CINTA SEORANG PANGERAN

Cobaan Yang Berat



Cobaan Yang Berat

Pangeran Barry tampak sama bingungnya dengan Nizam. Pangeran Barry mencoba menganalisa mengapa Nizam mengatakan kalau Ia menjebak adiknya? Pada permasalahan ini Ia tidak menjebak Pangeran Abbash. Apalagi menjebaknya bersama Alena. Ia tahu persis bagaimana buayanya adiknya itu. Ia tidak akan pernah membiarkan adiknya itu bersama Alena. Semenjak penghianatannya di Amerika sehingga Ia gagal mendapatkan Alena.Tidak akan sedikitpun Ia membiarkan Alena dekat Pangeran Abbash.     
1

Adiknya itu bahkan membuat istrinya yaitu  Putri Raya mengkhinatinya. Putri Raya ketahuan merayu Pangeran Abbash. Dan itu dilakukan  ketika Pangeran Abbash sakit. Pangeran Barry tahu kalau adiknya menolak sehingga Ia tidak terlalu marah dan itu Ia ketahui ketika seorang pelayan melaporkannya. Kebenciannya kepada Pangeran Abbash semakin besar karena dianggapnya adiknya itu pengkhianat terbesarnya.     

Pangeran Abbash membuat istrinya berkhianat, Pangeran Abbash menggagalkan rencananya untuk mendapatkan Alena, Pangeran Abbash juga berbelot kepada Nizam  dan sekarang Pangeran Abbash merebut posisinya sebagai putra mahkota. Jadi untuk saat ini sangat tidak mungkin Ia memanfaatkan Adiknya untuk menyerang Nizam. Ia tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama.     

Tetapi sekaranga Pangeran Barry mendengar kalau Nizam memiliki foto - foto adiknya dengan Alena. Ini sangat menarik sekaligus menyebalkan. Mengapa semua wanita bisa tergoda oleh adiknya itu ? Bahkan Alena yang begitu setia sampai bisa tertangkap berdua dan difoto entah oleh siapa.     

Pangeran Barry bersusah payah mencari seseorang yang bisa Ia ajak bekerja sama untuk bisa mengambil foto - foto Perdana Menteri Salman dan Ratu Sabrina untuk menekan Nizam agar bisa menikahi adiknya itu. Ia juga ingin agar Alena menjadi tersingkir di sisi Nizam. Ketika Alena tersingkir Ia akan datang untuk menyelamatkannya tetapi sialnya malah adiknya itu sudah mendahuluinya mendekati Alena.     

Pangeran Barry mengepalkan kedua tangannya. Sungguh tidak berakhlak Pangeran Abbash. Dia menolak semua putri yang diberikan ibunya dengan dalih mencintai Lila tetapi nyatanya Ia masih tergila - gila dengan Alena. Jangan harap kali ini Ia akan tinggal diam. Sampai kapanpun Alena harus jadi miliknya. Wanita itu akan membuat siapapun yang menikahinya menjadi Raja besar dan paling berpengaruh di negara Aliansi.      

Tetapi kemudian Pangeran Barry mencoba akan memanfaatkan kejadian ini untuk semakin menekan Nizam. Harapannya Nizam akan menikahi adiknya dan melepaskan Alena.      

"Apa ada seseorang yang mengirimkan foto adikku dengan istrimu? Ah Yang Mulia Pangeran Nizam ternyata tidak hanya istriku yang terjerat oleh adikku ternyata istrimu juga? Menurutku lepaskan saja Putri Alenamu itu dan segera nikahi adikku. Bukankah Adikku tidak kalah cantik denan Putri Alena" Kata Pangeran Barry.      

Mulut Nizam terkatup rapat. Ia memegang handphonenya dengan erat.     

"Kau jangan bermimpi terlalu jauh, sampai kapanpun Aku tidak akan menikahi adikmu dan melepaskan Alena " Kata Nizam dengan gemetar karena amarahnya yang sudah hampir tidak dapat Ia tahan.     

"Baiklah.. Aku tidak masalah jika kau tidak menikahi adikku tapi Aku akan segera mengirimkan foto - foto ibumu dan calon ayah tirimu itu kepada Ayahandamu dan Aku yakin Ayahandamu itu akan langsung terkena serangan jantung" Kata Pangeran Barry sambil terkehkeh senang membayangkan bagaimana murkanya Nizam.     

"Kau akan menderita karena menyebarkan berita bohong" Kata Nizam sambil mencoba mengelak.     

"Berita bohong? Berita bohong yang mana Yang Mulia? Kau ini terlalu naif sebagai seorang anak, Ah..tidak - tidak. Kau bukan terlalu naif tetapi kau tidak ingin mengakui kalau ibumu itu ada afair dengan mertuamu.     

Sungguh ini sangat biasa terjadi, ketika suami sakit dan istri menjalin cinta dengan orang kepercayaan suaminya itu. Sungguh luar biasa indahnya bukan? Kisah cinta perdana menteri dan Sang Ratu" Kata Pangeran Barry semakin menjadi - jadi.     

"Mulutmu sungguh Kotor! " Kata Nizam dengan suara keras.     

"Sekarang kau tinggal pilih, Kau hendak menikahi adikku atau menyelamatkan ayahmu?" Pangeran Barry. Senyum Pangeran Barry begitu manis menghiasi wajahnya yang tampan. Tidak sia - sia Ia mengeluarkan uang banyak untuk menjalankan misinya dan Ia bersyukur mata - mata yang Ia simpan di Azura berhasil menjalankan misinya.      

