CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Kulsum, Istri Perdana Menteri



Putri Kulsum, Istri Perdana Menteri

0Perdana Mentri Salman memegang kalung ditangannya dengan perasaan bahagia. Akhirnya kalung itu dapat Ia miliki. Ia akan membuktikan kalau  kalung yang ada ditangan Nizam adalah kalung yang palsu. Ia akan mengusir Alena dan Nizam pergi kemudian Ia akan memberikan kalung itu kepada Ratu Sabrina.     
0

"Apakah Tuan akan benar - benar mengusir Putri Alena dan Pangeran Nizam?" tanya asistennya kepada Perdana Menteri Salman.     

"Pangeran Nizam sampai kapanpun tidak akan pernah mau mengikuti perintahku. Aku selalu berpikir dia akan menurut kepadaku karena menjadi menantuku tetapi semakin ke sini dia semakin sulit dikendalikan.     

Jalan satu - satunya, Aku harus menyingkirkan dia dari kehidupan istana selamanya. Aku tidak bisa membunuh mereka di istana karena ini terlalu riskan. Aku harus menyingkirkan mereka terlebih dahulu" Kata Perdana Mentri Salman sambil melihat kalung itu. Ia tidak menyangka kalau Lila akan memberikan kalung itu dengan mudah.     

Ini seperti ikan yang datang sendiri ke dalam bubu. Wanita itu ternyata tidak bodoh untuk tetap menyimpan kalung itu sendiri. Bukankah menyimpan kalung itu seperti menyimpan bom yang bisa meledak setiap saat. Jadi dengan sedikit teknik bujukan yang memang sudah Ia kuasai sejak remaja, Ia membujuk Lila agar segera menyingkirkan kalung itu dari tangannya.     

Perdana mentri juga beruntung memiliki mata - mata di istana itu. Dan seperti yang sudah Ia duga, Nizam tidak akan tinggal diam menghadapi masalah ini. Ia sudah menduga bahwa Nizam akan mengambil kembali kalung itu. Makanya Nizam mendatangkan Amar untuk mengambilnya.     

Perdana Mentri Salman tertawa, ketika mata - mata itu melaporkan bahwa. Amar tidak sempat mengambil kalung itu, karena Kalung itu ternyata masih di tangan Lila. Ternyata Ia masih tidak bisa dikalahkan oleh Nizam. Dia akhirnya bisa mengatasi Nizam. Perdana Mentri Salman tertawa sangat bahagia sehingga Ia tidak menyadari kalau Putri Rheina tiba - tiba datang dari ruangan tengah.     

Asisten Perdana  Mentri Salman adalah pria muda berumur sekitar dua puluh lima tahun. Ia bernama Pasha menggantikan ayahnya yang sudah tua. Ia baru menjadi asisten Perdana mentri Salman beberapa bulan ke belakang. Ia tahu kalau putri perdana mentri Salman sangatlah cantik jelita.     

Ia adalah wanita tercantik dari seluruh kerajaan Aliansi. Berambut merah dan bermata kebiruan gelap. Berkulit putih seperti air sungai yang jernih. Berdada besar dengan pinggul yang menggantung menahan semua keindahan diatasnya. Jika Putri itu berjalan seakan pinggul itu hendak patah karena bergoyang.     

Pasya selalu tidak tahan untuk memandang Putri Rheina, selain tidak sopan karena Putri Rheina adalah istri dari putra mahkota kerajaan, Ia juga tidak ingin kecantikan Putri Rheina membutakan kedua matanya. Ia adalah laki - laki normal yang belum pernah menikah. Darah mudanya masih bergejolak jika memandang keindahan dunia di hadapannya.     

"Mengapa Ayah tertawa begitu bahagia?" Kata Putri Rheina dengan tatapan mata yang tajam. Pasya menelan ludahnya, suara Putri Rheina sangat merdu bagaikan buluh perindu.     

"Aku bahagia karena Aku membayangkan seandainya Aku menimang cucu. Mengapa kau masih belum mengandung juga? Bukankah kau seharusnya mengandung lebih dulu daripada Putri Alena? Mengingat kau adalah istri pertama Yang Mulia Pangeran Nizam" kata perdana mentri Salman sambil sedikit ketakutan, kalau - kalau Putri Rheina mendengar pembicaraan mereka.     

