CINTA SEORANG PANGERAN

Nikahi Adikku!



Nikahi Adikku!

0Pangeran Thalal melihat Nizam yang terpaku melihat layar handphonenya. Tetapi Ia masih menahan diri untuk tidak melihatnya tanpa seizin kakaknya jadi Ia hanya menunggu dan melihat Nizam yang menggerakan tangannya dengan cepat membuka foto demi foto yang terkirim melalui sosial media secara pribadi. Pangeran Thalal tahu bahwa ini adalah saat yang terburuk bagi Nizam. Ibunya berselingkuh, ayah mereka sakit dan istrinya kehilangan kalung warisan yang sangat berharga. Dan sekarang entah apa yang ada di dalam handphone itu sehingga membuat wajah Nizam menjadi hitam kelam.     
0

Nizam menggelengkan kepalanya dan ketika Ia akan membanting handphone itu, tangannya ditangkap oleh adiknya dengan cepat.     

"Kakak! Kalau kau membanting handphone-mu maka kita akan kehilangan jejak. Maka berilah Aku kesempatan untuk mengetahui, apa yang ada di dalam handphone-mu?" Kata Pangeran Thalal dengan hati - hati. Mendengar perkataan adiknya, Nizam perlahan menurunkan tangannya dan berusaha untuk berpikir rasional. Ia menarik nafas dalam - dalam lalu memberikan handphone-nya kepada Pangeran Thalal.     

Pangeran Thalal menerima handphone itu dengan tangan gemetar dan sebelum Ia membuka apa isi handphone itu. Ia mendengar Nizam berkata dengan lemas,     

"Paman Salman benar. Pangeran Abbash ada kemungkinan di balik semua ini" Kata Nizam membuat handphone itu hampir terlepas dari tangan Pangeran Thalal. Ia lalu dengan cepat membuka handphone dan telunjuk bergerak cepat.  Muka Pangeran Thalal berubah menjadi sangat pucat. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tetapi ini adalah benar.     

Pangeran Thalal melihat ke arah kakaknya lalu melihat ke arah handphone lalu ke arah kakaknya, terus berulang kali sampai Ia mendengar Nizam berkata,     

"Aku tahu kalau foto  bisa dimanipulasi tetapi Aku bukan orang bodoh. Foto itu terlihat sangat nyata dan sempurna. Alena dan Pangeran Abbash mereka bersama. Dan bahkan orang itu mengatakan kalau kalau kalung Alena berada di tangan Pangeran Abbash. Ia memberikannya sebagai bukti cintanya kepada Pangeran Abbash.     

Ini seperti cerita film three musketeers yang menggelikan itu. Bagaimana bisa ini terjadi di dalam kehidupanku? Apa yang sebenarnya terjadi?" Kata Nizam sambil menangkupkan kedua tangannya ke mukanya.     

"Kakak.. ini pasti rekayasa. Kakak tentu percaya kepada Kakak Putri Alenakan? Tolong Kakak jangan emosi. Foto ini terlihat nyata tetapi  tentu saja Aku tidak percaya Kakak Putri Alena bisa seperti ini" Kata Pangeran Thalal. Sebenarnya Ia ketakutan melihat foto - foto itu bahkan ada videonya juga. Ia tahu betul temperemen Kakaknya seperti apa? Kalau sudah berkaitan dengan Alena dan ibunya, pikirannya sangat pendek.     

Nizam menghembuskan nafasnya, Ia tahu ini bukan yang pertama kali terjadi. Alena sudah pernah menghadapi kasus seperti ini sewaktu di Amerika. Dan Nizam tahu kalau ini pasti rekayasa tetapi yang membuat Ia kesal adalah bagaimana bisa Alena dan Pangeran Abbash berbicara berdua dengan begitu mesra di taman dalam istananya. Mereka bahkan tampak saling berpandangan dan penuh senyum.     

Yang membuat Nizam kesal adalah tayangan videonya penuh  dengan kata - kata lembut bercampur gelak tawa Alena. Walaupun tidak ada sentuhan fisik tapi foto dan video itu sudah cukup memperlihatkan kalau mereka memang memiliki hubungan khusus.      

Lalu handphone Nizam kembali berbunyi dan kali ini adalah nada panggil. Nizam mengerutkan keningnya. Luar biasa orang ini, bahkan sampai punya nomor telepon Nizam yang tidak banyak diketahui orang. Pangeran Thalal mengakui orang ini sungguh sangat tidak terduga dan memiliki banyak jaringan. Istana Azura yang begitu tertutup bisa dimasuki dengan begitu mudah.      