"Ayahku tidak akan pernah mempercayai foto - foto itu.  Karena foto - foto itu hanyalah rekayasa" Kata Nizam lagi.     

"Rekayasa? Rekayasa dibagian mana? Kau datangkan saja semua ahli forensik foto digital, apakah foto ini asli atau rekayasa? Lagi pula ini bukanlah hal yang pertama kali seorang ratu berselingkuh apalagi untuk ratu sekuat Ibundamu itu. Ayahmu tentu tidak dapat melayani kekuatan ibundamu sehingga Ia mencari kepua... Brak !!" Pangeran Barry tidak dapat melanjutkan perkataannya karena suara keras ditelinganya dan hubungan pembicaraan yang tiba - tiba terputus.     

Pangeran Barry sudah menduga kalau handphone Nizam tentu dibanting oleh pemiliknya sendiri. Ia lalu menutup handphonenya dan berkata dengan penuh ketenangan,     

"Saatnya kau merasakan bahwa hidup itu sangat sulit. Selama ini kau selalu menjadi orang yang tidak terkalahkan. Kau dapat mengatasi semua permasalahanmu. Tapi kali ini Aku yakin kau akan menikahi adikku. Kau tidak akan membiarkan ayahmu mati. Setidaknya dengan menikahi adikku kau masih memiliki harapan untuk dapat mempertahankan nyawa ayahmu. Bahkan kau tidak tahu kalau ayahmu diracun orang selama bertahun - tahun.     

Kau sibuk terus kuliah di Amerika dan tinggal di Indonesia, Kau mengabaikan Ayahandamu sendiri, Kau dimanfaatkan oleh ayah mertuamu. Kau memang pangeran yang bodoh" Kata Pangeran Barry sambil mengusap pipinya.     

***     

Pangeran Thalal terkejut melihat Nizam benar - benar membanting handphone itu. Apalagi Ia segera berjalan keluar dan hendak meninggalkan Pangeran Thalal.     

"Kakak! Ada apa? Kau mau kemana?" Pangeran Thalal mengejar Nizam tetapi Nizam kemudian berbalik.     

"Kau tunggui Ayahanda, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam kamarnya kecuali ibundamu dan asisten Ayahanda. Jangan biarkan satu pelayanpun masuk ke dalamnya" Kata Nizam kepada adiknya.     

"Bagaimana dengan Perdana menteri dan Ibunda Ratu Sabrina" Kata Pangeran Thalal dengan sedikit ketakutan.     

"Kau tidak mendengar apa perkataanku tadi? Yang boleh masuk hanya Ibundamu, Asisten dan dirimu. Selain itu dilarang masuk" Kata Nizam mendelik kesal karena Pangeran Thalal tampak tidak mengerti.     

"Tapi bagaimana mungkin Aku melarang ibundamu untuk masuk ke dalam kamar Ayahanda kita?" Kata Pangeran Thalal kebingungan. Nizam lalu berbalik dan menekanakna ujung jarinya ke dada Pangeran Thalal.     

"Kau cukup mengatakan kalau Ayahanda sangat tidak sehat dan membutuhkan ketenangan"     

"Itu alasan yang konyol. Ratu Sabrina pasti akan menamparku habis - habisan." Kata Pangeran Thalal sambil meringis. Ia membayangkan bagaimana marahnya Ratu Sabrina jika dilarang olehnya untuk menemui suaminya sendiri.     

"Kalau begitu bilang saja Aku yang melarang Ibunda Ratu Sabrina untuk masuk ke dalam kamar. Jika dia bertanya lagi maka suruh berbicara kepadaku! Aku harap ini sudah jelas" Kata Nizam disambut dengan anggukan kecil kepala Pangeran Thalal.     

Sesungguhnya Pangeran Thalal masih ragu karena Ini seperti berada di depan mulut harimau dan buaya sekaligus. Jika Ia lolos dari Harimau maka Ia akan masuk ke dalam mulut buaya dan jika Ia lolos dari mulut buaya maka Ia akan masuk ke dalam mulut harimau.     

Jika Ia menjalankan perintah Nizam maka Ia akan kena hajar Ratu Sabrina dan jika Ia tidak menuruti perintah Nizam maka Ia akan kena hajar Nizam. Dan Nizam yang tahu apa isi hati Pangeran Thalal segera berkata,     

"Kau ingat kalau Ibuku saat ini tidak bisa dipercaya, kau harus lebih memperhatikan nyawa ayahanda dibandingkan dengan nyawa kita sendiri" Kata Nizam langsung membuat Pangeran Thalal menganggukan kepalanya.     

"Pergillah kakak, Aku akan menuruti perkataanmu" Kata Pangeran Thalal dengan ikhlas. Apa yang dikatakan kakaknya adalah benar. Saat ini memang Ratu Sabrina sangat tidak bisa dipercaya. Dan Nizam kelihatannya sudah percaya bahwa ibunya dapat mencelakai ayah mereka. Jika tidak, tidak mungkin Nizam sampai melarang Ratu Sabrina masuk ke dalam istana suaminya sendiri.     

Nizam menepuk bahu adiknya sendiri, "Aku sedang mengalami masalah yang sangat berat. Aku harus meluruskan dulu permasalahan Alena. Siapa sebenarnya yang ada dibalik foto Alena dan Pangeran Abbash" Kata Nizam sambil kemudian berjalan kembali.     

Pangeran Thalal menatap punggung kakaknya dengan penuh rasa iba, sungguh berat cobaan yang diterima Nizam saat ini. Dan Pangeran Thalal berjanji akan selalu berada di sisi kakaknya untuk membantunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.