CINTA SEORANG PANGERAN

Penyesalan Datang Terlambat



Penyesalan Datang Terlambat

0"Sungguhkah Yang Mulia tidak tahu apa - apa?" Lila memeluk Pangeran Abbash dari belakang. Mereka sama - sama sudah tidak mengenakan sehelai benangpun. Busa sabun menutupi tubuh mereka. Punggung Pangeran Abbash menekan ke dada Lila dan sentuhan antara punggung Pangeran Abbash dan dada Lila menciptakan senasi yang indah. Seakan ada percikan api yang panas menyelimuti Mereka.      
0

Lila mengusap dada bidang suaminya dengan lembut sambil berbisik, "Kalung Alena telah hilang dan gosip beredar adalah kalung itu diberikan kepada Yang Mulia sebagai tanda cinta Alena kepada Yang Mulia" Kata Lila, Ia lalu menjulurkan lidahnya dan menggigit telinga Pangeran Abbash.      

Pangeran Abbash bagai tersengat aliran listrik, tetapi kali ini bukan karena sentuhan Lila, kali ini karena berita yang Ia dengar. Dalam pikirannya adalah apakah gosip ini benar beredar dan bagaimana dengan nasib Alena. Pangeran Abbash tahu bagaimana temperementalnya Nizam kalau sedang cemburu. Bagaimana kalau Ia menyakiti Alena.      

Pangeran Abbash membalikkan tubuhnya dan Ia sekarang berhadapan dengan Lila. Kedua kakinya mengangkang dan merangkulkan kakinya ke tubuh Lila karena bathtub yang sempit. Ia memegang bahu Lila dan berkata,     

"Gosip bodoh macam apa ini? Siapa yang sudah menggosipkannya? Ia cari mati! Aku akan mengulitinya hidup - hidup" Kata Pangeran Abbash dengan mata yang gelap.     

"Mengapa Yang Mulia menjadi sangat marah? Apakah Yang Mulia takut reputasi Yang Mulia jatuh?" Kata Lila sambil meringis.      

"Reputasi Aku? Persetan dengan reputasi Aku. Pangeran Nizam itu orangnya sedikit gila kalau sedang cemburu. Otaknya yang brilian menjadi idiot jika sudah menyangkut hak kepemilikan terhadap Putri Alena. Aku takut dia menyakiti Putri Alena" Kata Pangeran Abbash sedikit menggerutu.     

Mata Lila meredup mendengar omelan Pangeran Abbash, ternyata Pangeran Abbash sama sekali tidak memikirkan perasaannya. Tapi yang membuat Lila sedikit terobati, setidaknya Pangeran Abbash tidak berbohong tentang perasaannya. Bagi Lila akan lebih menyakiti jika Pangeran Abbash mengatakan sesuatu yang lain dari hatinya.     

"Apakah Yang Mulia tidak mengkhawatirkan perasaanku?" kata Lila dengan manja. Ia mengulurkan tangannya ke depan bawah dan mengelus sesuatu yang membuat Pangeran Abbash menjadi merinding. Lila mengakui bahwa Pangeran Abbash sangat tampan.     

Pangeran Abbash membiarkan Lila mengeksplorasi tubuhnya walaupun Ia sedang sibuk memikirkan gosip itu. Tetapi pertanyaan Lila membuatnya harus menjawab,     

"Memikirkan perasaanmu? Aku lihat kau tampak baik - baik saja." Kata Pangeran Abbash sambil memejamkan matanya. Darah dari atas kepalanya mulai berkumpul dan mengalir ke bawah membuat semua menjadi tegang karena desakan aliran darah disatu titik.     

Lila menatap ke arah mata Pangeran Abbash, sayangnya mata itu terpejam sehingga Ia tidak bisa melihat suasana hati Pangeran Abbash yang sebenarnya. Bukankah mata itu adalah jendela hati yang tidak bisa didustai. Dari cerminan mata kita dapat melihat suasana hati seseorang yang sesungguhnya.     

"Mengapa Yang Mulia beranggapan seperti itu?" Kata Lila sambil terus mengusap - ngusap tubuh suaminya.     

"Kalau kau ada apa - apa, pasti kau akan diam dan tidak akan melakukan ini. Lagipula mengapa kau harus marah. Aku tidak memiliki perasaan apapun kepada Putri Alena. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Aku tidak ada hasrat untuk memiliki seperti Aku memiliki dirimu. Kalaupun Aku memperdulikannya itu karena dari hatiku mengatakan Aku harus melakukan itu.     

