CINTA SEORANG PANGERAN

Cynthia menenangkan Nizam



Cynthia menenangkan Nizam

0Alena terduduk dengan lemas, Ia sudah mencari kemana - mana tapi kalung itu tidak ada. Para pelayan dan penjaga menyisir dengan hati-hati setiap tempat yang mereka lalui tetapi kalung itu tetap tidak ada. Lila yang ikut mencari jadi ikut kebingungan.     
0

"Aku tadi tidak kemana-mana. Aku hanya berbicara dengan kalian dan kemudian pergi ke istana yang Mulia Baginda hanya karena mendengar yang mulia sakit. Tapi kenapa kalung itu bisa hilang" Alena merasakan dadanya berdebar dengan kencang.     

Alena tahu betul kalau kalung itu sangat berharga bagi Nizam dan kerajaan Azura. Kalung itu diberikan untuk menantu calon ratu yang terbukti memiliki dedikasi yang tinggi untuk kerajaan dan bukti cinta sepasang suami istri.     

Nizam menghargai nya karena itu pemberian Neneknya. Waktu Neneknya memberikan kalung itu kepada Nizam, Dia belum menikah. Dan tidak lama kemudian Neneknya meninggal dunia. Berdasarkan kedudukan Kalung itu seharusnya menjadi milik Ratu Sabrina. Tetapi nyatanya kalung itu menjadi milik Alena. Sudah dapat dibayangkan bagaimana marahnya Ratu Sabrina ditambah lagi Dia sedang banyak persoalan.     

" Apa kau tidak merasakan saat kalung itu terjatuh? Atau kau lupa melepaskannya lalu menyimpannya sembarangan" Kata Cynthia masih mencari-cari di bawah meja atau kursi atau rak. Apapun yang terlihat oleh Cynthia semua dibukanya dan diperiksa.     

"Aku tidak tahu. Aku lupa lagi tapi seingatku, Aku hanya berbicara dengan kalian. Aku tidak pergi kemanapun. Cynthia, kau kan tahu itu. Aku dari tadi hanya berada di istana Nizam lalu ketika aku pergi ke istana Baginda tiba-tiba kalung itu sudah tidak ada di leherku. Aku tidak tahu aku harus mencari kemana lagi kalung itu. Nizam pasti marah kepadaku."     

"Kau ini selalu ceroboh. Dari sekian banyak kalung yang ada di brankas perhiasan mu kenapa kau malah memilih kalung yang itu?" kata Chintya sambil menatap dengan tajam.     

Alena menundukkan kepalanya dia juga tidak mengerti mengapa pagi ini dia ingin memakai kalung itu. Kalung itu memang sangat cantik dan warnanya paling mencolok dari semua kalung yang ada. Alena sangat menyukai kalung itu dan ia jarang memakainya. Entah kenapa pada saat dia bertemu dengan pangeran Abbash dia ingin memakai kalung itu.     

Sekarang Alena sangat menyesal andaikan Dia tidak memakai kalung gitu pasti semuanya tidak akan menjadi sepanik ini. Seandainya kalung yang lain yang hilang Nizam pasti tidak akan marah bahkan mungkin dia akan menggantinya dengan yang lebih mahal.     

Lila kemudian memegang bahu Alena lalu mengusapnya perlahan-lahan dan berkata dengan lembut, "Kau tidak usah khawatir karena ku yakin yang mulia Pangeran Nizam bukanlah orang yang picik. Percayalah, dia tidak akan terlalu marah. Walaupun berharga, kalung itu hanyalah benda mati.     

Kalung itu tidak akan sebanding jika dibandingkan dengan mu, jadi kau tidak usah khawatir." kata Lila menenangkan hati Alena.     

Alena kemudian tengadah dan menatap Lila dengan pandangan penuh rasa Terima kasih. Alena sangat bersyukur Lyla Dan Cynthia ada di sampingnya bahkan dia lebih bersyukur terhadap Lila dibandingkan dengan Cynthia, karena Lila tidak memarahinya seperti Chintya Lila malah berkata dengan lembut dan membuat hatinya menjadi lebih tenang.     

Kemudian Alena berkata."Aku juga berharap demikian. Semoga Nizam tidak terlalu marah karena aku menghilangkan kalung itu. Walaupun aku tahu itu tidak mungkin. Kalung itu adalah pemberian neneknya dan Nizam sangat mencintai neneknya. kalung itu adalah perwakilan neneknya dimata Nizam," kata Alena sambil melihat ke arah pintu keluar.     