Nizam melihat nomor asing yang berbeda dengan nomor yang mengiriminya foto tadi. Ia lalu mengangkatnya dan mendekatkan ke telinganya. Ia tidak ingin mengeraskan suaranya sehingga Pangeran Thalal bisa mendengarnya. Ia tetap harus  berjaga - jaga jangan sampai ada hal yang seharusnya tidak diketahui oleh orang lain tentang Alena walaupun itu adiknya sendiri.     

"Assalamualaikum Yang Mulia" Suara itu tampak  santai tetapi penuh dengan penekanan dan itu langsung membuat Nizam mengenali suara itu. Ia sudah pernah mendengarnya beberapa kali.     

"Kau? Pangeran Barry?" Kata Nizam sambil tercekat. Terdengar tawa riang dari orang yang menelponnya.     

"Aku tahu kau pasti mengenaliku" Kata Pangeran Barry sambil tersenyum manis.     

"Aku sebenarnya sudah mencurigaimu" Kata Nizam dengan gemetar karena menahan amarah.     

"Mencurigai siapa? Apa? Aku yakin kecurigaanmu kepada adikku Pangeran Abbash lebih besar dari pada kepadaku" Kata Pangeran Barry lagi.     

"Apa sebenarnya maumu?" Suara Nizam yang tajam malah membuat Pangeran Barry sangat senang.     

"Aku hanya ingin kau menikahi adikku dan menjadikannya sebagai Ratu Azura" Kata Pangeran Barry lagi.     

"Kau gila! Bagaimana bisa kau memaksaku menikahi adikmu sementara Aku tidak mencintainya"     

"Aku tidak berbicara cinta di sini. Aku hanya ingin kau menikahi adiku dengan atau tanpa cinta"     

"Apa Kau tidak kasihan dengan adikmu sendiri?"     

"Kasihan?? tentu saja Aku kasihan, makanya Aku memintamu untuk menikahinya. Dulu Aku berlatih siang malam untuk mengalahkanku di ajang adu ketangkasan agar Aku bisa meminta kebebasan adikku pada ayahmu. Tetapi kau dengan pongahnya mengalahkan Aku dan kau meminta bulan madu ke Eropa untuk kemenganmu.     

Sungguh permintaan yang bodoh. Dan Aku terpaksa harus merelakan adikku tinggal tersia - sia di dalam haremmu. " Pangeran Barry tampak emosional ketika mengingat perjuangannya merebut adiknya kembali.     

"Aku tidak tahu kau ikut lomba hanya untuk meminta adikmu kembali dari dalam haremku. Aku sangat menyesal karena tidak tahu. Seandainya kau dulu berterus terang tentang hal ini tentu aku akan mengalah dan membiarkanmu mengambil adikmu" Kata Nizam dengan tulus.     

Memang benar kalau Ia tidak tahu tentang adik dari Pangeran Barry saat itu. Ia sama sekali tidak mengenal wanita manapun yang ada di dalam haremnya kecuali Putri Rheina.     

"Kau memang sangat memuakkan. Kau memiliki semua yang tidak kumiliki. Istri yang cantik dan setia. Adik yang sangat memujamu dan teman - teman yang tulus. Sedangkan Aku? Aku tidak memiliki siapapun. Istriku tertahan di dalam istana Kerajaan Zamron dan tidak ada satupun yang bersedia menemaniku di pulau terasing ini. Dan Abbash dia juga malah berbelot kepadamu"     

"Jadi Kau yang mengirimiku foto - foto Alena dan adikmu itu? Teganya Kau menjebak adikmu sendiri?" Kata Nizam dengan geram.     

"Foto apa maksudmu? Aku tidak tahu menahu tentang foto Putri Alena dan Abbash. Aku hanya mengirimi Calon ayah tirimu foto dirinya dan ibumu. Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu bahwa ancamanku serius" Kata Pangeran Barry membuat Nizam menggelengkan kepalanya. Jadi yang mengirimi dirinya foto Alena dan Pangeran Abbash bukanlah Pangeran Barry. Lantas siapa? Dan apa motifnya. Apakah untuk menekan dirinya ? Tetapi mengapa ancaman ini malah seperti tertuju pada Alena?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.