CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Menari di Pesta Ulang Tahun



Aku Akan Menari di Pesta Ulang Tahun

0Axel selalu tertarik dengan rambut Putri Rheina yang berwarna merah itu. Rambut ibunya berwarna hitam dan rambut tantenya berwarna pirang. Dimatanya rambut merah lebih mempesona dan Ia senang memegang rambut itu. Apalagi rambut itu sangat harum. Putri Rheina mendekap dengan erat tubuh Axel. Sesungguhnya setiap Ia melihat Axel ingin digendong olehnya selalu ada perasaan berdosa yang muncul dari dalam dadanya.     
0

Dahulu, Ia sangat ingin melenyapkan Axel. Ia sangat marah ketika Alena melahirkan bayi kembar. Terutama bayi laki - laki karena bayi laki - laki itu secara otomatis akan menjadi pangeran putra mahkota. Ia tidak ingin Axel menjadi pangeran putra mahkota sehingga Ia memiliki cita - cita ingin melenyapkan Pangeran Axel dari muka bumi.     

Untungnya cita - cita itu tidak pernah terlaksana karena bayi - bayi itu selalu berada di bawah pengawasan Pangeran Thalal dan Putri Cynthia. Paman dan Tante mereka bahkan menjaga Axel lebih ketat dibandingkan dengan putranya sendiri.     

Tetapi sekarang keinginannya itu lenyap tertiup angin. Merasakan tubuh Axel dalam dekapannya menimbulkan kedamaian yang tidak terhingga. Alena mengambil Alexa dari tangan pengasuhnya. Ia berjalan sambil menggedong Alexa menuju sebuah taman di depan ruangan makan. Di ikuti oleh Putri Rheina yang menggendong Axel.     

"Sebentar lagi hari ulang tahun Ibunda Ratu Sabrina, biasanya kita akan ada unjuk keterampilan" Putri Rhiena berkata kepada Alena. Alena menganggukkan kepalanya. Ia bukannya tidak tahu karena Nizam berulang kali mengatakan kalau sebentar lagi ibundanya ulang tahun. Dan Ia harus mengenakan kalung merah itu ke pesta ibunya. Dan Alena hanya menganggukan tanda setuju.     

"Aku tahu itu, tetapi Aku tidak bisa melakukan apapun. Aku tidak terampil menjahit, memasak, menyanyi apalagi menari. Sedangkan yang ditunjukkan harus seputar itu karena memang untuk menghibur dan berkaitan dengan keterampilan kewanitaan." Alena menundukkan kepalanya dengan sedih.     

"Mu..muya..." Alexa mengusap pipi Alena dengan lembut seakan Ia tahu kalau ibunya sedang sedih. Alena mencium tangan mungil itu dan Alexa langsung tertawa senang.     

"Kau jangan khawatir, Putri Alena. Aku akan melatihmu menari" Kata Putri Rheina sambil tersenyum. Mata Alena mendadak berbinar,     

"Benarkah? Tapi aku pernah melihatmu menari, tarianmu begitu indah. Dan badanmu begitu gemulai. Bagaimana bisa Aku mengikuti tarianmu?" kata Alena lagi.     

"Aku akan melatih gerakan yang paling sederhana tetapi indah. Makanya mari kita mulai berlatih. Ini masih ada waktu beberapa hari. Atau kau mau menyanyi?" Kata Putri Rheina menawarkan pilihan lain.     

" Apa menyanyi? jangan.. jangan.... suaraku tidak enak di dengar. Anak - anakku saja akan langsung menangis kalau mendengar aku menyanyi, Aku tidak mau mengacaukan suasana pesta" Kata Alena sambil tertawa. Putri Rheina ikut tertawa mendengar perkataan Alena yang jujur.     

"Ya.. paling aman memang kalau menari. Kau hanya tinggal meliuk - liukkan badanmu sambil diiringi musik. Dan biasanya dandanan yang cantik akan menyamarkan gerakan tarian kita. Jadi bersemangatlah Alena. Aku akan membantumu sekuat tenaga" Kata Putri Rheina.     

Alena malah menghentikan langkahnya dan Ia berbalik menatap Putri Rheina. "Kau sangat baik, Putri. Aku tidak menyangka kalau Aku dulu begitu membencimu. Aku cemburu kepadamu" Kata Alena sambil tersenyum sedih.     

Putri Rheina menggelengkan kepalanya, "Jangan berbicara seperti itu. Dulu Aku tidak memiliki teman. Aku sangat jahat dan sombong. Gelar putri tercantik yang disematkan kepadaku membuat Aku jadi tinggi hati dan menganggap rendah ke semua orang.     

