CINTA SEORANG PANGERAN

Tidak Ada Yang Menduga



Tidak Ada Yang Menduga

0Setelah Alena menghilang dibalik pintu dengan diiringi para pelayan maka Nizam segera memalingkan wajahnya ke arah Maya.     
0

"Mengapa istriku tidak boleh tahu kebenarannya" Kata Nizam sambil menatap Maya. Maya menganggukan kepalanya sambil mengagumi kecerdasan Nizam. Majikannya benar - benar luar biasa brilian.     

"Katakanlah Maya. Kau jangan membuat Aku menunggu terlalu lama. Aku sungguh tidak sabar " Kata Nizam sedikit gusar karena melihat Maya malah tertegun.     

"Karena ini menyangkut Perdana Menteri Salman" Kata Maya tetapi perkataan Maya malah membuat Nizam mengerutkan keningnya.     

"Kalau hanya  menyangkut Perdana Menteri Salman, tentu Alena tidak apa - apa untuk mengetahuinya. Bukankah semua dari kita sudah tahu betapa jahatnya pria itu" Kata Nizam tampak tidak puas. Bukan berita itu yang akan disampaikan Maya.      

Tentu saja bukan itu. Ia sendiri tidak dapat melihat wajah Perdana Menteri Salman tetapi suara yang didengarnya di belakang yang menyuruh Ia untuk tidak dibunuh adalah Perdana Menteri Salman.     

"Benar Yang Mulia, ini bukan hanya tentang perdana menteri Salman tetapi ini tentang Putri Lila. istrinya Pangaren Abbash." Kata Maya dengan suara perlahan seakan takut ada yang akan mendengarnya.     

Muka Nizam menjadi beku mendengar perkataan Maya. Lila ?? LILA? Bekas istrinya Edward. Yang sudah Alena anggap sebagai saudarinya sendiri. Teman satu negaranya. Tapi apa mungkin? Ini sungguh di luar dugaan. Kepala Nizam mendadak terasa pusing. Andaikan yang berbicara bukan Maya maka Ia tentu tidak akan mempercayainya.     

"Apa kau sadar dengan yang sedang kau ucapkan?" Kata Nizam dengan tatapan mata tidak percaya. Ia jadi seperti seekor kambing bodoh yang tersesat diantara sekumpulan srigala lapar. Bagaiman bisa musuh di depan mata tidak bisa Ia kenali. Mengapa Ia masih tidak bisa memahami hati perempuan yang terluka. Nizam meremas rambutnya sendiri.     

Ia tidak dapat membayangkan bagaimana sedihnya hati Alena kalau Ia tahu bahwa yang ada dibalik kalungnya yang hilang itu adalah Lila. Bagaimana bisa? Ya Tuhan...Nizam mengusap wajahnya.     

"Apakah Kau yakin? Maya.. tolong katakan kalau ini tidak benar. Aku sungguh tidak mempercayainya" Kata Nizam menjadi sangat bingung.     

"Hamba sendiri jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, tidak akan mempercayainya. Waktu itu hamba melihat dengan jelas bagaimana dia memegang kalung itu dan hendak menyerahkannya kepada seorang penjaga. Tetapi Hamba memergokinya. Hamba tahu betul perhiasan itu karena semenjak Hamba menjadi asisten Yang Mulia Putri Alena, Hamba diserahi tanggung jawab mengurus semua keperluan Yang Mulia termasuk menyimpan dan merawat semua perhiasan Yang Mulia." Kata Maya dengan penuh kepastian.     

"Tapi mengapa? Ada apa?" Kata Nizam masih tidak ingin mempercayai perkataan Maya sehingga Ia tidak ingin berpikir dan menganalisa mengapa Lila tega melakukan itu setelah semua yang sudah Alena lakukan kepadanya.     

Alena memberikan Lila kehidupan setelah Ia koma, Alena merayu dirinya agar menjodohkan dia dengan Pangeran Abbash. Alena menganggapnya teman dengan niat akan menjodohkan anak - anak mereka. Wanita cantik dengan sikap yang sangat lembut. Apa ini mungkin?     

Maya sendiri tidak tahu banyak tentang Lila karena memang Ia tidak terlalu mengenalnya. Lagipula Ia tidak tahu apapun tentang itu. Ia hanya tahu kalau Lila membawa Kalung Alena dan akan memberikannya kepada seorang penjaga.     

