CINTA SEORANG PANGERAN

Kemana Kalung Berlianmu



Kemana Kalung Berlianmu

0"Duduklah !!" Nizam akhirnya bersuara, Pangeran Thalal ternyata masih berdiri dengan tegang tetapi Cynthia dengan sedikit memaksa, memegang tangan pangeran Thalal dan menariknya agar duduk. Pangeran Thalal kemudian duduk sambil menundukkan kepalanya. Ia sebenarnya tidak marah kepada Nizam. Ia marah dengan takdir cinta yang harus dialami oleh ibunya. Ia marah dengan sistem ketidak adilan yang diciptakan oleh kerajaan.     
0

Pangeran Thalal juga kesal terhadap ibundanya yang harus bertahan di istana dan mengapa tidak pergi saja dari sisi Ayahandanya. Pangeran Thalal dari awal tidak berambisi menjadi pangeran apalagi menjadi raja. Ia ditindas sejak kecil oleh pangeran lain. Ia tidak suka dengan politik makanya Ia  kuliah mengambil jurusan psikologi. Tetapi mengapa takdir seakan menyeretnya terus ke pusaran politik kerajaan. Demi dapat menikahi Cynthia, Ia harus rela menjadi perdana menteri Nizam. Bahkan Nizam sudah menghajarnya beberapa kali karena kesalahan yang dibuatnya.     

"Aku akan keluar dari istana ! Aku tidak ingin tinggal di sini lagi!" Kata Pangeran Thalal tiba - tiba membuat Alena dan Cynthia sangat terkejut. Kalau sampai Pangeran Thalal keluar dari istana maka Cynthia akan pergi juga dan Alena akan tinggal. Mereka berdua pasti akan berpisah. Cynthia menelan ludahnya. Ia tidak bisa membiarkan ini terjadi. Ia harus berusaha mencegahnya.     

"Entah apa yang terjadi dengan kalian tetapi persoalan ini sungguh terasa serius. Sebenarnya kalau kami, istri - istri kalian yang tidak berguna ini boleh tahu. Ada apa sebenarnya? Sehingga kami yang tidak tahu apa - apa sampai harus menjadi korban keegoisan kalian" Kata Cynthia dengan pedas. Ia sudah tidak mau bermanis - manis lagi dengan suaminya dan Nizam. Persoalannya ini sungguh serius. Bagaimana mungkin Ia akan berpisah dengan Alena.     

Alena apalagi, wajahnya langsung pucat mendengar perkataan Pangeran Thalal sehingga tidak bisa ditahan air matanya langsung mengalir deras dan Ia menangis dengan suara keras.     

"Aku tidak mau Pangeran Thalal pergi, Aku tidak ingin berpisah dengan Cynthia. Mengapa kalian begitu kejam hendak memisahkan kami ? Apa dosa kami kepada kalian?" Kata Alena sambil duduk dipangkuan Nizam dan memeluk lehernya. Nizam jadi tergagap melihat Alena menangis sambil memeluk lehernya. Pangeran Thalal juga langsung bingung melihat tangisan Alena. Ia menyesal telah membuat kakak iparnya menangis begitu sedih.     

"Kakak Putri Alena, tolong maafkan Aku. Aku tidak bermaksud untuk memisahkan kalian" Kata Pangeran Thalal dengan wajah sedih.     

"Tidak ! Kau tahu pasti kalau Kau pergi, Cynthia tidak mungkin tinggal di sini tanpa dirimu. Kau tahu bagaimana Cynthia sangat mencintaimu lebih dari segalanya. Ia sudah banyak berkorban untukmu. Jadi kalau kau pergi maka Ia juga pasti akan pergi. Lalu Aku bagaimana? Aku harus bagaimana melawan orang - orang yang tidak menyukaiku?" Kata Alena sambil tetap menyembunyikan mukanya ke leher Nizam. Nizam mengelus rambut Alena sambil berkata,     

"Adikku tidak akan kemana - mana.  Ia hanya sedang marah kepadakku dan bukan kepadamu atau Cynthia. Ia sangat baik. Kami hanya emosi tadi. Benarkan demikian?" Kata Nizam sambil memandang adiknya dengan tatapan sedikit tajam.     

Dengan penuh semangat Pangeran Thalal menganggukkan kepalanya, "Benar.. Kakak Nizam benar. Ini cuma kesalah pahaman kecil" Kata Pangeran Thalal sambil tersenyum lebar walaupun kemudian Ia meringis karena rasa perih di bibirnya.     

"Bagaimana mungkin ini kesalah pahaman kecil  kalau Nizam sampai memukulmu" Kata Alena masih membenamkan mukanya ke leher Nizam. Air mata Alena membuat leher Nizam menjadi sembab.      

