CINTA SEORANG PANGERAN

Lila Akan Menyelinap Keluar Istana



Lila Akan Menyelinap Keluar Istana

0Lila dengan sangat hati - hati memasukan kalung itu ke dalam clutch-nya. Lalu dengan hati - hati Ia keluar dari ruangan itu. ruangan itu terletak di dalam ruangan wardrobe. Wardrobe Lila terpisah dari wardrobe Pangeran Abbash walaupun ada dalam kamar yang sama. Tidak ada siapapun yang berani masuk ke dalam sana kecuali para pelayan yang memang sangat terpercaya. Terutama ruangan wardrobe Lila yang memang banyak terdapat perhiasan mahal dan tas mahal.     
0

Lila mengenakan pakaian yang sangat tertutup dan tidak mencolok, Ia bahkan mengenakan pashmina yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Ia akan memanfaatkan kesempatan karena suaminya sedang menjamu Amar. Ada pertemuan khusus antara Amar, suaminya dan para jendral Kerajaan Zamron.      

Lila berjalan keluar dari kamar dan Ia hampir berteriak kaget ketika membuka pintu Ia melihat Bastnah sedang berdiri di depan ruangannya.     

"Aah.. Kau Basntah" Katanya sambil menekankan clutch-nya ke dadanya dengan wajah sangat kaget.     

"Ampuni Hamba Yang Mulia, jika sudah membuat kaget Yang Mulia. Tetapi hamba hanya ingin meminta izin kepada yang Mulia" Kata Bastnah sambil matanya melirik ke arah clutch yang dipegang Lila. Bastnah sudah mengetahui gosip yang ada di istana Azura dan Ia memang diminta Arani untuk memperhatikan gerak - gerik dari Lila.     

Alena memang sangat cerdas dengan menyuruh Bastnah menjadi asisten dari Lila. Setidaknya Azura memiliki mata - mata yang bisa mencari informasi.     

"Izin ? Izin apa? Ada apa?" Kata Lila dengan sedikit pucat.      

"Hamba dengar, Ada Jendral Amar sedang berkunjung ke istana ini. Kalau boleh hamba meminta izin. Hamba ingin menemuinya" Kata Bastnah.     

"Untuk apa kau ingin menemuinya?" Kata Lila menjadi sedikit curiga. Diam - diam Ia  memegang clutch-nya dengan erat.     

"Hamba ingin menitipkan sesuatu untuk saudara hamba" Kata Bastnah.     

"Apa yang akan kau titipkan? uang? Mengapa tidak kau transfer saja" Lila menjadi penasaran.     

"Hamba hanya ingin memberikan manisan buah plum khas dari kerajaan Zamron" Kata Bastnah.     

"Kau ingin menitipkan manisan buah plum kepada seorang jendral? Sungguh alasan yang konyol. Tolong untuk lebih realistis!" Lila mengerutkan keningnya. Alasan Bastnah sangat tidak masuk di akal dan ini membuat Ia menjadi semakin penasaran.     

Melihat Lila yang mencurigainya maka Bastnah malah ikut mengerutkan keningnya.     

"Memangnya kenapa Yang Mulia? Bukankah Jendral Amar itu manusia biasa walaupun dia seorang jendral. Hamba adalah orang sekerajaannya dan hamba sering berbincang dengan dia. Di kalangan orang - orang yang berada di sisi Yang Mulia Pangeran Nizam tidak ada yang merasa lebih tinggi satu sama lain. Kami semua adalah saling bersaudara" Kata Bastnah dengan polos, membuat muka Lila menjadi memerah.     

Bagaimana bisa Ia berkata hal yang memalukan dirinya sendiri. Perkataan Bastnah sungguh menohok dirinya. Bastnah seakan - akan mengatakan kalau derajat Bastnah lebih rendah dari Jendral Amar sehingga Ia tidak berhak untuk menitipkan sesuatu kepada jendral itu. Lalu dengan wajah yang lembut Lila berkata,     

"Kau benar, Bastnah. Maafkan Aku. Kita semua adalah sama, tidak ada bedanya di mata Tuhan. Kau boleh menemuinya" Kata Lila.     

"Terima kasih Yang Mulia. Tapi Yang Mulia, Yang Mulia hendak kemana?  Kelihatannya Yang Mulia hendak pergi" Kata Bastnah sambil memperhatikan pakaian Lila dan clutch-nya yang dia pegang. Muka Lila sedikit pucat tetapi dia segera menguasai keadaan.     

