CINTA SEORANG PANGERAN

Cerdiknya Lila



Cerdiknya Lila

0Lila juga harus mendapatkan foto mereka berdua dengan momen yang sangat tepat. Lalu dengan kecerdasan yang Ia miliki. Lila melirik ke arah Pangeran Abbash sambil tersenyum,     
0

"Yang Mulia, kue pie disamping Putri Alena itu tampak sangat enak." Kata Lila sambil kemudian mengambil handphonenya dan pura - pura mengecek wa yang dia terima sambil berkata,     

"Alena.. Paman berkata kalau di Indonesia sekarang sedang musim buah durian. Aku sangat suka durian.. " Kata Lila sambil menslide layar handphonenya tetapi dia sebenarnya sedang mengambil foto Pangeran Abbash yang sedang mengambil kue Pai yang dimeja dengan dengan Alena.     

Dan keberuntungan juga ada dipihak Lila karena Cynthia juga tampak asyik dengan handphonenya. Hanya Alena yang malah mengambilkan kue pie untuk diberikan kepada Pangeran Abbash. Sungguh terlihat seperti adegan romantis. Foto tanpa blizt membuat siapapun tidak ada yang mencurigainya. Bahkan kalung Alena masih terlihat sangat jelas.     

Lila merasa sangat puas dengan foto - fotonya. Dan Lila juga sering kali sengaja menjauh dari Alena dan Pangeran Abbash yang berbincang bersama Cynthia, tetapi Cynthia lebih sering melihat ke arah handphonenya. Sekarang Lila tinggal mengambil kalungnya. Ini merupakan hal yang paling sulit. Dia harus memutar otaknya dengan cepat. Kesempatan ini tidak akan ada dua kali. Nizam tidak ada disisi Alena bersama Pangeran Thalal dan Ia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik - baiknya.     

"Alena Aku lihat di taman sebelah sana kolam ikan yang sangat indah. Aku ingin melihatnya. Ayo kita kesana" Kata Lila sambil menatap penuh harap.     

"Oh begitukah? Ayo kita kesana. Kolam ikan itu sudah ada sejak zaman buyutnya Nizam. Banyak ikan yang bagus di sana" Kata Alena dengan penuh semangat. Ia segera menggandeng Lila untuk mendekati kolam ikan itu.     

Ketika Pangeran Abbash mau mengikuti mereka. Lila lalu menoleh, "Yang Mulia.. tolong bersama Cynthia saja. Dia sedang menelpon, tidak enak kalau ditinggalkan sendiri. Nanti Yang Mulia boleh menyusul setelah Cynthia selesai menelpon" Kata Lila sambil tersenyum manis.     

Pangeran Abbash menoleh ke arah Cynthia yang tampak sedang menelpon. Rupanya dia sedang mengecek kondisi anak - anak. Ia tampak serius menelpon hingga tidak sadar kalau Lila dan Alena akan ke kolam ikan. Pangeran Abbash sendiri lalu menganggukkan kepalanya.     

"Pergilah.. Aku akan menunggu hingga Cynthia menelpon" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum.      

Alena lalu berjalan bersama Lila. "Pangeran Abbash tampak sangat mencintaimu. Aku sangat senang" Kata Alena sambil melirik ke arah Lila.     

"Kau benar, Aku sangat beruntung dicintai oleh Pangeran Abbash. Semoga cinta kami akan abadi tanpa ada gangguan dari siapapun" Kata Lila dengan wajah tertunduk.     

"Percayalah, Aku melihat betapa cintanya Pangeran Abbash kepadamu. Apa kau tidak melihat pandangan matanya yang selalu menatapmu penuh cinta?"     

"Benarkah? Aku malah melihat dia terkadang masih mengagumimu" Kata Lila sambil tertawa kecil. Dia berkata seolah - olah ini bukanlah persoalan besar padahal hatinya sangat sakit mengingat apa yang dikatakan oleh orang itu di telepon tadi.     

"Mengagumiku? Bagaimana mungkin? Aku merasa kalau Dia itu tergila - gila kepadamu." Kata Alena sambil menghampiri kolam dan duduklah di tepi kolam sambil memandang ikan - ikan yang berenang kesana dan kemari.     

"Lihat Lila ada ikan - ikan yang sangat indah. Aku jadi rindu Surabaya. Aku sangat ingin pulang ke sana. Aku rindu ayah dan ibuku" Kata Alena sambil menundukkan mukanya.      

