CINTA SEORANG PANGERAN

Melindungi Cintaku



Melindungi Cintaku

0Baik Arani maupun pelayan itu, mereka sama - sama terkejut. Lila tidak menyangka kalau di dalam kamarnya ada pelayan dan pelayan terkejut karena Lila sudah masuk  ke dalam kamar. Sesaat mereka saling terpaku sebelum kemudian Lila keduluan berbicara,     
0

"Yang Mulia.. hamba kemari hendak membereskan wardrobe dan membawa beberapa sepatu dari kulit untuk dibersihkan esok hari. Jadi hamba mohon maaf jika ini mengganggu Yang Mulia. Hamba pikir Yang Mulia masih berada di jamuan karena ini belum larut malam" Kata pelayan itu berbicara dengan suara sedikit keras, Ia sengaja berbicara di depan pintu warddrobenya dan berharap Arani dapat mendengarnya.     

Lila sebenarnya sangat terganggu dengan keberadaan si pelayan itu tetapi Ia juga tidak bisa berkata apa - apa karena memang beberapa pelayan terbiasa keluar masuk ke dalam kamarnya yang sangat luas ini untuk membersihkan ruangan.     

Apalagi pelayan yang ada di depannya ini adalah penanggung jawab dari ruangannya. Hanya saja untuk masuk ke dalam ruangan perhiasan harus didampingi olehnya karena hanya Lila yang bisa membuka ruangan itu.     

"Apakah bisa besok hari? Saya ingin beristirahat malam ini" Kata Lila. Pelayan itu tampak kebingungan. Keringat dingin mulai menetes dari sekujur tubuhnya. Ada Arani di dalam ruangan itu dan Ia jadi hilang akal untuk melakukan sesuatu. Tetapi tidak ada salahnya Ia mencoba untuk tetap bisa masuk ke wardrobe untuk bisa memperingatkan Arani.     

"Hamba meminta ampun Yang Mulia, tetapi kalau boleh. Izinkan hamba sebentar saja untuk mengambil sepatu kulitnya. Karena memang sepatu - sepatu itu walaupun tidak dipakai harus tetap di rawat"     

"Aku tidak mengatakan kalau Kau tidak boleh mengambilnya, hanya saja Aku mengatakan kalau sepatu - sepatu itu bisa diambil besok. Aku sudah sangat lelah" Suara Lila mulai meninggi membuat si pelayan jadi pucat. Lila biasanya kalau berkata selalu lemah lembut. Ia bahkan tidak pernah marah jika mereka berbuat kesalahan.     

Tetapi hanya karena Ia ingin mengambil sepatu dan itu sebenarnya tidak akan memakan waktu lama tetapi Lila terlihat sangat marah. Pelayan itu semakin mempercayai Bastnah kalau Lila sedang gelisah dan galau. Ia hanya ingin menyelamatkan Lila seperti kata Bastnah. Ia membantu Lila menyingkirkan kalung itu dari istana Pangeran Abbash agar tidak ketahuan.     

Karena wajah Lila yang begitu tidak ramah dan ditambah Ia sendiri tidak ingin mengambil resiko kalau harus membantah perkataan dari Lila. Akhirnya dia membungkukkan badannya dan memberikan hormat kepada Lila.     

Melihat wajah pelayan itu tampak sedih dan bingung, Lila lalu menghampirinya dan menepuk bahunya dengan lembut.     

"Tolong maafkan Aku, Aku sebenarnya bukan ingin menghambat pekerjaanmu tetapi karena Aku sudah sangat mengantuk" Kata Lila. Pelayan itu kembali  membungkuk memberikan hormat.     

"Hamba yang di tahu diri. Silahkan Yang Mulia untuk beristirahat. Hamba akan menjaga di luar"     

Lila jadi pucat mendengar pelayan itu akan berjaga di luar. Bukankah Ia akan pergi menyelinap keluar, bagaimana mungkin dia bisa keluar kalau pelayan itu ada disana.     

Maka Ia segera berkata, "Tidak usah dijaga. Tolong Aku sudah memiliki banyak pejaga. Jadi kau sebaiknya beristirahat saja. Apalagi sebentar lagi Yang Mulia Pangeran Abbash akan segera datang" Kata Lila.     

