CINTA SEORANG PANGERAN

Gerakan Refleks



Gerakan Refleks

1Lila menatap Pangeran Abbash yang sedang terlelap di dalam pelukannya. Mereka baru saja memadu cinta dengan lembut. Malam ini Pangeran Abbash sangat memuaskan dirinya. Pangeran Itu benar - benar sangat pandai bercinta. Lila merasakan cinta yang amat dalam kepada Pangeran itu melebihi rasa cintanya kepada Edward.     
0

Lila membelai pipi lembut suaminya dan mengusap alis lebatnya. Bibir yang merah itu masih basah karena menjelajahi setiap inci tubuhya tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Pangeran Abbash bahkan selalu membuatnya mengawang - ngawang. Pangeran Abbash selalu tidak puas kalau belum membuat Ia memekik menahan nikmat yang Pangeran Abbash berikan. Lila sangat tidak ingin kehilangan Pangeran Abbash.     

Lila berusaha membunuh semua perasaan cemburu ketika Pangeran Abbash masih sering memberikan perhatian kepada Alena. Bahkan diam - diam Lila pernah memergoki Pangeran Abbash melakukan perjalanan kebatinan hanya untuk menemui dan menolong Alena di kerajaan Azura.     

Lila tidak ingin mencurigai hubungan mereka. Lila sangat ingin yakin kalau Pangeran Abbash tidak seperti Edward yang diam - diam masih menyimpan perasaan cintanya kepada Alena. Ia tidak ingin jadi orang bodoh lagi yang diduakan oleh suaminya sendiri dengan perempuan lain.     

Lila menarik nafas panjang, dibelainya dada Pangeran Abbash dengan lembut lalu diciumnya kening suaminya. Lila  tahu kalau yang dilakukannya tidak benar tetapi Ia sendiri merasa bahwa Ia seorang wanita dan berhak mempertahankan suaminya di sampingnya selamanya.     

Ketika Ia menjadi istri Edward, Ia pura - pura tidak perduli dengan cinta suaminya kepada Alena hingga kemudian Edward mengorbankan nyawanya sendiri untuk melindungi Nizam hanya agar Alena tidak bersedih. Tidak ada hal yang paling menyakitkan ketika melihat suaminya mati  mengorbankan nyawanya sendiri untuk wanita lain.     

Dan Ia melihat Pangeran Abbash juga ternyata masih sangat peduli dengan Alena. Dari cara memandang Alena dari belakang, mata yang berbinar - binar. Senyum yang tersipu - sipu dan pipi yang merona. Lila tidak dapat membohongi dirinya sendiri kalau Ia merasakan suaminya masih mencintai Putri Alena.     

Lila masih ingat ketika Ia diajak pergi oleh Pangeran Abbash untuk mengunjungi adiknya di dalam istana Azura. Lila sebenarnya ingin menolak untuk pergi tetapi kemudian Pangeran Abbash merayunya kalau Ia hanya ingin melihat Lila senang bertemu dengan teman senegaranya yaitu Alena dan Lila kemudian menyetujuinya.     

Lila ingin sekali memantapkan hatinya dan berharap kalau apa yang Ia duga salah. Pangeran Abbash hanya mencintainya dan akan hidup hanya untuknya. Tetapi ternyata dugaan Lila salah, pandangan suaminya tetap terlihat sangat mengagumi dan menyayangi Alena. Lila memejamkan matanya mengingat ketika mereka sedang berada di istana Azura.     

Mereka sedang berjalan menuju taman untuk menikmati kudapan sore sambil melihat bunga tulip yang bermekaran dengan menggunakan teknologi tinggi. Waktu itu mereka hanya berempat karena Nizam dan Pangeran Thalal sedang pergi menengok ayah mereka.     

Lila dan Alena berjalan di depan sambil berbincang tentang negara mereka. Bahkan mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia sedangkan Pangeran Abbash dan Cynthia mengikuti dari belakang.      

Baik Pangeran Abbash maupun Cynthia tidak ingin mengganggu mereka yang sedang melepaskan kerinduan kepada negara mereka jadi Pangeran Abbash hanya berbicara dengan Cynthia dengan topik pembicaraan tidak jauh dari seputar kemajuan negara masing - masing.     

