CINTA SEORANG PANGERAN

Kembali Ke Istana



Kembali Ke Istana

0"Kau akan meninggalkan ibu di sini?" Kata Putri Kulsum dengan sedih. Ia menarik nafas panjang, semua anak - anaknya sudah menikah dan Putri Rheina adalah  anak tertuanya. Saat ini Ia sangat ingin ada seseorang yang menemaninya selain asistennya. Tetapi Ia sadar kalau Putri Rheina adalah istri dari Nizam dan walaupun Ia adalah ibunya tetapi yang lebih berhak tentu saja suaminya.      
0

Saat ini, Putri Kulsum merasa kalau hidupnya begitu sepi setelah suaminya sama sekali tidak mau pulang. Suaminya terus berada di istana, setiap kali Ia meminta suaminya pulang, suaminya selalu mengatakan kalau pekerjaan di istana sangat banyak dan Ia tidak bisa pulang.     

Putri Kulsum bukan orang bodoh, Ia sadar kalau suaminya tidak mencintainya sehingga Ia hanya bisa menangis diam - diam. Tetapi semua itu akhirnya ada batasnya. Dulu Ia tidak merasa terlalu sedih karena ada putri - putrinya yang menemaninya. Tetapi sekarang ketika semua putri - putrinya sudah menikah, Ia bau merasakan betapa sepi hidupnya.     

Di tatapnya Putri Rheina dengan tatapan penuh kasih sayang. Ia dulu sangat senang ketika putrinya dijodohkan dengan Pangeran Nizam. Tetapi sekarang Ia tahu kalau putrinya tampak tidak bahagia. Walaupun Putri Rheina mencoba menyembunyikannya tetapi Ia dapat melihat dari sinar matanya yang kuyu.      

Dulu mata Putrinya penuh dengan binar bahagia dan bersinar karena semangat tetapi sekarang Ia hanya melihat kegelisahan dan kesedihan. Dan Ia juga tadinya merasa heran kenapa putrinya masih belum mengandung padahal sudah lama menjadi istrinya Nizam.     

Ketika Suatu hari tanpa sengaja Ia melihat lengan putrinya yang masih memiliki tanda kesucian di lengannya. Ia terhenyak dan hampir tidak mempercayai penglhatannya. Putri Kulsum kemudian menyadari betapa putrinya ternyata tidak pernah di sentuh oleh suaminya. Betapa sangat menyakitkan mengetahui kalau nasibnya yang buruk menurun kepada putrinya.     

Putri Rheina sendiri yang sejak kecil tahu penderitaan ibunya, Ia tidak mau menambah beban ibunya dengan mengatakan apapun yang hanya akan menambah kesedihan ibunya. Melihat ibunya bertanya tentang hal itu, Ia lalu menjawabnya,     

"Aku ini masih menjadi istrinya Yang Mulia Pangeran Nizam. Aku tidak bisa terus menerus berada di sini apalagi Ratu Sabrina sebentar lagi akan berulang tahun. Akan ada persembahan dari para putri di dalam harem untuk mempertunjukkan keterampilan dari para putri di depan Ratu Sabrina dan ratu lainnya.     

Setiap tahun, Aku selalu mempersembahkan tarian jadi Aku harus berlatih dengan baik. Aku selalu menjadi penampil yang terbaik Ibunda dan hari ini Aku tidak ingin menjadi penampil yang terbaik sendirian. Aku ingin putri Alena menjadi penampil yang terbaik juga" Kata Putri Rheina sambil mengambil tangan ibunya dan menciumnya dengan lembut.     

"Bukankah kau dulu begitu membenci putri itu dan berusaha untuk menyingkirkannya. Kau bahkan sampai mengusir Fatimah, asisten pribadimu yang selalu melarangmu agar tidak berbuat hal yang jahat kepada Putri Alena"     

Putri Rheina tersenyum pahit mengenang asistennya yang baik itu. Sekarang Fatimah sudah menikah dengan seorang dosen perguruan tinggi dari kerajaan Zamron dan tinggal disana. Putri Rheina menghela nafas panjang.     

"Berbuat jahat itu ternyata tidak akan menjadikan apa yang kita inginkan tercapai malahan berbuat jahat itu terkadang malah semakin menjauhkan kita dari kebahagiaan. Ibu semua sudah ada takdirnya tetapi Aku tidak ingin menuju kepada takdir yang buruk. Saat ini Aku sedang mencoba mencari takdir yang baik. Ibu tidak usah khawatir dengan memikirkan keadaanku.     

