CINTA SEORANG PANGERAN

Ikan yang Memakan Umpan



Ikan yang Memakan Umpan

0"Aku sangat jelas melihat bagaimana suamimu itu lebih memilih Putri Alena dibandingkan dirimu. Kalau kau tidak ingin kehilangan suami untuk yang kedua kalinya maka  kau harus bertindak" Kata suara di telepon itu. Lila tampak tertegun memikirkan perkataan orang ini.      

Dan anehnya walaupun Lila tidak sedang mengadakan Video call dengan orang itu tetapi orang itu seperti mengetahui gerak - geriknya.     

"Ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk bertindak. Kau harus menyingkirkan Putri Alena dari sisi suamimu."     

"Tidak! Aku tidak ingin melakukan apapun. Aku menyayangi Putri Alena. Aku juga mempercayainya" Kata Lila dengan perlahan.     

"Aku percaya dengan apa yang kau katakan. Aku tidak menuduh Putri Alena akan melakukan kecurangan kepadamu. Kau juga tahu kalau Putri Alena sangat mencintai Pangeran Nizam dan Yang Mulia tidak akan pernah mengkhianati cintanya.      

Tapi yang kubicarakan adalah tentang suamimu. Suamimu sangat jelas terlihat masih sangat mencintai Putri Alena dan jika tidak dicegah maka Ia kemungkinan akan bernasib sama dengan Edward. Ia akan tewas ditangan musuh Pangeran Nizam dan Putri Alena. Jatuhnya pelepah pohon palem membuktikan bahwa suamimu selalu akan melindungi Putri Alena dan Ia akan mengorbankan apapun untuk keselamatannya"     

Sampai disini Lila sudah kehilangan kepercayaannya. Kehilangan akal sehat dan pikirannya jadi lebih buruk daripada tadi. Apa yang dikatakan oleh orang itu sangat sesuai dengan yang dipikirkannya. Ia seperti menelanjangi pikiran yang selalu disembunyikan Lila. Cara orang itu menganalisa sangat sesuai dengan hasil analisa dia sendiri.      

"Aku juga sangat mempercayai suamiku sendiri. Dia sangat mencintaiku" Kata Lila dengan suara yang mulai lemah. Semangat menyangkalnya sudah hilang dan Ia mulai berada di dalam kegamangan.     

"Aku mengerti, tapi sebaiknya Kau harus tetap waspada. Jangan menutup mata sebelum kemudian terlambat karena yang mati tidak bisa hidup kembali"     

Lila merasakan udara di sekitarnya menjadi sangat dingin. Begitu dingin hingga hampir membuat dirinya menggigil dengan mata yang muram. Bayangan tubuh suaminya yang berlumuran darah seakan memenuhi kepalanya. Lila memegang kepalanya dan berjongkok, handphonenya jatuh ke lantai. Lila sesaat seperti gila karena ketakutannya sendiri.      

Bayangan Edward yang berlumuran darah berganti dengan bayangan Pangeran Abbash yang berlumuran darah. Ini sangat mengerikan, Lila menoleh ke arah Pangeran Abbash, Alena dan Cynthia yang sedang berbincang sambil tertawa gembira.      

Dengan gemetar Lila mengambil handphone-nya lalu Ia melihat ke arah layarnya yang sudah mati. Lila lalu memeriksa Handphone-nya, ternyata tidak rusak. Lila lalu menyalakannya dan menelepon balik orang yang meneleponnya tadi. Dengan nada gemetar Lila bertanya,     

"Apa yang harus kulakukan, agar suamiku hanya mencintaiku? dan melupakan Putri Alena. Tetapi Aku tidak ingin menyakiti keduanya. Aku hanya suamiku hanya milikku seorang"     

"Aku jamin, Putri Alena akan baik - baik saja, tetapi Ia hanya akan terusir dari istana dan kembali ke negara kalian jika rencana ini berhasil" Kata orang itu. Lila tidak tahu bagaimana lebarnya senyum orang itu ketika umpan yang Ia tebar mulai dimakan oleh ikan yang dia incar.     

"Pulang ke Indonesia? Maksudmu dia akan di usir dari istana atau bagaimana?" Kata Lila tampak mengerutkan keningnya.     

"Iya.. kita akan memfitnah dia berselingkuh dengan suaminya sehingga Ia akan diusir keluar dari istana dan kerajaan Azura" Kata orang itu dengan hati - hati. Ini adalah pertarungan antara seorang pemancing dengan ikan yang sudah memakan umpan tetapi belum bisa ditarik karena masih si pemancing masih menunggu saat yang tepat untuk menarik alat pancingnya.     

