CINTA SEORANG PANGERAN

Alena Tidak Boleh Tahu Kebenarannya



Alena Tidak Boleh Tahu Kebenarannya

0Lamunan Maya terputus ketika dia melihat Nizam datang. Ia langsung berdiri dan membungkuk dengan hormat. Aura Nizam selalu membuatnya tidak bisa menatap lama - lama pangeran tersebut. Selain memang tidak sopan, Maya menganggap bahwa Nizam adalah orang yang paling Ia segani di seluruh dunia ini.      
0

Amar malah tidak menyadari kedatangan Nizam, Ia malah sibuk memuji Arani yang sedang memberikan penjelasan tentang kebenaran kalung itu walaupun Ia tahu bahwa Arani sedang berbohong.      

"Bagus Arani! Hajar semuanya... bila perlu kau pukul si Salman keparat itu menggunakan sepatumu.." Kata Amar sambil mencak - mencak. Nizam tidak bersuara hanya memandang Amar yang sibuk sendiri. Maya jadi salah tingkah hingga Ia kemudian menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit hingga Ia merasa cukup dekat dengan Amar. Lalu sambil tetap menghadap Nizam dengan penuh hormat, Ia menginjak kaki Amar hingga Amar menjerit.     

"Akh.. Kenapa..Ka... Eh.. Yang Mulia. Assalamualaikum Yang Mulia" Kata Amar sambil berdiri dengan wajah merah melihat ke arah Nizam yang sedang memperhatikannya sibuk sendiri.     

Nizam berdehem sambil kemudian duduk dengan penuh keanggunan seorang putra mahkota. Maya dan Amar masih berdiri dan tidak berani duduk sebelum dipersilahkan. Nizam masih belum menyuruh mereka duduk karena para pelayan yang sibuk menghidangkan hidangan untuk kudapan di sore hari.     

Minuman hangat beraroma rempah khas kerajaan Azura langsung menyebar ke seluruh ruangan dan menyeruak ke  penciuman mereka. Amar menjadi haus dan ingin menyeruput minuman itu. Apalagi kemudian kue - kue indah yang lezat bertebaran di meja tempat Nizam duduk. Coklat, keju, green tea, susu, yogurt semua ada menjadi toping hidangan itu. Buah - buahan yang sudah terpotong tampak bersusun di piring - piring porselain yang sangat indah.      

Buah - buahan itu kebanyakan buah tropis yang sengaja di datangkan langsung dari Indonesia untuk memenuhi keinginan Alena. Amar menelan air liurnya, Ia baru saja dari apartemennya dan hanya makan roti lapis bersama Maya tadi dan belum sempat makan dengan benar. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Nizam dan melaporkan apa yang terjadi sebenarnya.     

Saking tertariknya Amar terhadap kudapan di meja Nizam, Ia sampai tidak sadar Nizam menatapnya lekat - lekat. Lalu suaranya yang dingin terdengar,     

"Aku tidak ingin makan, makanan yang penuh dengan air liurmu. Jadi duduklah di depanku. Jangan sampai air liurmu menetes." Kata Nizam dengan wajah datar.     

Amar tergagap dan Maya hampir menyemburkan tawanya. Entah Nizam bercanda atau bagaimana tetapi sungguh kalaupun sedang bercanda wajah Nizam begitu datar.     

"Ah.. Yang Mulia ini sungguh membuat Hamba menjadi malu. Ayo duduk Maya. Kita belum kenyang makan saat diapartemenku tadi" Kata Amar sambil duduk tetapi belum sampai pantat Amar di atas kursi, Nizam membentaknya dengan suara yang sangat keras.     

"Berhenti! Jangan duduk!" Kata Nizam dengan wajah merah karena marah.     

Amar segera berdiri lagi dengan muka pucat. Ia bingung mengapa Nizam menjadi sangat marah.     

"Coba, katakan lagi! Tadi apa? Kalian berada di apartemenmu. Apa Maya menginap di apartemenmu? Berani benar kalian melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan" Kata Nizam dengan sangat marah.      

Amar langsung menggoyangkan tangannya menyangkal perkataan Nizam, "Tidak Yang Mulia, bukan seperti itu. Hamba tidak akan berani melakukan itu. Silahkan saja Yang Mulia periksa Maya. Ia masih suci" Kata Amar dengan takut - takut.  Maya langsung mendelik dengan buas ke arah Amar.     

