CINTA SEORANG PANGERAN

Kemarahan Ratu Sabrina



Kemarahan Ratu Sabrina

0"Bukan seperti itu. Kau sama saja dengan mereka. Kau sangat keji menuduhku. Aku memang mencintai Alena tetapi Aku sudah menikahi Lila dan Aku tidak ingin merusak Alena. Kebahagiaan dia lebih dari segala macam cintaku yang tidak penting untuknya" Kata Pangeran Abbash dengan wajah memerah. Sesaat Cynthia malah terpesona melihat wajah Pangeran Abbash yang merona merah. Mengapa Ia jadi ingin menciumnya dengan gemas. Lucunya Pangeran Abbash seperti lucunya para bayi dengan pipi mulusnya.     
0

Melihat Cynthia yang menatapnya dengan tidak berkedip, Pangeran Abbash berhenti mengomelinya. Ia mengernyitkan keningnya tetapi mata Cynthia tetap tidak berkedip. Rona merah di kedua pipi Pangeran Abbash seperti lembaran kelompak mawar. Ia tidak menginginkan Pangeran Abbash sebagai wanita terhadap laki - laki tetapi dimatanya memang ketampanan Pangeran Abbash seperti sebuah lukisan yang hanya indah ditatap tetapi tidak mungkin disentuh apalagi dimiliki.     

"Kamu sangat tampan sekali. Wajahmu itu benar - benar tipe idaman para pencinta drama Korea atau drama Cina" Kata Cynthia tanpa sadar. Pangeran Abbash jadi tertawa geli.     

"Aku bukanlah apa - apa dibandingkan dengan Pangeran Nizam. Kau tahu, mengapa Kakakku  begitu membenci Pangeran Nizam? Itu karena Karisma Pangeran Nizam tidak ada yang menandingi sampai saat ini. Apalagi dia sekarang menikahi putri yang ada diramalan berabad yang lampau."     

"Apa kau benar - benar tidak ingin ikut merebut Alena dari Nizam?" Cynthia masih tampak tidak percaya. Berkaca kepada Edward yang menyembunyikan perasaannya kepada Alena walaupun sudah menikahi Lila. Pangeran Abbash menggelengkan kepalanya.     

"Aku harus bagaimana meyakinkan Kau dan Pangeran Nizam, kalau Aku hanya akan menjaga dan melindungi Alena. Termasuk membantu menemukan kalungnya" Kata Pangeran Abbash jadi sewot.     

"kalau begitu bantu Aku untuk menemukannya"     

"Aku tidak bisa melakukannya tanpa Putri Alena. Harus ada pemiliknya, baru Aku bisa menelusurinya. Kalian tidak akan mengerti. Bukan berarti karena Aku bisa ilmu ghaib maka Aku bisa melakukan segalanya" Kata Pangeran Abbash sambil menggelengkan kepalanya. Cynthia menghela nafasnya.     

"Kasihan Alena, pasti sebentar lagi akan ada masalah besar" Kata Cynthia sambil menundukkan kepalanya. Pangeran Abbash berdiri menyender di tiang koridor. Dia juga sama resahnya dengan Cynthia.     

***     

Ratu Sabrina melotot mendengar berita kehilangan kalung Alena dan gosip - gosip yang beredar dilebih - lebihkan. Bahkan gosip yang paling mengerikan adalah kalau perselingkuhan antara Alena dan Pangeran Abbash sudah dimulai sejak di Amerika. Bukankah waktu itu sampai ada tuduhan kalau Alena dan Pangeran Abbash sudah berhubungan lama. Tetapi Nizam dapat menepis tuduhan itu melalui konfrensi pers. Sekarang berita perselingkuhan mereka kembali menyebar.     

Ratu Sabrina mencekal tangan pelayan yang sedang menyisirnya. Ia melirik tajam kepada pelayan yang membawa berita itu.     

"Kau bilang kalung dari Ratu Zakila hilang? Menantuku menghilangkannya? Kau tahu bagaimana kami para istri dari Raja Walid begitu mendambakan kalung itu? Kalung itu tanda cinta raja untuk permaisurinya. Tetapi Ratu Zakila tidak memberikan kalung itu kepada Raja Walid tetapi malah memberikannya langsung kepada Nizam padahal anakku waktu itu belum menikah.     

Sudah jelas mertuaku itu tidak ingin kalung itu ku miliki karena Ia yakin kalau Ratu Zakila memberikan kalung itu  kepada Raja Walid maka Raja Walid akan memberikan kalung itu kepadaku.      

Kalian tahu bagaimana Aku dijadikan bahan olok -olokkan di dalam Harem. Mereka bergosip di belakangku kalau Ratu Zakila tahu cintaku kepada Raja Walid tidak tulus.     