Pelayan itu lalu menganggukkan kepalanya, Ia mengguman dalam hatinya tentang keanehan tingkah dari majikannya. Lalu Ia hanya bisa membungkukkan badannya dan mengundurkan diri kemudian Ia segera keluar dari ruangan Lila.     

Lila benar - benar seperti seorang pencuri yang mengendap - ngendap masuk ke rumah korbannya. Padahal Ia berada di dalam kamar sendiri. Begitu si  pelayan pergi Ia segera mengunci kamarnya.     

Muka Lila menegang dan dadanya berdegup kencang. Ia harus memberikan kalung ini kepada Perdana Menteri Salman malam ini juga. Ia merutuki Bastnah yang harus mengadakan jamuan makan demi menghormati pemberian Alena. Entah mengapa Ia jadi kesal terhadap pelayan itu.     

Ia memang merasa terbantu ketika Bastnah datang  sebagai asistennya. Karena begitu Bastnah datang semua pelayan yang tadinya tampak enggan melayaninya berbalik jadi sangat baik dan menghormatinya. Bastnah sangat pandai menguasai orang. Ia juga merasa sangat aman berada disisinya.     

Tetapi yang membuat Ia sedikit kesal adalah Bastnah sering kali membicarakan Alena kepada para pelayan dan termasuk kepada dirinya. Bastnah yang sangat mengagumi Alena dan menyanjungnya setinggi langit  membuat Lila merasa bahwa Bastnah masih menjadi pelayan Alena dan Ia selalu di nomor duakan.     

Seperti hari ini,hanya sekedar makanan dari negara mereka, mengapa harus mengdakan jamuan makan segala. Ia mengundang semua putri untuk mencicipi makanan khas Indonesia itu. Ini sedikit berlebih - lebihan apalagi di saat Ia harus melakukan sesuatu yang sangat penting.     

Lila melangkah dengan cepat membuka ruangan wardrobe-nya dan segera berjalan ke ujung ruangan. Ia tidak ingin membuang waktu lagi. Ini sudah sangat mendesak. Perdana Mentri Salman sudah menyuruh seseorang menunggunya di taman istana bagian timur di dekat patung Ikan. Ia harus memberikan kalung itu secepatnya.     

Lila tidak pernah merasa setegang ini dalam hidupnya. Dan disaat ini dia merasa sendirian di dunia ini. Tidak seperti Alena yang dikelilingi oleh semua orang kepercayaannya. Yang setiap sampai mati kepada Alena. Lila tidak memiliki siapapun yang dapat Ia percayai termasuk Bastnah.      

Lila tidak mungkin mengatakan semua ini kepada Bastnah mengingat kalau pelayan itu pasti akan membela Alena mati - matian. Karena itu Lila tidak bisa menyuruh orang lain untuk memberikan kalung itu. Ia harus melakukannya sendiri.     

Lila menggigit bibirnya sendiri menahan tangis, matanya berkaca - kaca. Ia meratapi nasib malangnya. Ia ditinggalkan Ayah, berjuang untuk hidup bersama ibunya. Ia juga harus berbagi kasih suaminya baik Edward maupun Pangeran Abbash.      

Ia tidak ingin menyalahkan Alena atas apapun yang terjadi kepada dirinya, Alena terlalu baik untuk disalahkan. Ia hanya  ingin mengamankan dirinya dari rasa ketakutan yang Ia alami. Lila tahu kalau Pangeran Abbash tidaklah sama dengan Edward. Edward tidak bersikap romantis kepadanya. Edward memperlihatkan secara fisik dan mental rasa cintanya kepada Alena.     

Tetapi Pangeran Abbash tidak seperti itu, Pangaren Abbash memperlakukannya dengan sangat baik. Ia juga tidak pernah menyebutkan nama Alena baik dalam keadaan bangun atapun dalam keadaan tertidur. Tetapi naluri dia sebagai wanita tidak pernah mengkhianatinya. Jauh dilubuk hatinya, nama Alena terpatri di dalam hati Pangeran Abbash.     

"Maafkan Aku Alena, maafkan Aku.. Aku sungguh bukan teman yang baik... Aku tidak bermaksud jahat, Aku hanya melindungi cintaku" Kata Lila sambil menempelkan telapak tangannya ke ruangan perhiasan. Pintu itu segera terbuka dan Lila melangkah masuk. Matanya berkeliling sebelum Ia melangkah ke sebuah lemari kaca dan berkombinasi dengan kayu yang sangat kuat dan langka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.