Yang terpenting adalah kesehatan ibu. Aku bukannya tidak mengerti keadaan Ibunda tetapi Aku tidak bisa berlama - lama di sini. Posisiku masih menjadi istri Yang Mulia dan ini akan menimbulkan kecurigaan pada pihak istana jika seandainya Aku tidak berada di istana."     

"Apakah Kau bahagia?" Putri Kulsum akhirnya melontarkan pertanyaan kepada anaknya. Pertanyaan ini sebenarnya sangat Ia takuti tetapi akhirnya Ia bertanya juga.     

"Kebahagiaan itu relatif ibunda. Untuk saat ini biarkan lah kebahagiaanku adalah dengan melihat orang lain bahagia" Kata Putri Rheina sambil memeluk ibunya. Ibunya meneteskan air mata. Betapa Ia merasakan kalau putrinya sangat jauh berbeda.     

Putrinya yang sangat temperemental itu sekarang jauh lebih bijaksana. Dulu setiap ada keinginannya yang tidak terpenuhi maka putri Rheina akan marah - marah dan sedikit histeris tetapi sekarang jauh lebih tenang.     

"Aku senang kau sekarang jauh lebih bijaksana" Kata Putri Kulsum sambil mengusap kepala putri Rheina.     

"Kehidupan yang mengubah diriku" Kata  Putri Rheina.     

"Oh ya.. bagaimana dengan kabar Ratu Sabrina?" Kata Putri Kulsum bertanya kepada putrinya.     

"Seperti biasa, Ratu Sabrina selalu berada di sisi ayahanda. Ibundakan tahu kalau Yang Mulia memerintah kerajaan dibantu Ayah untuk menggantikan Baginda yang sakit - sakitan. Jadi Yang mulia Ratu Sabrina selalu terlihat sibuk "     

Putri Kulsum memalingkan wajahnya ke tempat lain. Ia ingin mengatakan kepada anaknya bahwa Ia mencurigai hubungan mereka tetapi Ia selalu mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin menambah beban putrinya semakin besar dan berat.     

***     

Istana Azura     

"Putri Rheina..." Alena berteriak kegirangan melihat Putri Rheina datang. Ia menghambur dan memeluknya dengan erat. Nizam yang sedang bekerja di depan lap topnya di temani si kembar langsung mengangkat mukanya.     

"Apa kabar Rheina?" Kata Nizam sambil tersenyum, Putri Rheina tersenyum. "Hamba baik Yang Mulia."     

"Ibunda Putri Kulsum? Bagaimana? Apakah dia sudah sehat?" Kata Nizam sambil segera men-save hasil pekerjaannya. Ia takut Axel yang sudah mulai mengincar lap topnya dan tangannya yang mungil tampak gatal ingin memencet keyboard seperti yang ayahnya lakukan.     

"Alhamduillah, dia sudah sehat" Kata Putri Rheina menjawab pertanyaan dari Nizam.     

"Tadinya Aku dan Alena akan pergi ke sana untuk menengok ibunda tetapi karena banyak persoalan yang harus kami hadapi maka Kami belum sempat menengok ke sana. Aku senang Kalau ibunda putri Kulsum baik - baik saja."     

Nizam lalu mematikan lap topnya dan memberikan kepada Ali. Ali segera membawanya dan menyimpannya di ruangan kerja. Nizam kemudian memangku Axel dan Axel tampak sangat senang di gendong Ayahnya. Ia memeluk Nizam dan mencium hidung ayahnya yang mancung.     

Putri Rheina tertawa melihat tingkah Axel, Axel mendengar tawa Putri Rheina dan Ia langsung menatap wajah Putri Rheina dengan penuh minat. Rambut Putri Rheina yang ikal, lebat dan berwarna merah itu sangat menarik minatnya.      

Hidung mancung ayahnya kini tidak sesuatu yang menarik. Rambut merah dengan mata biru, wajah Putri Rheina benar - benar sangat cantik jelita. Kedua tangan Axel langsung mengangkat kepada Putri Rheina. Ia tampak ingin digendong oleh putri cantik itu.     

"Tampaknya, anakmu itu tahu benar wanita cantik" Kata Alena sambil mengambil Axel dan kemudian memberikannya kepada Putri Rheina. Nizam tersenyum sambil berkata,     

"Aku senang. Itu sudah menunjukkan kalau anak kita adalah pria yang normal. Nah.. Aku tinggal dulu sebentar. Aku ada pertemuan dulu dengan para pemilik saham perusahaan kerajaan" Kata Nizam sambil mengusap kepala Alena sebelum pergi meninggalkan Alena dan Putri Rheina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.