Kalian dapat membayangkan bagaimana sakit hatiku ini. Tetapi Aku mencoba menerimakan semua ini karena kalung itu milik anakku. Seandainya kalung itu diberikan kepada pangeran yang lain maka Aku pasti akan merebutnya.     

Sekarang kalung itu hilang. Hilang karena diberikan kepada pria selingkuhan menantuku. Ini sangat luar biasa. Ini akan mencoreng nama kerajaan. Benarkan Latifa?" Kata Ratu Sabrina kepada Latifa asistennya. Latifa hanya menganggukan kepalanya dengan lemah.     

Bagaimana mungkin Ratu Sabrina berkata demikian kalau dia sendiri telah mencoreng nama kerajaan.      

Ratu Sabrina malah mengerutkan keningnya melihat Latifa tampak tidak bersemangat. Tetapi kemudian mukanya berubah setelah Ia sadar tentang apa yang dipikirkan oleh Latifa. Ratu Sabrina kemudia melambaikan tangannya dan meminta semua pelayan meninggalkan kamarnya. Ia ingin berbicara secara pribadi dengan asistennya itu.     

"Kau tampak diam saja. Apakah kau berpikir kalau apa yang dilakukan menantuku itu adalah cerminan dari perbuatanku?" Kata Ratu Sabrina sambil memajukan mulutnya dengan kesal. Latifa menundukkan kepalanya dan berkata dengan lemah,     

"Hamba tidak pernah berkata demikian. Yang Mulia lebih mengetahui apa yang hamba tidak ketahui" Kata Latifa dengan wajah murung.     

"Aku tidak suka dengan wajah murungmu itu! Apakah kau sudah tidak setia lagi padaku?" Kata Ratus Sabrina menatap Latifa dengan tajam.     

"Yang Mulia, hamba tidak pernah sedikitpun akan mengkhinati Yang Mulia tetapi, Hamba hanya takut kalau Yang Mulia akan terpeleset ke dalam jurang" Kata Latifa.     

"Beraninya kau menyumpahiku" Ratu Sabrina seketika berdiri. Tubuhnya begitu ideal dan ramping untuk wanita seusia dia. Sungguh Raut Sabrina adalah wanita yang paling cantik di Azura setelah Putri Rheina. Sehingga tidak heran kalau Raja Walid sangat mencintai Ratu Sabrina.     

Latifa segera berlutut dan berkata, "Jika diizinkan Hamba lebih baik mengundurkan diri. Izinkan Hamba pulang ke kampung halaman Hamba" Kata Latifa.     

"Maksudmu kau akan pulang lalu kau dapat dimanfaatkan oleh orang - orang untuk mengkhianati? Kau jangan bermimpi! Aku lebih suka kau pulang tanpa nyawa daripada melepaskanmu" Kata Ratu Sabrina sambil mengangkat bahunya.      

"Hamba tahu" Latifa terdiam dengan wajah resah.     

"Bangunlah! Dan jangan bicara omong kosong lagi denganku. Saat ini Aku sedang sangat kesal. Menantuku itu berani benar mengkhianati anakku. Kau tentu tahu kalau anakku lebih baik seribu kali dari ayahnya. Ia tidak pantas di khianati.     

Tetapi Aku tidak bisa mengambil tindakan untuk menyelidiki ini sebelum Aku tahu reaksi dari anakku seperti apa? Aku harap ini hanya berita bohong saja. Berita yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab" Kata Ratu Sabrina.     

Latifa segera berdiri dan menghela nafasnya, "Hamba sendiri tidak percaya Yang Mulia Putri Alena mengkhinati Yang Mulia Pangeran Nizam. Putri Alena sangat mencintai Pangeran Nizam. Jadi semoga berita bohong ini akan segera hilang"     

"Hilang? Kau pikir setiap berita buruk yang menyebar di Azura akan hilang tanpa ada penyelesaian? Mau ditaruh dimana muka kami kalau ada berita buruk yang hilang begitu saja. Kau tahu benar kalau pembunuhan dari Putri Kumari saja belum diselesaikan. Untungnya PangernanHusen ada di sana dan seakan menjadi pengganti hilangnya putri Kumari. Kalau tidak maka peperangan di antara  dua kerajaan akan terjadi"     

"Jadi bagaimana rencana Yang Mulia? Hamba yakin kalau kali ini Yang Mulia tidak bisa menyentuh Putri Alena karena Pangeran Nizam sudah mengetahui perbuatan Yang Mulia" Kata Latifa.     

"Inilah sebabnya Aku harus berpikir keras. Anakku masih menerka - nerka tentang perbuatannku dan jika Aku diam maka hanya akan memberitahukannya kalau Aku sudah membenarkan praduganya jadi sebaiknya Aku segera menemuinya"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.