CINTA SEORANG PANGERAN

Bunga Melati Lambang Kesucian



Bunga Melati Lambang Kesucian

0Putri Rheina ikut menarik nafas panjang. Matanya yang cerah kembali menjadi redup. Ia memutar - mutar jemarinya yang lentik itu pada tepian gelas. "Sungguh malang nasib Pangeran Nizam. Ia harus menjadi korban sistem kerajaan" Katanya lirih membuat Ayahnya menghardiknya.     
0

"Apa yang kau katakan itu? Jangan sampai orang lain mendengarnya. Kau tahu apa tentang sistem kerajaan. Jangan sampai ada orang yang pro revolusi mengambil keuntungan dari perkataanmu" Kata Perdana Mentri Salman.     

Putri Rheina jadi bengong, Ia menatap wajah ayahnya dengan pandangan tidak mengerti. " Orang - orang pro revolusi? Apa maksudnya Ayah?" Kata Putri Rheina kepada Ayahnya.     

"Orang - orang pro revolusi adalah orang - orang yang tidak menginginkan sistem kerajaan di pertahankan. Orang - orang ini selalu kontra dengan kerajaan dan mereka itu selalu ada disetian negara yang berbentuk kerajaan. Mereka menganggap bahwa sekarang adalah zaman modern dan semua manusia adalah sama.     

Sangat tidak adil memberikan kepemimpinan hanya kepada orang - orang kerajaan dengan dalih bahwa mereka turunan dari raja. Hal ini tidak memberikan hak yang sama kepada warga negara. Dan jika mereka mendengar perkataanmu tentang ketidak adilan sistem kerajaan maka  mereka akan seperti mendapatkan angin. Jadi tolong untuk tidak bicara sembarangan. Apalagi  kau adalah calon ratu Kerajaan" Kata Perdana Menteri Salman kepada putrinya.     

"Aku mengerti Ayah, sekarang marilah kita tengok ibunda..." Kata  Putri Rheina seperti tidak ingin mendengarkan kelanjutan dari kerajaan dan pemerintahan. Kepalanya mendadak pusing dan perutnya mual. Ia hanya ingin menari saja untuk menghilangkan kelelahan karena menjaga ibunya terus menerus.     

Perdana Menteri Salman sebenarnya enggan bertemu dengan istrinya tetapi karena anaknya memaksa maka terpaksa Ia menyetujuinya. Ia segera berjalan menjajari langkah putrinya.     

"Mau sampai kapan, Kau dan Putri Alena tinggal di istana Yang Mulia. Secara peraturan itu tidak boleh. Kalian sudah melakukan kekacauan terhadap tata tertib kerajaan." Kata Perdana menteri Salman sambil menyusuri koridor rumahnya. Ia berjalan di atas lantai marmer yang berwarna krem. Di sepanjang jalan, bunga - bunga melati tampak bermekaran.      

Perdana Menteri Salman jadi teringat bagaimana Ia menghabiskan malam pertamanya dengan Putri Kulsum. Ada banyak bunga melati di atas tempat tidur kamar pengantin. Biasanya ranjang pengantin akan bertaburkan bunga mawar merah lambang dari kebahagian tetapi pada ranjang pengantinnya malah bertaburkan banyak melati sehingga ruangan menjadi semerbak harum bunga melati.     

Perdana Menteri Salman bermalam pertama di temani oleh orang - orang karena Ia menikahi seorang putri kerajaan. Ia harus membuktikan kesucian istrinya malam itu juga. Ia tidak bisa melakukannya dengan mudah. Wajah Ratu Sabrina terus membayanginya. Apalagi malam itu Ratu Sabrina ada di depan pintu kamar pengantinya dan ikut menunggui.     

Bayangkan bagaimana sakitnya hati Ratu Sabrina dan dirinya malam itu. Ketika jeritan tertahan Putri Kulsum terdengar di telinga Ratu Sabrina. Ratu Sabrina menangis dan melarikan diri dari depan pintu kamar pengantinnya. Ia pergi dengan dalih sakit dan tidak bisa menunggui mereka.     

Ketika kesucian istrinya tertetes ke bunga melati yang bertaburan di dalam ranjang pengantinnya. Perdana Menteri Salman tidak menunda lagi. Ia segera berpakaian dan pergi  meninggalkan putri Kulsum. Ia pergi keluar dan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia menghabiskan sisa malam dengan meminum anggur termahal yang Ia seludupkan dari luar ke dalam kamarnya. Ia mabuk sampai tidak bisa bangun sehari semalam.     

