CINTA SEORANG PANGERAN

Kalung Itu Tidak Boleh Ada Ditanganku



Kalung Itu Tidak Boleh Ada Ditanganku

0Pangeran Abbash bukanlah orang yang senang gosip. Ia bahkan tidak terlalu suka dengan gadget. Ia hanya menyukai traveling dan berkelahi. Pangeran Abbash tidak tahu hilangnya kalung Alena dan tuduhan dia berselingkuh dengan Alena. Jadi ketika Amar datang kepadanya, Ia mengira itu hanya sekedar urusan kerjasama latihan kemiliteran. Ia tampak senang melihat Amar karena Ia menganggap bahwa dia adalah perwakilan dari Nizam.     
0

Pangeran Abbash mempersilahkan Amar untuk duduk di hadapannya dan Ia menjamunya dengan berbagai macam makanan khas kerajaan Zamron. Hanya Lila yang merasa tidak enak hati melihat kedatangan Amar. Walaupun Amar bertindak senormal mungkin di hadapan Lila tetapi dia tidak dapat menyembunyikan sorot mata kebencian kepada Lila.     

Amar sangat benci kepada Lila karena Ia hampir menyebabkan Maya celaka. Ia tidak akan dapat memaafkan siapapun yang berani menyentuh Maya. Dan Lila dapat merasakan aura itu sehingga ketika Ia tersenyum kepada Amar, senyum lebih berupa gambaran kepalsuan.     

"Kau tentu masih ingat dengan Jendral Amar, Dia adalah kepala pengawal dari kerajaan Azura. Dia termasuk Tiga Jendral besar bersama Jendral Rasyid dan almarhum jendral Imran. Tetapi karena Jendral Imran mati maka yang menggantikan kedudukannya adalah Jendral Arani sebagai kepala pasukan wanita" Kata Pangeran Abbash.     

"Hamba sudah tahu" Kata Lila sambil menganggukan kepalanya dan Amar langsung membungkukkan badan memberikan hormat.     

"Salam Yang Mulia, Hamba mengingatnya Yang Mulia adalah satu negara dengan Putri Alena" Kata Amar.     

"Tentu saja, kau bisa lihat bagaimana miripnya mereka? Hanya saja istriku lebih pendiam dibandingkan dengan putri Alena"     

"Anda benar Yang Mulia" Kata Amar tetap hormat kepada Pangeran Abbash.     

"Mengapa kau terilihat sangat kaku sekarang? Bukannya kau dulu sering mengancam - ngancam diriku?" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum dan Amar selalu beranggapan bahwa Pangeran Abbash adalah orang yang paling menarik sedunia. Dan beranggapan kalau Lila tidak pantas untuk pria setampan Pangeran Abbash apalagi Lila sekarang ketahuan jahatnya.     

"Dulu Yang Mulia berada di tempat yang bersebrangan dengan kami sekarang yang Mulia ada dipihak kami bahkan hal yang tidak pernah kita lakukan selama berabad - abad sekarang kita akan melakukannya" Kata Amar dengan penuh rasa hormat.     

"Kau benar, Aku dulu sangat membenci Yang Mulia Pangeran Nizam karena bersebrangan dengan Kakakku. Dan bertahun - tahun kerajaanku menganggap kalau kerajaan Azura adalah pesaing terbesar. Kami selalu ingin lebih unggul dari kerajaan Azura walaupun pada kenyataannya itu semua tidak pernah tercapai.     

Sekarang Ayahku menyerahkan hampir semua urusan kerajaan ke tanganku. Dan Aku berusaha meluruskan semua yang tidak berjalan semestinya. Aku ingin mengakhiri persaingan diantara kita dan memulai dengan kerjasama militer ini" Kata Pangeran Abbash tanpa tahu kalau yang terjadi di Kerajaan Azura sekarang adalah tersebarnya gosip perselingkuhan antara dirinya dan Alena.     

"Hamba sangat menyutujui dengan perubahan yang baik ini dan semoga tidak ada orang yang akan merusaknya" Kata Amar sambil terus mengeluarkan kata - kata yang menyindiri Lila. Lila sendiri yang duduk mendampingi di sisi Pangeran Abbash seakan tidak perduli dengan kata - kata Amar. Ia sibuk mengupas apel yang akan dimakan oleh suaminya.     

