. Putri Rheina yang begitu jahat dan sangat memusuhi Alena sekarang malah terbalik. Putri Rheina jadi seperti bersaudara dengan Alena. Kemana saja mereka selalu berdua.     

Cynthia sangat bersyukur dengan perubahan ini setidaknya ada Putri Rheina di sisi Alena. Cynthia tidak dapat menjaga Alena terus menerus karena Ia juga memiliki tanggung jawab menguru anak - anak. Cynthia tidak dapat mengabaikan keselamatan mereka mengingat hampir semua penghuni istana berada di pihak Perdana Menteri Salman.     

Ada Putri Rheina di sisi Alena  membuat Alena dapat berdiri dengan tegak dalam menghadapi orang - orang yang membencinya. Dan Cynthia juga berharap kalau Perdana Menteri Salman suatu hari nanti bisa berbalik berada di sisi Alena seperti halnya dengan Putri Rheina.     

Mengapa tidak hal ini terjadi karena dulu Putri Rheina saja sangat membenci Alena tetapi sekarang Putri Rheina malah sangat menyayangi Alena. Walaupun demikian, Cynthia tetap bersikap waspada. Ia tidak ingin sepenuhnya percaya kepada Putri Rheina. Di istana ini, bayangan sendiripun wajib untuk di awasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.