"Aku hanya ada perlu sebentar saja"     

"Kemana? Keluar?"     

"Mengapa kau banyak bertanya, bukankah Aku sudah memberikanmu izin untuk menemui Jendral Amar. Nah pergillah menemuinya" Lila sedikit keras berbicaranya karena kesal dengan pertanyaan Bastnah yang seakan menginterogasinya.     

"Maafkan Hamba Yang Mulia. Tetapi Jendral Amar masih dalam jamuan makan. Jadi masih lama lagi waktunya. Hamba hanya ingin tahu, mengapa Yang Mulia pergi tanpa mengajak hamba? Bukankah hamba asisten Yang Mulia? Hamba harus menemani Yang Mulia, kalau nanti ada apa - apa, hamba akan disalahkan" Kata Bastnah  bersikeras.     

"Aku tidak akan kemana - mana. Aku hanya ingin mencari udara segar" Kata Lila mencoba berkelit.     

"Ampuni Hamba Yang Mulia, tetapi yang Mulia adalah istri dari calon raja di kerajaan ini. Kedudukan Yang Mulia sama pentingnya dengan Pangeran Abbash. Apalagi hamba tahu kalau Yang Mulia Pangeran Abbash begitu mencintai Yang Mulia. Jika sampai Yang Mulia pergi sendirian dan hamba tidak menemani maka jika ada apa - apa yang terjadi diluar maka hamba akan disalahkan.     

Sampai kapanpun hamba tidak akan pernah membiarkan Yang Mulia pergi tanpa pengawalan. Hamba akan selalu berada di sisi Yang Mulia. Bukankah Yang Mulia Putri Alena juga sangat menyayangi Yang Mulia dan Yang Mulia meminta hamba untuk menjaga Yang Mulia" Bastnah dengan cerewet terus mengatakan sesuatu yang memang tidak bisa dibantah olehnya.     

Apa yang dikatakan oleh Bastnah sangat benar. Sesuai aturan Bastnah harus ada disisinya untuk menjaganya hingga kemudian Lila  mengalah, "Baiklah Bastnah... baiklah. Aku akan kembali ke kamar saja" Kata Lila akhirnya menyerah.     

"Lha ? Mengapa tidak jadi. Ayolah kita pergi" Kata Bastnah membuat Lila jadi pusing kepala.     

"Ya Tuhan.. Bastnah. Mengapa kau cerewet sekali? Aku belum pernah bertemu dengan orang yang  begitu banyak bicara seperti dirimu." Kata Lila sambil  memijat keningnya sendiri.     

"Ampuni Hamba Yang Mulia"     

"Sudah tidak apa - apa. Hanya saja Aku sudah tidak ingin pergi jalan - jalan. Aku mau isitarahat saja di kamar" Kata Lila sambil masuk kembali ke dalam kamarnya. Entah kutukan atau keberuntungan ketika Alena memberikan Bastnah kepadanya.     

Di satu sisi dia memang sangat terbantu dengan adanya Bastnah disisinya karena dalam waktu singkat Bastnah mampu menguasai semua pelayan yang ada di istana Kerajaan Zamron. Ia sangat pintar berstrategi dan menaklukan semua pelayan yang ada dengan memegang semua rahasia penting mereka.      

Akibatnya tidak ada lagi yang berani melecehkan Lila. Para Pelayan yang biasanya memandang rendah kepada dirinya sekarang tidak ada yang berani membantah perkataannya. Para putri juga sekarang tidak ada yang berani terang - terangan mengejeknya. Bastnah selalu mampu membuat mereka terdiam. Bastnah selalu memiliki celah untuk menekan mereka. Dan kepandaiannya dalam mencari informasi dan membaca karakter orang membuat Bastnah sukar dicari lawannya. Apalagi Istana kerajaan Zamron tampak sangat berbeda dengan istana kerajaan Azura.     

Bastnah terlihat lebih leluasa bergerak dibandingkan dengan di Azura. Para putri di dalam kerajaan Zamron terlihat lebih bodoh dengan para putri yang ada dikerajaan Azura. Dan kekuatan Ratu Ariel tidak ada apa - apanya dibandingkan Ratu Sabrina. Jadi sangat wajar kalau Bastnah dapat segera menguasai para pelayan istana Zamron.      

Ketika Lila masuk lagi ke dalam kamarnya, Bastnah tampak menyeringai. Ia segera membalikkan badannya dan pergi ke tempat yang cukup tersembunyi. Ia kemudian mengangkat handphone-nya dan mulai menelpon Arani.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.