"Bagaimana dengan Yang Mulia Pangeran Nizam? Aku tidak ingin mereka berpisah. Kalau mereka sampai berpisah maka suamiku pasti akan melindungi Alena" kata Lila sambil menggelengkan kepalanya. Ia bicara dengan perlahan dan memang Ia berdiri agak jauh. Ia melihat Pangeran Abbash sesekali melihat ke arahnya. Lila tahu suaminya kelihatan heran mengapa Lila sangat lama meneleponnya. Tetapi Lila selalu tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya untuk memberikan isyarat kalau Ia baik - baik saja.     

"Tidak.. pasti mereka tidak akan berpisah. Kau pasti tahu bagaimana cintai Yang Mulia Pangeran Nizam kepada Putri Alena. Yang Mulia pasti akan mengikuti Putri Alena ke Indonesia. Jadi tidak usah khawatir tentang itu"     

"Kalau begitu apakah Pangeran Nizam tidak akan menjadi raja?"     

"Pangeran Nizam masih akan menjadi raja, Tetapi Ia akan didampingi oleh Putri yang lain sebagai ratunya. Pangeran Nizam pasti akan mengunjungi Putri Alena secara rutin. Menurutku itu lebih baik. Kedudukan Putri Alena sangat berbahaya di dalam harem. Setiap saat, nyawanya terancam jadi dengan tinggal di Indonsia, Aku pikir Putri Alena akan lebih aman"     

Lila tampak berpikir keras menganalisa semua perkataan dari orang itu  hingga kemudian setelah Ia menimbang - nimbang ajakan kerjasama ini, akhirnya Lila memutuskan untuk menerima kerja sama ini. Lagipula ini tidak akan melukai Alena.     

"Baiklah, sekarang apa yang harus kulakukan?" Lila bertanya lagi.     

"Kau hanya harus mengambil kalung yang dipakai putri Alena dan mengambil beberapa foto antara Pangeran Abbash dan Putri Alena" Kata orang itu.     

"Foto mereka? Kau ingin memfitnah mereka? " Lila mengerutkan keningnya lagi. Tapi Ia masih penasaran dengan rencana orang itu.     

"Ya... merekakan tidak benar - benar berselingkuh jadi kita akan menseting mereka agar terlihat berselingkuh. Kalung yang dicuri nanti akan menjadi bukti perselingkuhan mereka" Kata orang itu kepada Lila.     

"Kau pikir suamiku akan diam difitnah seperti ini?" Kata Lila     

"Dia tidak akan bertindak sembarangan dengan melakukan pembelaan. Mengapa? Karena jika dia melakukan pembelaan, masyarakat akan semakin menyudutkan Putri Alena. Jadi kau tidak usah banyak memikirkan yang lainnya. Kau cukup memoto mereka dan mengambil kalungnya.     

Lila lalu menyetujuinya dan Ia segera berjalan kembali ke arah suaminya. Pangeran Abbash langsung menyambutnya dan memeluk pinggangnya.     

"Yang Mulia.. jangan seperti ini" Kata Lila sambil tersipu - sipu.      

"Mengapa? Kau ini istriku, dunia juga tahu" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum. Alena dan Cynthia jadi saling pandang dan merona merah. Pria tampan itu ternyata sangat romantis.     

"Tapi Aku malu.." Kata Lila lagi sambil berusaha melepaskan diri dari Pangeran Abbash. Pangeran Abbash lalu tertawa sambil melepaskan pelukannya. Ia tahu benar kalau istrinya memang pemalu dan sediki tertutup. Inilah yang membedakan dia dengan Alena walaupun wajah mereka mirip.     

"Kau menelpon siapa? Mengapa sangat lama?" Tanya Pangeran Abbash kepada Lila.     

"Tadi pamanku dari Indonsia. Dia menanyakan kapan Aku akan menengok Tanteku yang sakit di Indonesia." Lila berkata dengan mengatakan kebohongan     

"Oh.. kau ingin pulang ke Indonesia? Aku akan mengantarmu" Kata Pangeran Abbash.     

"Terima kasih, Yang mulia sangat baik" Kata Lila sambil melihat ke arah kalung Alnea yang tampak bersinar. Ia melihat bagaimana bentuk kalung itu dan bagaimana caranya mengambil kalung itu dari leher Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.