CINTA SEORANG PANGERAN

Hilangnya Kepercayaan



Hilangnya Kepercayaan

0Secara refleks, Alena memegang lehernya. Wajahnya pucat pasi. Kalung itu ternyata sudah tidak ada dilehernya. Tapi bagaimana bisa hilang. Bukankah kalung itu tadi masih ada. Muka Alena tampak kebingungan. Nizam yang sedang banyak masalah semakin tampak merasa kepalanya jadi berat. Kalung itu adalah kalung warisan dari neneknya. Kalau hilang bagaimana Ia bisa mempertanggung jawabkan kepada kerajaan.      
0

Nizam menatap Alena dengan muram, "Mengapa kalung itu bisa hilang, kau kemana saja tadi?" Kata Nizam dengan suara lemah. Alena melihat wajah suaminya yang penuh dengan beban, Ia tidak berani mengatakan apapun yang akan memicu emosi Nizam sehingga Alena hanya berkata,     

"Aku akan mencarinya.. Aku akan mencarinya. Kau tidak usah khawatir," Kata Alena sambil berdiri walaupun dengan kebingungan. Cynthia juga tampak terperanjat ketika menyadari kalau kalung Alena hilang. Cynthia juga ikut berdiri dan berjalan mengikuti Alena yang berpamitan keluar. Alena berjalan dengan cepat membuat Cynthia sedikit berlari mengikuti Alena, "Kau ingat tadi  kau kemana? " Kata Cynthia sambil mencari - cari ke bawah, siapa tahu kalung itu jatuh ke bawah.     

Cynthia lalu berbalik ke arah para pelayan dan penjaga yang mengikuti mereka. Dengan muka keruh, cemas dan khawatir. Cynthia lalu menyuruh para pelayan dan penjaga untuk mencari kalung itu. Alena sendiri tampak sangat panik. Ia sama sekali tidak  mengerti bagaimana kalung itu bisa terlepas dari lehernya.      

Alena tidak bisa mengingat di mana dan bagaimana serta kapan. Di istana Nizam memang banyak orang karena mereka sedang menjamu tamu. Ada para pelayan dan pengawal dari kerajaan Zamron. Ada para tamu dari luar, ada koleganya NIzam dan beberapa pejabat dari perusahaan Nizam.     

Cynthia meremas - remas tangannya sendiri, ingin rasanya Ia menangis menghadapi kenyataan hilangnya kalung Alena. Kalung yang sangat berharga itu kalau sampai benar - benar hilang maka riwayat Alena bisa tamat di dalam istana. Bagaimana mungkin kalung yang memiliki nilai paling historis dari semua perhiasan yang ada bisa hilang oleh seorang calon ratu yang bukan berasal dari negera mereka.      

Itu bisa menunjukkan kalau Alena tidak menghargai sejarah, tidak menghargai warisan budaya leluhur dari kerajaan Azura. Cynthia bisa melihat betapa pucatnya wajah Nizam ketika tahu kalung itu tidak ada di leher Alena. Tadinya Cynthia berharap kalau Alena melepaskan kalung itu dan menyimpannya di dalam kamar.     

Setetes air mata tampak menitik di sudut mata Cynthia. Bola matanya yang berwarna biru indah tampak tergenang oleh air mata. Tetapi ketika Alena berbalik ke arahnya. Cynthia segera menahan tetesan air matanya. Ia tidak ingin menambah resah perasaan Alena.     

"Cynthia.. apa kau mendapatkan ide atau petunjuk, kira - kira dimana kalungku hilangnya?" Kata Alena sambil menarik nafas resah. Betapa bingungnya Ia. Betapa kalutnya Ia. Kalung itu  pernah membuat Nizam marah ketika Ia akan memberikannya kepada Pangeran Husen sebagai mas kawin untuk Amrita. Walaupun Nenek Nizam yang memberikan kalung itu adalah Neneknya Pangeran Husen juga tetap kalung itu spesial diberikan untuk Nizam sebagai putra mahkota kerajaan Azura yang resmi.     

Cynthia memegang bahu Alena dan mengusapnya dengan lembut. " Jangan takut Alena, kalungmu pasti akan ketemu.  Ayo kita cari lagi" Kata Cynthia sambil tersenyum seakan menenangkan hati Alena. "Tapi Aku takut kalau  kalung itu benar - benar hilang. Aku mungkin akan di hukum mati" Kata Alena sambil mulai menangis.     

