CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Thalal Sangat Kecewa



Pangeran Thalal Sangat Kecewa

0"Thalal!" Ratu Zenita bergerak hendak meraih anaknya tetapi Pangeran Thalal memundurkan tubuhnya dengan muka hitam. Ia tampak sangat marah  mendengar pengakuan Ibunya. Selama ini Pangeran Thalal menganggap bahwa Ibunya adalah istri ayahnya yang paling baik diantara Ratu yang lainnya yang memiliki anak laki - laki. Kecuali Ratu Iklima karena semua anaknya adalah wanita. Semua Ratu berambisi ingin menjadikan anak laki - lakinya sebagai pengganti Raja. Ratu Sabrina, Ratu Aura dan ibunya sendiri.     
0

Pangeran Thalal mengira kalau ibunya yang paling tidak berambisi mengingat ibunya terlihat sangat baik kepada Kakaknya. Di dalam hatinya Pangeran Thalal merasa lebih beruntung dari Nizam di lihat dari sudut pandang ibu yang melahirkan mereka. Ratu Sabrina terkenal dengan kekejaman dan ketegasannya. Ratu Sabrina sangat otoriter dan ambisius berbeda dengan ibunya yang begitu lemah lembut dan penyayang. Tetapi dari cerita yang tidak sengaja Ia dengar dari ibunya sendiri membuat Pangeran Thalal merasa sangat kecewa.     

Bagaimana bisa ibunya menyimpan rahasia besar yang mengerikan ini bertahun - tahun darinya. Ia selalu bangga dengan rasa hormat ibunya kepada Nizam. Pangeran Thalal sangat menyayangi  ibunya dan siap bertarung dengan siapa saja yang akan melukai ibunya.  Tetapi sekarang Ia sungguh benar - benar sangat kecewa. Ibunya yang dibanggakan ternyata lebih kejam dari Ratu Sabrina. Setidaknya Pangeran Thalal belum pernah mendengar Ratu Sabrina melukai seorang anak.     

Walaupun Ia sangat tegas dan kejam tetapi terhadap anak tirinya Ratu Sabrina tidak pernah berniat mencelakainya. Bahkan Ratu Sabrina membiarkan Nizam menjadi pelindung bagi adik - adik tirinya. Andaikan Pangeran Thalal tidak sengaja  mendengar mungkin sampai mati yang tidak tahu kejahatan ibu kandungnya. Niatnya hendak menengok ayahnya membuat Ia harus mendengar percakapan Nizam dan ibu kandungnya setelah Ia masuk ke dalam ruangan tempat mereka berbicara tanpa diketahui keduanya.     

"Anakku.. maafkan Ibunda" Kata Ratu Zenita dengan wajah pucat. Tubuhnya gemetar karena takut. Tetapi Pangeran Thalal menepiskan tangan Ratu Zenita yang memegang tanganya dengan tatapan kosong. Ia saat ini sedang kalut melihat Ayahnya yang terbaring tidak berdaya di atas tempat tidur sekarang Ia harus mendengarkan kejahatan ibunya terhadap Nizam dari mulut ibunya sendiri. Sungguh ini goncangan yang sangat besar baginya.     

Ratu Zenita merasakan hatinya hancur ketika melihat pangeran Thalal menepiskan tangannya. Padahal selama ini jika mereka bertemu pasti akan mencium tangannya. Nizam menatap adik tirinya dengan pandangan mengerti. Ia sendiri sedang kecewa dengan prilaku ibunya jadi apa yang dirasakan oleh Pangeran Thalal sangat Ia rasakan.  Tetapi melihat wajah Ratu Zenita yang begitu kecewa membuat Nizam tidak tega. Ia segera menghampiri Pangeran Thalal dan merangkul bahunya.     

"Mari kita ngobrol " Kata Nizam kepada adiknya. Tapi Pangeran Thalal hanya bergeming saja sambil melihat ke arah Ibunya dengan pandangan sangat kecewa. Tapi Nizam kemudian menariknya setengah menyeretnya.     

"Ibunda, tolong temani Ayahanda, biar Ananda yang meluruskan permasalahan ini" Kata Nizam sambil terus menyeret Pangeran Thalal yang masih terdiam seribu bahasa. Pangeran Thalal yang biasanya lucu, banyak bicara, banyak merajuk kini wajah tampannya tampak menakutkan.     

Ratu Zenita hanya bisa menganggukan kepalanya. Ia kenal dengan sifat anaknya yang susah ditenangkan kalau sedang marah besar. Apalagi ini tentang kakaknya. Dari dulu Pangeran Thalal dan Pangeran Husen sangat mengagumi kakak terbesarnya itu. Mereka bukan hanya mengagumi tetapi juga  mengidolakan Nizam sehingga pengakuannya pasti sangat melukai     

"Calon Perdana Mentriku harus bisa mengendalikan emosi " Kata Nizam sambil menekan bahu Pangeran Thalal agar duduk. Pangeran Thalal malah melengos dan Ia malah bangun sambil sedikit berontak. Persis seperti anak kecil yang sedang merajuk. Hingga kemudian Nizam membentak adiknya.     