"Kau kan tahu kalau suamimu itu pemarah, ini bukan kejadian pertama Ia memukul orang. Jadi mengapa kau harus resah dengan hal ini. Sudah jangan menangis lagi. Bisa banjir nanti istana Yang Mulia Raja Walid" Kata Cynthia membuat Alena langsung berhenti.     

"Ma.. afkan Aku. Aku lupa kalau ini ada di istana Ayah kalian" Kata Alena sambil mengangkat mukanya dan menghapus air matanya. Alena berdiri dan duduk di sisi Nizam sambil tersenyum senang. Ia bahagia mendengar Pangeran Thalal tidak akan jadi pergi.     

"Sebenarnya ada apa kalian bertengkar?" Kata Cynthia kepada suaminya dan Nizam. Pangeran Thalal malah menatap Nizam dan tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Walau bagaimanapun  ini adalah aib keluarga dan menyangkut nyawa ayah mereka.     

Nizam sangat berterima kasih melihat adiknya terdiam sambil menatapnya. Tatapan dan diamnya pangeran Thalal menunjukkan kalau Pangeran Thalal masih menghargainya. Dan Nizam langsung merangkai kata - kata dusta dibalik kebenaran.     

"Aku meminta Ibunda Ratu Zenita untuk menemani Ayahanda. Pangeran Thalal sempat tidak setuju karena Ia takut kalau Ibundaku akan marah. Tetapi Aku bilang kalau Ibundaku sedang sibuk jadi Ibundaku tidak akan keberatan." Kata Nizam sambil menelan ludahnya. Ia sedang berdusta kepada Alena dan Cynthia. Kalau Alena pasti akan langsung percaya tetapi berdusta kepada Cynthia cukup sulit. Tetapi Nizam berusaha setenang mungkin.     

"Terus apa masalahnya?" Kata Alena menatap Nizam dengan pandangan tidak mengerti.     

"Pangeran Thalal marah karena Ayahanda ternyata masih memanggil - manggil nama Ibundaku dan tidak memperdulikan Ibunda Ratu Zenita. Kami jadi ribut karena itu." Kata Nizam sambil berharap Alena mengerti perkataannya. Sebenarnya Nizam tidak berkata dusta, Ia hanya menutupi cerita yang selengkapnya. Dan Cynthia juga ternyata mempercayai perkataan Nizam. Perkataan Nizam sangat masuk diakal dan benar adanya.     

"Seharusnya pertikaian diantara orang tua tidaklah melibatkan anak - anaknya. Kalian tidak bersalah yang bersalah adalah orang tua kalian." Kata Cynthia sambil mengelus tangan Pangeran Thalal.     

"Ayahanda kalian tidak bersalah karena mencintai Ratu Sabrina. Dan Ratu Sabrina juga mencintai Ayahanda. Ibunda Ratu Zenita tidak bersalah karena menjadi istrinya Raja Walid berdasarkan pernikahan Aliansi. Jadi kalian tidak seharunya jadi bertengkar karena permasalahan ini. Yang harus kalian lakukan adalah saling mempercayai dan menyayangi. Ada banyak musuh di dalam dan di luar istana kalau kalian malah bertikai seperti ini bagaimana mungkin kalian akan bisa menghadapinya." Kata Cynthia kepada Pangeran Thalal dan Nizam.      

Pangeran Thalal langsung menatap Nizam dengan pandangan menyesal, "Cynthia benar. Aku minta maaf Kakak. Aku sangat menyesal telah berlaku buruk kepadamu" kata Pangeran Thalal sambil berlutut di hadapan Kakaknya. Nizam langsung memegang bahu adiknya.     

"Tidak ! Aku yang bersalah karena terlalu emosi. Apapun yang kau katakan adalah benar, Mungkin karena Ayahanda sedang sakit maka Aku menjadi galau" Kata Nizam sambil tersenyum dengan tulus.     

"Benar Kakak, Sakit ayahanda juga membuat perasaanku tidak tenang. Tidak seharusnya Aku memancing kemarahanmu. Aku sungguh sangat menyesal. Maafkan Aku. Bukan salahmu kalau Ayahanda mencintai Ibunda ratu Sabrina" Kata Pangeran Thalal benar - benar sangat menyesal.     

"Tidak apa. bangunlah ! Mari kita berbicara lagi dengan kepala dingin" kata Nizam sambil meminta Pangeran Thalal untuk duduk. Pangeran Thalal menganggukan kepalanya.      

Alena bertepuk tangan dengan gembira, "Nah.. bagus, Alhamdulillah.. semua sudah kembali seperti semula" Kata Alena tetapi tawanya terhenti ketika Nizam melihat ke arah leher Alena.     

"Kemana Kalung berlianmu?" Kata Nizam kepada Alena dan secara refleks Alena memegang lehernya. Mukanya pucat seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.