"Masa iya kau akan dihukum mati gara - gara kalung" Kata Cynthia merengut walaupun dalam hatinya Ia merasa tegang, stress dan depresi.     

"Kalau hanya kalung biasa tentu saja tidak. Tetapi kau kan tahu kalau kalung itu adalah kalung bersejarah. Dan warisan leluhur dari kerajaan Azura. Harganya sungguh tak ternilai" Kata Alena sambil menghapus air matanya yang benar - benar meleleh.     

"Tapi dimata Nizam, kau tentu lebih berharga dari segalanya. Jadi berhentilah untuk cemas karena cemas akan membuatmu jadi kalut dan tidak bisa berpikir jernih. Dengan bersikap tenang maka pikiranmu akan jernih. Kau bisa mengingat tadi kau kemana saja dan apakah kalung itu terjatuh atau ada yang mengambilnya?" Kata Cynthia dengan hati - hati.     

Alena memegang lehernya dan mengusapnya perlahan. Kalung itu tadi sangat erat terpasang di lehernya. Kalung itu memiliki kunci kaitan yang kuat dan rasanya sangat mustahil kalau sampai jatuh. Kalung itu benar - benar sangat berat di leher Alena jadi kalau jatuh pasti akan terasa kecuali Alena melepaskannya sendiri atau dibantuk oleh para pelayan. Tapi Alena sangat ingat kalau Ia sama sekali tidak pernah melepaskan kalung itu.      

Alena sangat jarang memakai  kalung itu karena memang selain bentuknya yang sangat indah dan memiliki nilai historis yang tinggi, Alena tidak menyukai karena berat. Tetapi entah mengapa hari ini Alena seperti ingin memakai kalung itu. Seperti ada bisikan ditelinganya untuk memakai kalung itu.      

"Akhir - akhir ini Aku merasa kepercayaan kepada suamiku berkurang" Kata Alena perlahan sambil terus berjalan mencari kalung dan berharap kalung itu terjatuh.     

"Apa yang kau katakan Alena?" Kata Cynthia sangat terkejut dengan perkataan sahabatnya itu.     

"Aku pikir dia tidak akan dapat menolong diriku kalau sesuatu terjadi kepadaku. Bukankah dia sendiri tidak dapat lepas dari hukuman ibunya. Kalau Ia tidak bisa menolong dirinya sendiri bagaimana bisa Ia dapat  menolongku" Kata Alena dengan sedih.     

Cynthia menelan ludahnya sendiri. Alena mengatakan hal yang sebenarnya. Nizam sama sekali belum memegang kekuasaan di Azura dan kekuatannya belumlah penuh. Para pejabat hampir semuanya di kuasai sepenuhnya oleh Perdana menteri Salman. Hanya ada beberapa gelintir yang berpihak kepada Nizam. Yaitu para pejabat yang berasal dari keluarga Raja Walid. Itupun bisa dihitung dengan jari dan jumlahnya tidak akan lebih dari sepuluh. Jadi posisi Alena memang sangat tidak aman.     

Kalaupun Putri Rheina sekarang ada dipihak mereka tetapi apa yang bisa dilakukan oleh putri manja itu. Putri Rheina tidak memiliki kekuatan juga selain mengandalkan dari kekuatan ayahnya dan para pelayan yang mengucapkan janji setia. Nasibnya sendiri belum jelas. Karena sampai saat ini Ia masih suci sehingga kekutannya sebenarnya sangat lemah. Tetapi Cynthia tetap berusaha untuk tenang. Panik tidak akan menyelesaikan masalah malah hanya akan menambah masalah.     

"Tidak seperti itu Alena. Walaupun kau memang benar tetapi tidak sepenuhnya itu benar. Nizam bukan orang yang mudah menyerah. Dan Ia bukan tidak memiliki kekuatan sama sekali tetapi Ia hanya tidak ingin melawan ibunya sendiri. Toh selama ini kau masih aman tinggal di istana. Aku pikir sekarang yang harus kita lakukan adalah mencari kalau itu sampai  ketemu" Kata Cynthia sambil kembali mengawasi jalan yang tadi dilalui mereka dengan seksama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.