Putri Rheina belum menjawab pertanyaan ayahnya yang sebenarnya Ia tidak tahu jawabannya apa. Ia dan Alena hanya mengikuti apa kata Nizam. Jadi semua terserah Nizam. Putri Rheina mengulurkan tangannya memetik setangkai bunga melati lalu menciumnya dengan lembut.      

Entah mengapa Ibunya sangat suka dengan bunga melati. Katanya melati adalah lambang kesucian. Tapi Ia malah lebih menyukai bunga mawar dengan warna yang merah cerah dan duri yang tajam untuk melindungi bunga itu.     

"Kalau kalian terus menerus melakukan suatu kesalahan, tinggal tunggu saja kekacauan yang akan terjadi" Kata Ayahnya.      

"Aku tidak tahu Ayah, Kau kan tahu bagaimana Yang Mulia Pangeran Nizam itu. Dia sudah dicambuk sampai hampir mati oleh ibunya agar Putri Alena dikembalikan ke harem tetapi Pangeran Nizam tetap mempertahankan Putri Alena di istannya. Jadi Aku tidak berani berkata apapun termasuk Putri Alena. Kami hanya mengikuti perintah Yang Mulia." Putri Rheina kembali mencium harumnya bunga melati.     

"Ayah... tidakkah Ayah tahu mengapa ibunda sangat menyukai bunga melati?" Kata Putri Rheina sambil memberikan bunga melati kepada ayahnya. Ayahnya menerima bunga itu dan ikut menyesap harumnya bunga itu. Wajah lembut istrinya seketika terbayang di matanya.     

Ayahnya menggelengkan kepalanya sambil meremas bunga itu lalu melemparnya ke bawah dan menginjaknya dengan kakinya. Putri Rheina menjerit dan Ia lalu berlutut dan menyingkirkan kaki ayahnya dari bunga yang sudah hancur itu.     

"Aah.. mengapa ayah menginjak bunga kesayangan ibunda? ini sungguh keterlaluan. Ibunda selalu mengatakan kalau Ia menyukai bunga melati karena Ia ingin memberikan kesucian dan kemurnian seperti putihnya bunga melati hanya untuk ayah.     

Tapi Ayah malah menginjaknya dengan tega. Tahukah Ayah kalau hingga hari ini, Ibunda selalu menaburkan bunga melati di tempat tidur hanya untuk mempersiapkan kedatangan Ayah kapanpun" Kata Putri sambil mengusap - ngusap bunga melati itu yang sudah hancur tak berbentuk.     

Muka ayahnya berubah menjadi sangat dingin. Ia menggeser tubuhnya agar tidak berada di hadapan anaknya, "Kau ini jangan berlebih - lebihan. Itu hanyalah setangkai bunga biasa yang banyak tumbuh di rumah ini. Ada banyak tangkai bunga melati yang bermekaran. Hanya setangkai saja kau seperti menginjak barang berharga saja" Kata Perdana Menteri Salman berdiri di tepi koridor.     

"Tapi bunga ini bagi ibunda sangat berharga. Ini lambang cinta untuk Ayah" Putri Rheina berdiri dan Ia merajuk dengan muka cemberut.     

"Kami bukanlah anak remaja yang harus mengucapkan banyak cinta. Ada kalian, anak - anak yang sudah dewasa. Sungguh tidak pantas untuk berkata cinta" kata Perdana mentri Salman sambil berjalan menuju kamar istrinya. Putri Rheina berlari mengikutinya. Ia tidak ingin mengatakan apa - apa lagi. Ia seperti melihat Nizam yang tidak memperdulikannya.     

Tiba - tiba Ia merasa ibunya dan dirinya memiliki nasib yang sama. Tetapi kemudian Putri Rheina berpikir, setidaknya ibunya lebih beruntung karena Ayahnya bersedia menyentuh tubuhnya hingga mereka memiliki keturunan. Tetapi Ia dan Nizam tidak pernah saling bersentuhan kecuali ketika Ia menderita sakit.     

Nizam sama sekali tidak besedia menyentuhnya. Ia berakhir dengan perceraian. Diam - diam air mata Putri Rheina menetes dan Ia segera menghapusnya. Hidup adalah takdir yang harus dijalani dan bukannya ditangisi karena air mata hanya akan membuat takdir itu semakin terasa perih di hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.