Apa maksud perkataan Amar? Mengapa Ia malah menyuruh Nizam untuk memeriksa dirinya. Kurang ajar sekali. Dan Nizam sama marahnya dengan Maya. Ia langsung mengambil sebuah anggur didalam wadah dan menjentikkan anggur itu ke kening Amar. Amar memekik terkena anggur yang langsung pecah di keningnya.     

Amar tahu itu adalah anggur yang sangat empuk dagingnya tetapi ketika dijentikkan oleh Nizam dengan tenaga dalamnya maka bagi Amar buah anggur itu berubah menjadi sekeras kerikil. Amar hanya bisa meringis dan meruntuki kebodohannya.      

"Bicara yang benar!" Kata Nizam sambil mengambil minumannya dan mulai meminumnya sedikit demi sedikit.     

"Ummm.. begini Yang Mulia.. kalau boleh hamba bercerita... " Amar kemudian bercerita bagaimana Maya hilang karena di pukul lalu diculik oleh orang. Kemudian Amar membebaskan Maya setelah mendapatkan petunjuk dari tempat hiburan malam. Tetapi Amar tidak menjelaskan secara detail karena Ia ingin Maya yang menceritakannya.     

Tubuh Nizam menjadi tegak mendengar perkataan Amar. Cangkir yang sedang Ia pegang. Ia simpan kembali.     

"Duduklah Kalian.." Kata Nizam sambil menyuruh mereka duduk. Tetapi baru saja Maya hendak membuka mulut Ia melihat Alena datang ke arahnya dengan langkah yang sangat anggun.     

Gaun putih dengan hiasan bunga berwarna biru tampak sangat indah di tubuh Alena. Tetapi keanggunan itu langsung hilang ketika Alena berteriak,     

"MAYA ! Kamu kemana saja? Mengapa Kamu menghilang di pesta penyambutan Pangeran Abbash. Aku dan Cynthia mencarimu kemana - mana. Apakah kau pergi mengantarkan Putri Rheina. Putri Rheina juga tidak ada. Ia pulang ke rumah ayahnya.." Alena nyerocos bagaikan kereta api yang kehilangan remnya. Nizam menelan ludahnya. Ia jadi ingin membekap mulut Alena menggunakan tangannya.     

"Maafkan Hamba Yang Mulia. Pada hari itu Hamba mendadak mengetahui kalau saudara hamba sakit sehingga hamba harus pulang. Hamba mohon maaf tidak memberitahukan Yang Mulia karena takut akan merusak suasana hati Yang Mulia" Kata Maya tampak berbohong. Nizam segera mengetahui kalau apa yang akan dikatakan Maya tidak boleh didengar Alena.     

Karena kalau seandainya Alena boleh tahu maka Maya tidak akan berbohong kepada Alena tentang kejadian yang sebenarnya. Bukankah dia adalah asistennya Alena. Nizam yang sangat cerdas segera merangkul Alena yang duduk di sampingnya.     

Wajah dinginnya berubah menjadi sehangat musim semi dan karakternya yang keras berubah menjadi selembut awan yang berarak di langit luas." Sayangku Alena, Kau tengok si kembar di kamar bayi. Kemudian bawa ke kamarku. Aku sudah lama tidak bertemu mereka" Kata Nizam sambil tersenyum.     

"Oh..benar juga. Aku juga sudah kangen dengan mereka. Tunggulah di sini. Aku akan mengambil si kembar" Kata Alena sambil berdiri. Dan Ia baru akan melangkah ketika Ia tersadar akan sesuatu.     

Nizam yang sudah menarik nafas lega karena Alena akan pergi kembali menjadi tegang melihat Alena berhenti dan membalikkan tubuhnya.     

"Maya! Mengapa Kau diam saja. Kau kan asistenku" Ayo ikut denganku" Kata Alena sambil melambaikan tangannya memberikan isyarat agar Maya bisa ikut dengannya.     

"Oh tidak, sayangku! Maya baru saja pulang dari menengok saudaranya yang sakit. Jangan sampai Ia bertemu dengan si kembar. Jadi biarkan dia di sini saja. Dan Kau bawa si kembar langsung ke kamarku" Kata Nizam membuat Alena langsung menganggukan kepalanya. Memang benar apa yang dikatakan suaminya, kalau Maya baru pulang dari saudaranya yang sakit, jangan - jangan Ia membawa virus dan bisa menularkan ke si kembar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.