Aku harap kau tidak pernah berpikiran apapun yang akan merugikan dirimu sendiri. Aku tidak pernah membayangkan bahwa kau pernah mencintai Edward dan tidur bersamanya. Aku menerimamu apa adanya dengan semua masa lalumu, jadi Aku juga berharap kau akan menerimaku apa adanya."     

Seketika Lila terdiam, gerakan tangannya terhenti. Entah mengapa kata - kata dari Pangeran Abbash jadi menyakiti dirinya. Dia sudah meragukan cinta suaminya dan menuduhnya masih memiliki perasaan kepada Alena padahal Pangeran Abbash sendiri tidak pernah menanyakan apakah Ia masih memiliki rasa cinta kepada suaminya yang sudah meninggal itu.     

Perasaan bersalah semakin muncul dalam hatinya. Ia benar - benar menyesal telah memiliki niat menyingkirkan Alena dari kerajaan Azura. Lila memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Ia sudah memberikan kalung itu kepada Perdana Menteri Salman agar Ia bisa menggunakan kalung itu untuk membuat Alena terusir dari istana.      

Tubuh Lila mendadak menjadi sedingin es, bagaimana seandainya Pangeran Abbash tahu tentang kejahatannya. Apakah Ia akan dikuliti hidup - hidup seperti yang diucapkan oleh Pangeran Abbash. Tubuh Lila menjadi menggigil bukan karena dingin tetapi karena takut.     

Pangeran Abbash merasakan gerakan tangan Lila terhenti sehingga Ia kemudian membuka matanya dan kemudian menatap istrinya yang tampak sangat ketakutan.     

"Ada apa Lila? Mengapa tubuhmu gemeter? Apakah Kau sakit?" tanya Pangeran Abbash sambil menyentuhkan telapak tangannya ke puncak kepala Lila. Betapa Ia sangat menyayangi istrinya ini.     

"Peluk Aku suamiku" Kata Lila sambil mengembangkan tangannya. Pangeran Abbash segera memeluk Lila, mengusap kepalanya dan membujuknya.     

"Kau terlihat seperti melakukan kesalahan yang besar" Kata Pangeran Abbash. Dalam hatinya Ia sudah mulai mencurigai kalau Lila telah berbuat salah. Tetapi kesalahan apa yang sebenarnya sudah diperbuatnya, Pangeran Abbash tidak memiliki petunjuk.     

Pangeran Abbash juga tidak ingin melakukan penyelidikan apapun tentang istrinya, Ia takut Lila melakukan kesalahan yang tidak dapat Ia ampuni. Ia belum sanggup kehilangan Lila dan Pangeran kecilnya. Ia ingin hidup bersama Lila seumur hidupnya. Dan bahkan jika Lila mencemburui Alena maka Ia bersumpah tidak akan pernah datang ke istana Azura lagi.     

Lila malah membenamkan mukanya ke leher suaminya. Ia tidak akan pernah mengatakan apa kesalahannya kepada Pangeran Abbash. Ia hanya ingin memiliki Pangeran Abbash seorang diri. Ia lebih egois dari Alena yang mengizinkan Nizam memiliki istri yang lain. Lila hanya ingin Pangeran Abbash untuk dirinya, hanya untuk dirinya sendiri.     

"Jangan pernah marah kepadaku atas apapun yang telah terjadi. Jangan pernah meninggalkan Aku, Aku sangat mencintaimu dan Aku tidak akan pernah sanggup kalau harus kehilangan dirimu" Kata Lila sambil menatap wajah Pangeran Abbash. Pangeran Abbash tidak menjawabnya. Ia hanya menarik wajah Lila untuk mendekati wajahnya. Ia lalu membenamkan ciuaman yang dalam kepada Lila.     

Lidahnya terasa panas berada di dalam mulut Lila yang terbuka. Tangan Pangeran Abbash mengusap punggung Lila dengan lembut. Ia lalu menarik tubuh Lila ke atas tubuhnya dan membenamkan tubuh indah itu ke dalam tubuhnya. Lila mengerang ketika tubuhnya sekarang bersatu dengan tubuh suaminya. Air mata bercampur dengan air dalam bak mandi.     

Lila tidak bisa menggerakan tubuhnya karena perasaannya sedang kalut sehingga kemudian Pangeran Abbash berinisiatif mengatur gerakan tubuh Lila di atas tubuhnya. Gerakan demi gerakan membuat air berkecipak. Lila hanya terus memeluk suaminya. Ia ingin meluapkan semua emosi dari dalam hatinya. Penyesalan yang datang terlambat membuat Lila terus menangis, Tetapi Ia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan apapun kepada Pangeran Abbash.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.