"Kau beruntung masih ada orang tua. Aku sudah tidak memiliki siapapun kecuali pamanku"     

"Kau tidak usah bersedih, karena sekarang ada Pangeran Abbash yang selalu ada disisimu"     

"Aku harap apa yang kau katakan adalah benar" Kata  Lila sambil matanya terus menatap kalung Alena.     

Kalung berlian itu sangat indah dan berwarna merah. Kalung itu bersusun - susun dan kelihatannyan sangat mewah. Alena mengenakan kerudung berupa pashmina yang hanya menutupi kepalanya. Kalung itu hanya terlihat dari bagian depan. Lila kemudian dengan sengaja menarik pashmina Alena hingga terjatuh ke dalam kolam.     

"Aah... " Alena terpekik sambil berusaha mengambil pashminanya. Lila segera merangkul Alena dan berkata, "Hati - hati !" Katanya sambil kemudian menyelipkan tangannya ke arah leher Alena lalu dengan cepat menarik kalung itu dari depan. Sungguh perhatian Alena tertumpah kepada Pashminanya yang sudah mulai hendak tenggelam. Ia juga tidak menyadari tangan Alena yang menarik kalungnya  karena Lila memang sedang berusaha menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke dalam kolam. Lila yang dengan cepat menyimpan kalung itu ke dalam dadanya.      

Alena berhasil mengambil pashminanya dan Lila menarik tangan Alena yang posisi badannya condong ke air.     

"Terima kasih Lila" Kata Alena sambil memegang pashminanya yang sudah basah. "Tidak apa - apa, Alena" Kata Lila sambil kemudian menarik pashminanya sendiri lalu diberikan kepada Alena.      

"Jangan Lila, Ini pashminamu" Kata Alena mencoba menolaknya.     

"Tidak, jangan menolak. Disini hanya ada suamiku, lebih baik kau yang menutupi rambutmu menggunakan pashminaku." Kata Lila sambil memakaikan pashminanya dan melilitkan ujungnya ke leher Alena. Leher Alena seketika tertutupi dan kalung itu tidak akan ketahuan hilang.     

Tidak lama kemudian Cynthia dan Pangeran Abbash datang. Ia melihat Lila memegang pashmina yang basah.     

"Mengapa pashminamu?" Tanya Pangeran Abbash sambil mengerutkan keningnya. Sebelum Lila menjawab, Alena sudah berkata.     

"Pashminaku jatuh ke kolam tanpa sengaja, Lila memberikan pashminanya kepadaku karena di sini hanya ada kau laki - lakinya sehingga lebih baik Aku yang mengenakan pashmina dibandingkan dirinya" Kata Alena.     

Pangeran Abbash langsung merangkul bahu Lila dan mengelus rambutnya dengan lembut. "Aku bangga kepadamu. Kau sungguh calon ratu yang bijaksana" kata Pangeran Abbash dengan bangga.     

"Benar.. Lila sangat baik hati dan cepat tanggap" Kata Alena membenarkan.     

"Kalian terlalu berlebih - lebihan." Kata Lila sambil kemudian berkata,     

"Aku permisi dulu sebentar, hendak memberikan pashmina ini ke pelayan" Kata Lila.     

"Biarkan Aku saja" Kata Cynthia menawarkan diri. Tetapi Lila menolak, "Tidak! biarkan Aku yang memberikannya sekalian sambil melihat - melihat taman bagian samping" Kata Lila sambil segera pergi.     

Ia lalu mengangkat teleponnya sambil melangkah sedikit tergesa.     

"Aku akan menyuruh penjaga untuk mengambil kalung itu"     

"Pelayan yang mana? Aku tidak kenal siapapun yang ada diistana ini" Kata Lila     

"Jika Ia mengangkan dua jarinya maka Ia adalah orang suruhanku. Sekarang kau teruslah berjalan ke taman samping kanan dan kau akan bertemu penjaga" Kata orang itu. Lila segera memahami perintah orang itu dan mulai berjalan sesuai perintah orang itu.     

Tetapi sialnya ketika Ia hendak memberikan kalungi itu ke penjaga, Maya yang sedang mencari Alena memergokinya. Dan Ia belum berkata apa - apa, Maya sudah dipukul oleh seseorang dari belakang. Lila mengenal orang itu sebagai Perdana Menteri Salman.      

Lila sangat kaget karena Dia tahu bagaimana jahatnya Perdana Menteri Salman sehingga Ia kemudian memutuskan untuk menyimpan kalung itu sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.