CINTA SEORANG PANGERAN

Ayah Semakin Jahat



Ayah Semakin Jahat

0Perdana Menteri Salman tidak menjawabnya, Ia malah berkata kepada Putri Kulsum,     
0

"Aku sebenarnya ingin sekali menginap tetapi di istana, suasana sedang tidak baik. Aku lihat kau sudah baikan. Jadi Aku akan kembali ke istana untuk membereskan segala sesuatunya" Kata Perdana menteri Salman seperti ada ide untuk kembali ke istana.     

"Ayah.. mengapa Ayah harus kembali ke istana? Bukankah Ayahanda hendak menginap?" Putri Rheina menarik tangan ayahnya yang sudah mulai berdiri.     

"Ini masalah penting, Ayah pikir kau mengetahuinya? Apakah selama disini kau tidak pernah membaca berita?" Kata Perdana menteri Salman sambil menyimpan tangannya di saku celana tempat Ia menyembunyikan kalung itu.     

Putri Rheina menggelengkan kepalanya dengan lemah. Ia tidak ingin membuka handphonenya selama Ia mendampingi ibunya lagi pula Ia tidak ingin mendengar berita tentang Pangeran Abbash yang sangat tampan itu kalau Ia tidak bisa melihat wajahnya. Putri Rheina takut semakin kecewa.     

"Putri Alena kehilangan kalung pemberian Pangeran Nizam sebagai tanda cintanya. Kau tahu kalau Ayahanda selalu berharap kalung dari Ratu Zahra akan jatuh ke tanganmu. Siapa sangka kalung yang berharga itu jatuh ke tangan orang yang salah. Orang luar yang telah memecah belah keluarga kerajaan dan telah mengambil Pangeran Nizam dari tanganmu." Kata Perdana Menteri Salman kepada Putri Rheina.     

"Kalung pemberian Nenek Zahra?" Kata Putri Kulsum kepada suaminya. Perdana menteri Salman mengganggukan kepalanya.     

"Benar.. kalung itu jatuh ke tangan orang luar dan sekarang kalung itu di gosipkan hilang"     

"Kalau digosipkan hilang berarti belum tentu benar. Ayah ini suka aneh. Gosip itu sebagian besar  berita dusta " Kata Putri Rheina dengan wajah tidak suka karena Ia merasakan ayahnya begitu membenci Putri Alena. Padahal Ia dan Alena sudah menjadi teman baik.     

"Kau memang benar tetapi ketika berita itu digulirkan banyak orang yang mempercayainya mengingat kalau Pangeran Abbash pernah mencintai putri Alena"     

"Tapi kalung itu ada kan?"     

"Tentu saja ada"     

"Nah.. ya,, sudah kalau ada jadi berita itu benar - benar gosip murahan"     

"Tetapi tidak semudah itu menenangkan hati rakyat, walaupun kalung itu ada tetapi rakyat malah semakin menuduhnya kalau kalung di tangan Putri Alena itu adalah palsu dan yang aslinya ada di tangan Pangeran Abbash"     

"Aduuh.. Ayah ini malah membuat kepalaku jadi pusing, siapa yang menuduh kalung itu palsu?"     

"Rakyat"     

"Rakyat yang mana, Ayah? Kau kan tahu kalau rakyat Azura itu jutaan orang. Jadi rakyat mana yang Ayah maksud? Jangan - jangan rakyat itu adalah orang dari istana yang tidak menyukai Putri Alena."Mata Putri Rheina tampak sangat tajam menatap ayahnya.     

Perdana menteri Salman menjadi sangat kesal karena anaknya kini malah membela Putri Alena. Padahal Ia sedang berjuang untuk tahta anaknya. Pesona sihir Alena sudah membutakan semua orang.     

"Susah.. ya bicara sama orang yang sudah menuduh negatif pada lawan bicaranya" Kata Perdana menteri Salman dengan kesal  karena jelas - jelas putri Rheina seperti menuduhnya kalau Ia yang menyebarkan berita bohong itu.     

"Tentu saja Ayah, bukankah orang itu menuai apa yang sudah Ia tebar. Ayah ini dari dulu sangat membenci putri Alena"     

"Ayah membencinya karena Ia sudah merampas kebahagiaanmu" Suara perdana menteri Salman terdengar sangat tajam.     

"Dulu Aku mungkin beranggapan seperti itu tetapi perlu Ayah ketahui kalau mata hatiku sekarang sudah terbuka. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Karena dua orang yang saling mencintaipun belum tentu berjodoh.     