"DUDUK ! " Kata Nizam dengan suara keras sekarang mukanya tidak kalah keras dengan muka adiknya dan pangeran Thalal segera duduk tidak berani membantah lagi. Ia masih waras untuk tidak ngotot dihadapan kakaknya.     

"Ibunda..." Kata Pangeran Thalal memulai perkataannya tetapi Nizam mengangkat tangannya.     

"Kau ingin mengatakan bahwa kau begitu marah dan kecewa terhadap ibumu sendiri" Kata Nizam dengan kening berkerut. Pangeran Thalal menganggukan kepalanya.     

"Kau marah karena ibumu pernah mencoba untuk membunuhku ?"     

Pangeran Thalal menganggukka kepalanya. Tapi masih diam tidak berani bicara lagi sampai kakaknya menyuruhnya.     

"Kau pikir Kau yang paling kecewa karena tingkah dengan ibumu ?" Kata Nizam dengan lemas, Wajah kerasnya malah berubah jadi muram. Pangeran Thalal sesaat jadi menegakkan badannya dengan heran. Ia pikir kakaknya akan mengeluarkan petatah, petitih dan petuah yang panjang lebar dari A sampai Z agar Pangeran Thalal tidak marah kepada ibunya.     

Tetapi Pangeran Thalal malah melihat Nizam yang mirip seperti kapas yang tercelup ke dalam air padahal Nizam biasanya berpenampilan keras  seperti Baja. Sekarang Nizam malah lemas dan basah. Ibarat burung, Nizam biasanya burung garuda tetapi sekarang malah seperti buruk pipit. Pangeran Thalal jadi keheranan dan lupa dengan rasa kecewanya.     

"Kakak kenapa ? Ada apa ? Mengapa Kakak jadi yang terlihat lebih kecewa dariku?" Kata Pangeran Thalal sambil memegang dagu Nizam dan memutar ke kiri dan ke kanan seakan ingin melihat wajah kakaknya dengan jelas.     

Nizam menepiskan tangan Pangeran Thalal dengan sebal, "Lancang Kamu !" Hardiknya kepada Pangeran Thalal. Pangeran Thalal malah jadi cengengesan melihat Nizam kembali keras.     

"Terus terang Aku lebih suka melihat Kakak keras dibandingkan dengan lemas "     

"Bagaimana mau keras, Aku sedang mendapatkan masalah yang sangat berat" Nizam menjadi murung.     

"Perasaanku, tadi kakak mau menenangkan Aku agar Aku tidak marah kepada Ibunda tetapi agaknya sekarang terbalik. Kakak terlihat lebih pusing dariku. Sebenarnya ada apa? Kalau ini masalah Ayahanda, bukankah Ayahanda memang sering sakit. Sedangkan kalau tentang Ibundaku yang pernah akan membunuhmu, atas nama Ibunda maka Aku meminta maaf" Kata Pangeran Thalal dengan tulus.     

Nizam menggelengkan kepalanya, " Kesalahan ibumu tidaklah besar bagiku karena Aku masih hidup. Ibumu hanya melakukan nalurinya sebagai ibu yang menginginkan kebaikan untuk anaknya. Tetapi ibundaku tidaklah seperti itu" Kata Nizam sambil memintum teh yang disediakan oleh pelayan.     

"Memang bagaimana dengan Ibunda Ratu Sabrina ? Bukankah Yang Mulia Ibunda memang kejam dari dulu" Kata Pangeran Thalal dengan polos.     

"Apa kau tidak bisa menghibur sedikit saja kepada kakakmu ini?" Kata Nizam sambil melipat tangan di dadanya mendengar perkataan adik tirinya yang seperti menabur garam pada luka. Pangeran Thalal baru menyadari  kesalahannya. Ia langsung meminta maaf.     

"Maafkan Aku, Kakak. Aku memang salah" Kata Pangeran Thalal dengan menyesal.     

"Tapi kau memang benar, Ibunda Ratu Sabrina memang sangat tegas saking tegasnya Ibunda sampai terlihat sangat kejam. Tetapi aku tidak keberatan dengan yang ini.  Tapi permasalahannya adalah ini lebih parah dari kejam" Nizam menghela nafas yang terasa sesak.     

Pangeran Thalal mengerutkan keningnya ketika Ia memdengar penjelasan dari kakaknya. Lah ini ada masalah apa lagi?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.