"Ampuni Hamba Yang Mulia, tetapi hamba sungguh tidak tahu apapun tentang mengapa Putri Lila mengambil kalung itu. Hamba hanya bisa menduganya kalau Putri Lila bekerja sama dengan Perdana mentri Salman. Itupun hamba baru mendengarnya suaranya saja dari belakang. Hamba sendiri tidak bisa meyakini kebenarannya walaupun hamba yakin bahwa itu suaranya" Kata Maya     

"Jangan sampai Alena tahu dulu sebelum Aku mengetahui kebenarannya" Kata Nizam kepada Maya. Maya menganggukan kepalanya menyetujuinya.     

"Yang Mulia.. ini sangat berbahaya jika sampai kalung di tangan Putri Lila terungkap ke publik maka semua kebohongan Arani akan menjadi bumerang bagi kita" Kata Amar. Nizam segera menyetujui perkataan Amar.     

"Kau benar, apalagi kalau sampai publik tahu kalau kalung itu ternyata benar ada diistana Pangeran Abbash maka masyarakat akan langsung mengira bahwa istriku benar - benar memberikan kalung itu kepada Pangeran Abbash sebagai bukti cintanya.     

"Wanita itu sungguh mengerikan. Padahal wajahnya begitu lembut dan senyumnya manis sekali. Ia juga sangat anggun dan agung. Mengapa dia sampai tega seperti itu. Dia hendak memfitnah suaminya sendiri dengan temannya." Kata Amar sambil menggelengkan kepalanya.     

Tetapi Nizam tidak memperhatikan perkataan Amar. Ia malah tampak berpikir keras bagaimana cara dia mengambil kembali kalung ditangan Lila secepatnya sebelum wanita licik itu mengungkapnya ke publik.     

"Bastnah..." Nizam menggumankan nama itu dari mulutnya dan itu membuat Amar dan Maya terlonjak kaget sekaligus bahagia.     

Mengapa nama itu tidak terpikirkan oleh mereka. Bukankah Bastnah mengikuti Lila pulang ke kerajaan Zamron sebagai asistennya.     

"Benar sekali Yang Mulia, Bastnah bisa kita gunakan untuk memata - matai Lila. Dan lebih baik kalau seandainya dia mengambil kembali kalung itu" Kata Amar dengan mata berbinar.     

"Tetapi, Bastnah masih baru disana. Apa mungkin dia bisa melakukan tugas seberat ini" Kata Maya sambil memeras otaknya. Ia ingin ikut membantu Alena untuk membersihkan nama Alena dari fitnah keji sahabatnya.     

"Aku menjadikan dia asisten Alena karena aku tahu sekali dengan kemampuannya. Tetapi yang aku khawatirkan adalah kemampuan dari Lila sendiri. Sampai saat ini Aku masih belum bisa memahami dia sepenuhnya. Dia bagiku sangat misterius dan sangat pintar. Dia jauh lebih pintar dari yang kuperkirakan" Kata Nizam.     

"Tapi tidak ada salahnya kita mencoba kepintaran Bastnah juga. Kau segera hubungi Bastnah diam - diam dan jangan menggunakan handphone untuk menghubunginya karena di handphone akan ada jejak yang bisa dilacak. Kau temui dia langsung" kata Nizam lagi kepada Amar.     

"Ya.. kebetulan sekali, Hamba sedang merintis kerja sama latihan perang bersama dengan jendral dari kerajaan Zamron. Hamba bisa kesana sambil menemui Bastnah"     

"Bagus, kau bisa mengatakan kalau istriku menitipkan hadiah kepada Bastnah dan harus dia yang menerimanya langsung" Kata Nizam sedikit lega.     

"Kapan Hamba harus pergi?" Amar bertanya kepada Nizam.      

"Kau pergi malam ini juga. Aku tidak ingin menundanya. Kalung itu harus segera ditemukan dan dibawa kembali ke sini." Kata Nizam.     

"Yang Mulia. Mengapa Yang Mulia tidak bicara langsung dengan Pangeran Abbash?" Kata Maya kepada Nizam. Mengapa harus bersusah payah mengatur strategi kalau Nizam bisa bicara langsung dengan suami dari Lila.     

"Aku tidak yakin dia akan mempercayaiku. Apalagi Aku mengusirnya dari kerajaanku kemarin. Biarkan dia mengetahuinya sendiri kelakuan istrinya seperti apa?" Kata Nizam.     

"Seandainya Pangeran Abbash sudah mengetahui tingkah laku istrinya apakah dia akan langsung menceraikan Putri Lila?" Kata Maya tiba - tiba mengguman.     

"Mengapa kalau dia menceraikan Putri Lila? Kau akan senang rupanya?" Amar tiba - tiba menjadi sewot.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.