CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Sangat Membenci Alena



Kau Sangat Membenci Alena

"Aku akan menyimpan kalung ini sendiri" Kata Lila sambil memegang kalung itu dengan erat. Ia melihat Maya yang di tarik lalu di panggul keluar dari istana Nizam dengan sangat cepat. Lila tidak terlalu mengenal Maya jadi Ia merasa biasa saja saat Maya dipukul. Lagipula Lila telah melihat banyak kekerasan dalam hidupnya dan Ia sudah merasa terbiasa. Hidup di dalam kerajaan terasa begitu keras baginya.     

"Tapi Yang Mulia. terlalu berbahaya jika Yang Mulia menyimpan kalung itu" Kata Perdana Menteri Salman. Matanya berbinar melihat kalung itu. Ia tahu kalau Ratu Sabrina sangat menginginkan kalung itu. Dan Ia merasa sangat sedih ketika ibu mertuanya tidak memberikan kalung itu ke dirinya tetapi langsung memberikan ke Nizam. Padahal seharusnya kalung itu diberikan kepadanya dulu lalu oleh dia diberikan kepada Nizam.     

Obsesi Perdana Mentri Salman terhadap kalung itu tidak pernah ada yang mengetahuinya. Ia sangat ingin memiliki kalung itu dan memberikan kepada Ratu Sabrina sebagai tanda cintanya kepada dia. Ia sudah sangat berbahagia ketika Lila termakan kata - katanya dan akan mengambilkan kalung itu. Tetapi harapannya memudar ketika  Lila menggelengkan kepalanya,     

"Akan lebih berbahaya jika kalungi itu jatuh ke tangan orang yang salah. Aku hanya ingin Alena menjauh dari suamiku bukan ingin mencelakainya" Kata Lila dengan dingin.     

Betapa marahnya Perdana Menteri Salman mendengar kata - kata Lila yang sangat menghinakan dirinya. Tetapi  Perdana Menteri Salman tidak berani berkata apa - apa. Tidak akan baik jika sampai Ia  memaksakan kehendaknya kepada Lila. Karena kalau sampai Lila marah maka semua rencananya akan gagal. Biarkan kalung itu di tangan Lila, Toh menyingkirkan Alena dari istana ini lebih penting dari apapun. Kalung itu bisa jadi urusan nanti. Perdana Mentri Salman tersenyum kepada Lila tetapi Lila malah melengos sambil memasukan kalung itu ke dalam clutch-nya     

Wanita dihadapannya ini sungguh sangat anggun, berwibawa dan penuh karisma. Ia tampak sangat pintar dan tidak mudah dibohongi. Dan Perdana Mentri Salman merasakan aura permusuhan dari mata Lila. Diam - diam Ia sedikit khawatir kalau Lila akan membocorkan semua konspirasi ini. Tetapi kemudian Ia menenangkan hatinya kalau Lila tidak akan melakukan hal bodoh yang akan membuat suaminya membenci dia.     

Sebelum Ia mengajak Lila bekerja sama, Perdana Mentri Salman sudah mempelajari kehidupan Lila sepenuhnya termasuk kehidupannya bersama Edward. Ia tahu bagaimana Edward mati karena mengorbankan hidupnya untuk kebahagian Lila. Dan Ia juga tahu kalau Pangeran Abbash diam - diam menyukai Alena juga. Jadi ketika Ia dengan sengaja memancing emosi dia dengan menganalogikan kasus Edward dan pangeran Abbash ternyata itu sangat mengena.     

Analisa Perdana Mentri Salman tidak penah gagal dan Ia memang sangat licik. Ia mempermainkan perasaan seorang wanita yang begitu mencintai suaminya dan dicintai suaminya terlepas dari kekurangan mereka masing - masing. Perdana Mentri Salman tidak hendak mendebat apapun lagi. Umpan yang sudah ada dalam mulut ikan tidak boleh disia - siakan.     

Ia harus mengulurkan kail itu sedikit demi sedikit sampai semua ikan itu terperangkap sepenuhnya. Sehingga kemudian Perdana Menteri Salman menganggukkan kepalanya lalu Ia hendak pergi ketika Lila berkata,     

"Kau tampak sangat tidak menyukai Alena" Kata Lila dengan suara yang teramat tajam. Langkah Perdana Menteri Salman terhenti mendadak. Ia lalu memutar badannya kembali menghadap ke arah Lila. Ia membungkukkan badannya dengan hormat.     

"Bagaimana mungkin hamba yang hina ini berani membenci istri Yang Mulia Pangeran Nizam terlebih istri yang sangat dicintainya" Kata Perdana Menteri Salman mengucapkan kata yang sarkasme kepada Lila. Lila tetap berwajah dingin.     