Tetapi ternyata Pangeran Nizam calon suamiku malah jatuh cinta kepada orang lain. Itu adalah balasan atas kesombonganku. Kau sekarang hadir menjadi temanku. Aku tidak menyesal karena Pangeran Nizam tidak menjadi suamiku lagi tetapi Alloh memberikan ganti teman yang baik kepadaku" Kata Putri Rheina.     

"Itu malah membuatku bersedih, andaikan Aku tidak datang ke dalam kehidupan Nizam mungkin Kau sekarang sudah hidup berbahagia bersama Nizam"     

"Tidak, Putri Alena. Kau tidak tahu kalau Pangeran Nizam sudah ditunangkan denganku dan Pangeran Nizam juga tidak salah mendekatimu karena di dalam budaya kami, Para pangeran boleh beristri banyak terutama Pangeran putra mahkota. Hanya yang jadi permasalahan adalah Pangeran Nizam ternyata jatuh cinta kepadamu.     

Tinggal di Amerika dalam waktu yang lama juga telah mengubah pandangan Pangeran Nizam tetang arti cinta dan kesetaraan antara suami dan istri. Itu juga diluar kekuasaan kita. Ini sudah takdir. Memang sudah seharusnya pasangan suami istri itu saling mencintai dengan tulus." Kata Putri Rheina membuat Alena menitikkan air mata.     

"Semoga suatu hari nanti kau akan menemukan seseorang yang akan kau cintai dan mencintaimu juga. Kau sangat cantik dan baik. Kau berhak mendapatkan yang terbaik" Kata Alena dengan tulus.     

"Aamiin... Terima kasih Putri Alena" Putri Rheina mengusap kepala Axel yang mulai menggesek - gesekkan hidungnya ke pipi Putri Rheina yang lembut. Harumnya wajah Putri Rheina membuat Axel suka sekali mencium pipinya.     

Alena terbelalak melihat tingkah Axel, Ia langsung mengomeli anaknya dalam hati. Kau ini seperti ayahmu saja... masih kecil sudah genit.. kata Alena dalam hatinya. Tetapi Ia tidak berani mengatakan melalui mulutnya langsung. Ia takut membuat Putri Rheina menjadi sedih. Walau bagaimanapun Alena sangat merasakan bagaimana calon suami yang dijodohkan sejak bayi menjadi suami orang lain.     

***     

Kamar Nizam dan Alena.     

Sore itu, Nizam baru saja selesai rapat dengan para pemegang saham. Ia sudah mandi dan beristirahat sambil menikmati kudapan. Ada beberapa jenis makanan dan minuman yang tertata rapi di depan Nizam. Seorang kepala pelayan khusus tampak melayani Nizam mengambilkan beberapa makanan yang akan di makan oleh Nizam     

Tiba - tiba Alena masuk ke dalam kamar dan melihat Nizam sedang menikmati kudapan di kelilingi para pelayannya. Ia langsung menghampirinya. Tangan Nizam yang sedang memegang cangkir kopi tampak akan meminum isi cangkir itu. Tetapi gerakan itu terhenti karena Nizam lebih suka melihat Alena yang datang menghampirinya.     

Kopi ditangan Nizam, Alena ambil lalu Ia simpan di atas meja. Para pelayan yang berdiri di samping Nizam segera mengundurkan diri ketika Nizam memberikan isyarat melalui tangannya menyuruh mereka pergi meninggalkan kamarnya.     

"Aku mau berlatih menari" Kata Alena sambil duduk dipangkuan Nizam, Nizam mengangkat alisnya, "Oh.. ya. Untuk apa?" Kata Nizam sambil memegang pinggang Alena. Nizam merendahkan mukanya dan mulai menelusuri leher indah Alena dengan bibirnya yang halus. Kumis tipis di atas bibir Nizam seketika membuat Alena menggelinjang.      

"Aku ingin menari di acara ulang tahun Ibunda Ratu Sabrina," Alena berkata sambil mengerang.  Tangan Alena mencengkram kepala Nizam dengan erat.     

Mendengar perkataan Alena seperti itu, seketika gerakan Nizam di leher Alena terhenti. Nizam jadi terbatuk mendengar keiginan istrinya. Ia  teringat sewaktu di Amerika bagaimana Alena mencoba menari di hadapannya. Dan itu sama sekali tidak indah walaupun Ia menikmatinya. Ia menikmati saat Alena melepas pakaiannya satu persatu dan bukan bentuk tariannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.