Di dalam hatinya, Lila sudah mulai tegang. Ia memang tidak tahu siapa Amar yang sebenarnya tetapi dari gaya bicara dan raut mukanya yang tampak selalu terlihat sinis kepadanya membuat Lila mulai merasa bahwa kedatangan Amar kesini bukan semata - mata ingin melakukan kerja sama di bidang militer saja tetapi ada sesuatu yang lebih dari itu.     

Kalau Lila melakukan analisa dari perkataan yang keluar dari mulut Amar, Lila merasa kalau Amar tampak tidak menyukainya. Gestur tubuh Amar terilihat dengan jelas. Lila jadi gelisah. Ia harus menyingkirkan kalung itu dari tangannya. Kalau sampai Pangeran Abbash mengetahuinya Ia menyembunyikan kalung itu maka habislah riwayatnya. Lila akan mengembalikan kalung itu kepada Alena dengan sembunyi - sembunyi.     

Ketika Amar dan Pangeran Abbash bicara kesana kemari, Lila semakin gelisah dan ingin segera menyingkirkan kalung itu dari tangannya. Sehingga Ia kemudian berkata kepada Pangeran Abbash.     

"Yang Mulia, jikalau diizinkan hamba mohon pamit untuk beristirahat di kamar" Kata Llila sambil menatap suaminya.     

"Kau kenapa? Lelah? atau tidak enak badan?" Kata Pangeran Abbash kepada Lila seraya meneliti kondisi istrinya. Lila menggelengkan kepalanya.     

"Tidak Yang Mulia. Hanya saja pembicaraan Anda dengan Jendral Amar kurang nyaman di telinga hamba" Kata Lila disambut dengan tawa pangeran Abbash.     

"Aku lupa kalau kau wanita yang tidak suka dengan strategi perang. Pergilah untuk beristirahat di kamar."      

Lila mencium tangan suaminya lalu menganggukkan kepalanya kepada Amar sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka. Amar melirik dengan sudut matanya ke arah Lila. Ia sedang berencana bagaimana bisa mengambil kalung itu dari tangan Lila. Ia harus menemui Bastnah untuk bertanya tentang kalung itu. Siapa tahu Basntah mengetahuinya.     

***     

Lila segera masuk ke dalam kamarnya dan Ia lalu menuju ke kotak perhiasannya. Ia menyembunyikan kalung Alena bersama seluruh perhiasannya. Pangeran Abbash banyak memberikan perhiasan dan semuanya di simpan dalam ruangan yang terjaga. Hanya dia dan orang kepercayaannya yang dapat masuk kedalam ruangan itu mengingat isinya adalah banyak perhiasan mahal dari seluruh dunia.     

Lila menggunakan telapak tangannya untuk membuka ruangan itu. Ia segera masuk kedalamnya dan mengambil kalung Alena yang Ia sembunyikan di sudut rahasia. Ia menekan permukaan bawah rak perhiasan dan kemudian dari sudut yang tidak telihat, sebuah laci terbuka dan di dalamnyalah Lila menyimpan perhiasan itu. Lila lalu mengambil kalung itu dari dalam laci dan menyimpannya di telapak tangannya.     

"Alena.. kalungmu ada ditanganku. Ketika orang itu memintaku untuk mengambil kalungmu sebenarnya Aku sedikit pesimis dengan rencana ini. Yang Mulia Pangeran Nizam selalu dapat memecahkan semua permasalahan yang terjadi padamu. Dan Aku tahu kalau rencanaku sudah gagal ketika Perdana Mentri Salman menelponku kemarin. Dia meminta Aku segera menyingkirkan kalungmu dari tanganku karena Amar akan pergi ke Zamron untuk mencari tahu keberadaan kalung ini" Lila menghela nafasnya yang terasa berat.     

"Alena Aku meminta maaf karena sudah melakukan tindakan bodoh. Aku menyayangimu Alena tetapi Aku lebih takut kalau suamiku akan pergi meninggalkanku seperti Edward yang pergi meninggalkan Aku. Aku tidak bermaksud jahat, Aku hanya ingin mempertahankan milikku.     

Aku tadinya akan mengembalikan kalung ini kepadamu tetapi situasinya menjadi mendesak. Aku tidak ingin sampai Pangeran Abbash mengetahuinya. Maka dengan terpaksa Aku akan memberikan kalung ini kepada Perdana Menteri Salman dan Aku tidak peduli dia akan melakukan apa terhadap kalung ini yang penting kalung ini tidak ada padaku" kata Lila sambil  memasukan kalung itu kedalam kantong plastik yang sudah Ia persiapkan. Ia lalu memasukannya ke dalam dadanya. Ia harus segera menelpon Perdana Menteri Salman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.