"Kau ingin menyingkirkan Alena dari istana ini agar anakmu bisa menggantikannya."     

"Hamba tidak pernah berpikir seperti itu? Hamba hanya ingin menyelamatkan kerajaan Azura dan dinasti dari Al-Walid."     

Lila semakin menatap dengan sinis, "Kau sungguh sangat munafik!"     

"Hamba memang orang rendah yang munafik" kata Perdana menteri Salman sambil tetap membungkukkan badannya. Lila terdiam mendengar perkataan orang di depannya ini. Bagaimana bisa Lila mengatakan itu kepada orang lain kalau dirinya sendiri juga termasuk manusia munafik. Tapi Lila segera menarik nafas panjang untuk menguatkan dirinya. Ini bukan sekedar  munafik ini adalah untuk memperjuangkan suaminya sendiri.     

"Terserah apapun katamu. Tetapi perlu Kau ingat, Kalau Aku hanya ingin Alena pulang ke Indonesia dan tinggal bersama Yang Mulia Pangeran Nizam. Aku tidak perduli dengan kerajaan Azura dan dinasti apapun itu. Aku hanya ingin Alena jauh dari suamiku. Jadi jangan melakukan apapun yang menyakitinya" Kata Lila sambil melangkah pergi  meninggalkan Perdana Mentri Salman yang terus menunduk.     

***     

Pangeran Abbash seperti terus rasa dipandangi oleh istrinya. Ia membuka matanya dan bulu matanya yang panjang itu tampak mengerjap indah. "Mengapa kau belum tidur? Kau masih belum puas?" Kata Pangeran Abbash sambil memeluk Lila. Muka Lila langsung memerah. Ia lalu mendekap suaminya itu dengan erat dan berbisik,     

"Apakah kau yang masih belum puas?" Kata Lila dengan nakal. Pangeran Abbash langsung terbangun dengan kaget. "Apakah Aku sedang bermimpi?" Katanya sambil memegang kedua pipi Lila dengan kedua tanganya.     

  "Bermimpi? Mengapa bermimpi?" Lila mengusap punggung Pangeran Abbash yang telanjang. Betapa lembut kulit suaminya ini. Dia seperti pualam yang sangat putih dan licin. Walaupun adab beberapa bekas luka tetapi tidak mengurangi keindahan kulit Pangeran Abbash sedikitpun.     

"Kau biasanya tersipu - sipu malu dan sangat pendiam. Tetapi kau sekarang menggodaku dengan sengaja" Kata Pangeran Abbash sambil menyusupkan mukanya ke dada Lila. Lila menjadi sangat geli, hidung Pangeran Abbash yang mancung itu malah digesek-gesekkan ke dadanya yang empuk.     

"Aku malam ini sedang merasa sangat jatuh cinta kepadamu"     

"Ah.. benar - benar ini adalah mimpi yang sangat indah. Kata cinta sangat jarang terdengar di bibirmu itu. Tapi sekarang kau mengatakannya kepadaku. Ini sangat membahagiakan" Kata Pangeran Abbash sambil bangun dan lalu memeluk Lila dan membaringkannya ke tempat tidur.      

Pangeran Abbash lalu menyatukan tubuhnya dengan tubuh Lila dengan lembut. Suaranya sampai menggetarkan kamar tempat mereka bercinta. Lila mencengkram rambut Pangeran Abbash. Matanya terpejam menikmati setiap gerakan suaminya. Perasaannya mengawang - ngawang hingga langit ke tujuh. Tetapi ketika Lila hendak melepaskan semua asa yang Ia rasakan gerakan Pangeran Abbash terhenti. Lila jadi merasa terganggu seperti Ia sedang berlari kencang tiba - tiba ada yang menariknya untuk berhenti.     

Lila membuka matanya yang terpejam dan Ia mengerutkan keningnya ketika melihat Pangeran Abbash malah tersenyum memandang wajahnya yang sedang dalam keadaan nanggung. Lila tergagap dan berkata,     

"Me.. mengapa Kau terdiam? Ada apa?" Tanya Lila sambil malu - malu.     

"Aku hanya ingin menatap wajahmu yang sangat berhasrat. Kau sangat cantik dan menggairahkan" Kata pangeran Abbash sambil tersenyum. Lila memukul bahu Pangeran Abbash dengan kesal.     

"Kau ini menggodaku ya?" Kata Lila dan Pangeran Abbash tertawa sebelum melanjutkan gerakannya tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.