Lihat saja Romeo dan Juliet, mereka saling mencintai tetapi malah mati konyol karena minum racun. Apa perlunya mengorbankan apa yang sudah kita miliki untuk sesuatu hal yang sifatnya semu" Kata Putri Rheina dengan bijak. Sering mendengarnkan Nizam berbicara membuat Putri Rheina mempelajari gaya bicara dari Nizam.     

"Jadi Ayah, sudah tidak usah memikirkan nasib ku seperti apa? Sekarang yang penting adalah bagaimana Ayah dapat mendampingi Ibunda. Ayah bekerja siang dan malam, tetapi untuk apa? Karena kebahagiaan tidak dapat di beli oleh uang.     

Sejak dulu Ayah begitu berambisi menjadikan Aku menjadi seorang calon Ratu dan Ayah merasa sangat yakin kalau Pangeran Nizam akan mencintaiku. Harapan ini Ayah dan Ibu pupuk kepadaku sejak lahir.     

Tetapi pada kenyataan tidak seperti itu. Ayah dan Ibu tidak mengerti kalau cinta tidak dapat dipaksakan. Jadi tolong Ayah dan ibu untuk tidak melakukan kesalahan kedua kalinya." Kata Putri Rheina lagi kepada ayahnya.      

Perdana menteri Salman tampak terdiam, Ia berulang kali menarik nafas panjang. Ia tidak mengira kalau Putrinya yang dulu begitu berambisius menjadi orang yang kalah di dalam pertarungan memperebutkan kedudukan Ratu.     

"Kau sudah dijodohkan sejak kecil, seandainya kau tidak mengalah maka sekarang yang menjadi calon ratu itu pasti kau walaupun kau belum punya anak.'     

"Itulah sebabnya perjodohan sejak bayi itu jangan lagi dilakukan, biarkan kami menentukan jodoh kami sendiri maka akan ada banyak pernikahan yang mungkin akan diselamatkan" Kata Putri Rheina dengan sedih.     

Putri Rheina menangisi ketidak menentuan nasibnya. Ia tidak bisa mengatakan kalau Ia sudah bercerai dengan Nizam karena nanti semua akan menjadi masalah. Putri Rheina pasti akan di hukum mati karena sudah mendustai rakyat kerajaan Azura.     

"Kau dan Pangeran Nizam benar - benar sudah terhipnotis oleh wanita itu. Sudahlah... denganmu membuat Aku jadi emosi" kata Ayahnya sambil pergi meninggalkan putri Rheina dan Putri Kulsum istrinya.     

Melihat Ayahnya pergi dengan penuh amarah, Putri Rheina menangis dan memeluk ibunya.     

"Ibunda... apakah Aku terlalu keras kepada Ayah?" Kata Putri Rheina dengan sedih. Selama ini ayahnya sangat menyayangi Putri Rheina. Hampir semua keinganannya di penuhi dan sebaliknya. Putri Rheina juga selalu memuja ayahnya. Ayahnya yang tampan, gagah dan hebat. Ayahnya yang memiliki kedudukan sebagai perdana mentri.     

Ayahnya menjadi pendamping ratu kemanapun Ratu pergi selama Raja Walid sakit. Tetapi semakin ke sini Ia semakin tahu kalau sifat ayahnya terasa tidak baik.     

Putri Kulsum menghela nafasnya, Ia mengelus rambut anaknya dengan lembut, "Kau tidak terlalu keras, Nak. Hanya saja kami terlalu banyak berharap kepadamu untuk menjadi wanita nomor satu di kerajaan Aliansi.     

Kami yang terlalu ambisius dengan tahta itu jadi ketika sekarang Pangeran Nizam tidak mencintaimu maka kami masih belum bisa menerimanya. Ibu harap kau juga memahami ayahandamu.     

Rasa sakit melihat kau disia - siakan oleh orang yang memang harus jadi suamimu tidak bisa hilang dengan begitu mudah. Jadi kau bisa mempelunak suaramu ketika berbicara dengan ayahmu.     

"Tapi Aku tahu Bu, kalau Ayah semakin jahat."     

"Huss.. bicara apa kamu ini? Masa iya ayah semakin jahat. Nah sudahlah.. Kau pergi saja. Ibu jadi ingin beristirahat dulu."     

"Apakah Aku boleh pulang ke istana?" Kata Putri Rheina dengan penuh harap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.