Alena merasa bahwa sebentar lagi Nizam akan datang untuk menanyainya dan firasat Alena benar. Dia mendengar para pengawal berteriak memberitahukan kedatangan Nizam kepada istana dan tidak lama Nizam datang dengan muka yang tidak enak dipandang. Alena semakin mengkerut ketakutan.     

Cynthia segera menghampiri Nizam dan menyeretnya kelua, Nizam sebenarnya sangat marah tetapi dia tidak berani menolak keinginan Cynthia karena mata Cynthia begitu tajam menatap Nizam.     

"Aku tahu kamu marah Nizam Tapi aku harap kau masih bisa menggunakan akal sehatmu. Kau tidak boleh memukuli Alena atau mencambuknya. Kau tahu dia sekarang sangat tertekan karena kalung itu hilang " Kata Cynthia sambil menahan dada Nizam menggunakan tangan kanannya.     

Nizam mendengus dan berkata "Kau pikir aku ini suami yang tidak berperikemanusiaan? Bagaimana mungkin aku akan memukul Alena? walaupun saat ini aku sangat marah " Kata Nizam kepada Cynthia.     

Cynthia mendelik ke arah wajah Nizam lalu dia juga berkata tidak kalah kesalnya dengan Nizam.     

"Kenapa aku berkata demikian karena aku tahu siapa dirimu? Kau selalu kehilangan akal sehatmu jika kau marah. Kau seperti ibu selalu bertindak gegabah." kata Chintya membuat Nizam menjadi semakin kesal.     

"Aku ini sedang banyak masalah kenapa kau malah menambah masalah dengan mengatakan seperti itu? Aku tidak ingin menambah masalahmu. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahwa kau tidak boleh marah membabi-buta hanya karena kehilangan kalung."kata Chintya.     

Suara Nizam langsung meninggi mendengar Cynthia mengatakan bahwa itu hanya sebuah kalung. "Kau jangan berkata seperti itu, Cynthia. kalung itu adalah pemberian dari nenekku. Kalung itu adalah perwakilan dari nenekku.     

Kalung itu adalah tanda cintaku kepada Alena. Kata nenekku, aku harus memberikannya kepada orang yang paling aku cintai dan sekarang dia malah menghilangkan kalung itu. Bagaimana Aku bisa tenang. Aku harap kalian sudah menemukan kalung itu." kata Nizam setia menggelengkan kepalanya.     

"Kami sudah berusaha mencarinya kesana kemari. Kami mencari dibantu dengan para pengawal dan para pelayan tetapi kalung itu tidak berhasil kami temukan." Cynthia masih menahan tubuh Nizam dengan tubuhnya. Dia tidak ingin Nizam jangan sampai lepas kendali.     

Cynthia selalu trauma menghadapi kemarahan Nizam kepada Alena. Apalagi Cynthia melihat wajah Nizam yang benar-benar sangat menakutkan dan Cynthia sudah mulai merasakan bahwa kemarahan Nizam seperti luapan dari kemarahan yang sudah terakumulasi bertumpuk di dalam dadanya.     

Sehingga kemudian Cynthia menarik tangan Nizam menyuruhnya untuk duduk. Tetapi Nizam tidak mau disuruh duduk oleh Chintya.     

Lalu dengan suara keras Nizam berkata, Ada apa denganmu? Kenapa kau menyuruhku duduk? Aku tidak ingin duduk. Aku ingin segera bertanya kepada Alena.     

"Kamu terlihat sangat marah, Nizam. Aku sangat tahu dengan dirimu. Kemarahanmu ini bukanlah kemarahan yang biasa . Aku tahu kalau kalung itu sangat berharga bagimu, tapi ingat istrimu jauh lebih berharga dari kalung itu.     

Dan aku juga sangat yakin nenekmu tidak akan pernah setuju kalau gara-gara kalung itu kau sampai menganiaya istrimu. Kalung itu ada adalah perwujudan dari cinta kasih.     

Nenekmu memberikan kepadamu untuk kau berikan kepada wanita yang kau cintai. Sekarang jika hilangnya kalung itu menyebabkan kau bertengkar dan menyakiti istrimu, maka di akhirat sana, Almarhum Nenek mu pasti menangis dengan sedih." kata Chintya.     

Wajah Nizam sedikit melunak dan perlahan Nizam terduduk dengan lemas. Apa yang dikatakan Cynthia adalah benar. Neneknya pasti tidak akan setuju kalau dia memarahi Alena hanya gara-gara kalung itu hilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.