Diluar dugaan ketika mereka sedan berjalan menuju taman, Ada sebuah pelepah pohon palem yang besar terjatuh dari atas pohon. Mungkin pelepah pohon yang sudah kering itu jatuh karena hembusan angin yang lumayan kencang bertiup. Dari belakang Pangeran Abbash melihat dengan jelas bagaimana pelepah pohon pisang itu melayang dan hampir menimpa mereka.     

Pangeran Abbash bergerak sangat refleks dan menarik Alena ke belakang lalu memeluknya dan melindungi kepala Alena dengan Tangan kanannya. "Alena hati - hati" Katanya tanpa sadar. Alena terkejut dan gemetar karena takut. Sedangkan Lila hanya berdiri terpaku di tempatnya berdiri. Untungnya pelepah jatuh itu hanya mengenai tangannya tapi pemandangan di depannya bagaikan sebuah pisau yang menghujamnya ribuan kali.     

Pangeran Abbash segera menyadari kesalahannya. Kejadian ini sungguh diluar kendalinya. Ketika Ia melihat pelepah pohon palem itu akan jatuh dan menimpa Alena dan Lila, alam bawah sadarnya menggerakan Ia untuk menyelamatkan Alena.     

Pangeran Abbash sendiri menyadari kalau gerakan itu hanyalah gerakan refleks dari alam bawah sadarnya. Dan Ia  baru sadar ketika Ia menyadri kesalahannya dan Ia lalu melepaskan Alena dan menyerahkannya kepada Cynthia. Ia segera memburu Lila dan memeluknya dengan erat. Lila hanya berdiri tegak dengan kaku di dalam pelukan suaminya.     

Mengapa ini sangat menyakitkan, mengapa suaminya tidak jauh beda dengan Edward. Ternyata cintai suaminya hanya fatamorgana. Tetapi walaupun sangat sakit, Lila bukanlah tipe wanita yang meledak - ledak dan sering lepas kendali. Jadi Ia hanya tersenyum ketika Pangeran Abbash berkata,     

"Maafkan Aku Lila, Aku sungguh melihat kalau kepala Putri Alena akan tertimpa pelepah itu sedangkan Posisimu masih terlihat aman jadi Aku harus bertindak proporsional. Aku sama sekali tidak menganggap kalau kau orang kedua yang harus diselamatkan. Tentunya kau tidak berpikir hal yang akan melukai dirimu sendiri bukan?" Kata Pangeran Abbash sambil mengelus punggung istrinya dengan sangat lembut. Pangeran Abbash sangat menyesal  kalau sampai Ia melukai Lila. Ia bersumpah dalam hatinya kalau Ia tidak bermaksud melukai Lila.     

"Tidak apa - apa Yang Mulia, Yang Mulia tidak usah khawatir, Hamba bukan lah orang yang terlalu pencemburu apalagi Hamba tahu kalau Yang Mulia tidak mungkin masih menyimpan perasaan kepada Putri Alena" Kata Lila dengan pandangan yang menyejukkan.     

"Aku sangat bahagia mendengarnya. Sungguh Aku sangat tulus kepadamu" Kata Pangeran Abbash sambil menuntun Lila dan mengajaknya untuk melanjutkan perjalanan.     

Alena yang masih kaget kemudian di senggol Cynthia, "Sana kau minta maaf kepada Lila" Kata Cynthia kepada Alena dan Alena segera menghampiri Lila dan meminta maaf. Lila hanya menggelengkan kepalanya sambil berkata tidak apa - apa.     

Mereka lalu berjalan lagi dan mereka tidak menyadari bahwa ada pelayan yang memperhatikan gerak - gerik mereka. pelayan itu adalah para pelayan pengiring mereka dan tidak menaruh kecurigaan apapun ketika si pelayan itu malah memberikan laporan kepada Perdana Menteri Salman.     

Tidak lama Perdana Mentri Salman langsung mengetahui nomor telepon Lila dan mulai menelponnya. Lila sengaja sedikit menyingkir ketika Ia menerima telepon itu.     

"Ini siapa?" Bisik Lila kepada orang yang diteleponnya.     

"Aku adalah orang yang ingin menawarkan bantuan"     

"Bantuan? bantuan apa? Aku baik - baik saja" Kata Lila dengan ketus.     

" Kau tidak akan baik - baik saja setelah melihat suamimu lebih memilih menyelamatkan wanita lain dan bukan menyelamatkan istri sendiri."     

"Apa maksudmu? Jangan bicara omong kosong di sini"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.