Perdana mentri Salman tahu kalau putrinya sekarang sedang dekat dengan Putri Alena. Perdana mentri Salman juga menyadari kalau hubungan antara Nizam dan putrinya sudah membaik. Ia masih berharap kalau Putrinya bisa hamil secepatnya. Karena dengan kehamilan putrinya maka istana akan semakin dapat Ia kuasai. Karena bayi dalam perut putrinya secara otomatis akan menjadi pewaris tahta menggantikan ayahnya.     

Wajah Putri Rheina menjadi merah merona seperti kelopak mawar yang sedang merekah. Bagaimana mungkin Ia bisa mengandung kalau Nizam tidak pernah menyentuhnya. Ia tidak akan pernah bisa hamil kalau tidak menikah lagi. Bukankah sebenarnya status dia adalah janda kembang, Janda tetapi masih suci.     

Tetapi Ia tidak ingin mengatakan apapun kepada ayahnya, Ia akan melindungi Nizam dan Alena sampai mati. Jadi biarlah Ia yang mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan Nizam dan Alena.     

"Belum waktunya Ayahanda, Aku selalu ingin mengandung tetapi takdir belum menyapaku. Ayah, Aku sudah lama berada di rumah menjaga Ibunda. Aku ingin kembali pulang ke istana" Kata Putri Rheina kepada Ayahnya.     

"Apakah ibumu sudah mulai membaik?" Tanya Perdana Mentri Salman bertanya kepada anaknya. Sambil bertanya Ia melambaikan tangannya ke Pasya memberikan isyarat agar pasya segera keluar dari kamarnya. Pasya menganggukan kepala, Ia membungkukkan badannya dan segera keluar.     

Putri Rheina duduk di sofa dan mengambil butiran anggur lalu memakannya, "Mengapa Ayah bertanya kepadaku? Mengapa Ayah tidak pergi untuk melihatnya sendiri? Selama aku disini tidak sekalipun Ayah menengok Ibunda? Sebenarnya ada apa?" Kata Putri Rheina sambil menatap ayahnya.      

Putri Rheina tahu sejak kecil Ayahnya tampak selalu bersikap dingin kepada ibunya tetapi selama ini, Ia menganggap bahwa itu bukan suatu masalah yang besar. Ayahnya begitu sibuk dan hampir tidak pernah pulang ke rumah. Tetapi walaupun begitu Ayah dan Ibunya memiliki beberapa orang anak. Jadi Putri Rheina berpikir kalau mereka tidak ada permasalahan apapun.     

Ibunya juga tidak pernah mengeluh apapun tentang perlakuan suaminya. Baginya sepanjang suaminya ada untuk memenuhi semua kebutuhan dan kehormatannya maka Ibunya menganggap yang lain tidak penting. Apalagi kemudian Putri Rheina menikah dan hampir jarang pulang ke rumah.     

Ketika malam itu, malam kedatangan Pangeran Abbash. Ia mendapatkan berita kalau ibunya sakit parah dan sangat ingin bertemu dengannya. Ia tidak berpikir panjang bahkan sampai lupa berpamitan kepada Nizam. Lagipula Nizam bukan suaminya lagi sehingga Ia pikir tidak masalah kalau harus Ia harus pergi diam - diam.     

Putri Rheina merasakan ada hal yang tidak beres ketika Ayahnya tidak pernah menengok ibunya. Ia selalu ada di istana. Ia memang memiliki ruangan sendiri di istana itu. Ruang tempat istirahat sekaligus ruangan kerja.     

Mendengar pertanyaan anaknya, Perdana Menteri Salman terdiam. Ia memang tidak pernah menengok istrinya. Ia sering kali tidak nyaman berada di sisi Kulsum. Putri itu sebenarnya putri yang diberikan oleh kerajaan kepadanya. Putri itu masih saudara jauh Raja Walid, kakek Raja Walid dan Nenek Putri Kulsum adalah kakak beradik. Ini sama seperti hubungan dirinya dengan Ratu Sabrina.     

Putri Kulsum tentu saja tidak secantik Ratu Sabrina. Ini bagaikan membandingkan antara langit dan bumi. Ia sebenarnya sangat ingin menolak perjodohan ini tetapi jika menolak maka Ia berarti mencari mati. Ia bukan saja tidak mencintai Putri Kulsum tetapi Ia memang tidak berniat untuk menikah. Ia hanya ingin menjadi bayangan dari wanita yang amat Ia cintai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.