CINTA SEORANG PANGERAN

Bantu Aku Menemukan Kalung itu



Bantu Aku Menemukan Kalung itu

0Alena menghela nafasnya, "Apakah itu artinya Nizam harus menikahi adikmu dengan resmi?" Kata Alena kepada Pangeran Abbash.     
0

"Aku tidak ingin mengatakan ini tetapi Aku juga tidak ingin mendustaimu. Adikku telah dimanfaatkan oleh Kakakku. Dia mendukung Adikku untuk dinikahi oleh Pangeran Nizam padahal Kakakku seharusnya tahu. Menikahi suamimu berarti kehancuran untuk hidup adikku. Bagaimana mungkin hidupnya akan bahagia jika dia tidak memiliki  cinta suaminya.     

Dan kau seharusnya tahu bagaimana kerasnya hati suamimu itu. Dia mungkin lebih memilih mati daripada harus menduakan cintamu" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum miris.     

"Nizam terlalu keras kepala untuk itu. Dulu Aku sangat senang dengan prinsipnya itu tetapi sekarang Aku merasa sangat bersalah kepada Dia. Mungkin seharusnya dia lebih membuka hatinya"     

"Apakah kau ingin Pangeran Nizam menduakan cintanya?" Kata Pangeran Abbash terkejut.     

"Tidak.. bukan itu maksudnya" Alena jadi bingung dengan keinginannya. Di satu sisi, Alena tidak ingin menjadi beban bagi Nizam tetapi di sisi yang lain Ia sama sekali tidak ingin Nizam menduakan cintanya.     

"Aku mengerti Alena, Aku tahu hidupmu begitu berat. Aku akan mencoba menemui Kakakku untuk bernegosiasi tentang masalah ini tetapi Aku tidak menjanjikan akan berhasil" Kata Pangeran Abbash dengan bersungguh - sungguh, tetapi Alena malah menggelengkan kepalanya.     

"Tidak! Jangan! Aku takut kau akan celaka jika menemui Kakakmu. Aku tidak akan memaafkan dirimu jika kau celaka gara - gara Aku" Kata Alena dengan lemah. Pangeran Abbash malah tersenyum manis.     

"Aku senang dengan perhatianmu. Alena, andaikan saja kita bertemu sebelum kau menikah" Kata Pangeran Abbash berandai - andai. Andaikan saja Ia bertemu Alena sebelum Alena menikah maka Ia akan berjuang mati - matian untuk mendapatkan Alena bila perlu dengan kekerasan. Tetapi saat ini tidak mungkin, Alena sudah menjadi miliki Nizam dan Ia tidak ingin memaksa Alena untuk menyukainya. Ia menghormati dan mencintai Alena.     

"Tidak baik berkata seperti ini di saat kau sudah menikah, Perkataanmu seakan - akan mengatakan kalau kau tidak mencintai Lila'     

"Tidak! Jangan mengatakan itu. Aku mencintai Lila dengan sisi yang berbeda. Aku mencintai Lila dan akan hidup bersamanya hingga maut memisahkan kita. Karena kau memang tidak mungkin Aku miliki. Aku adalah orang yang realistis" Pangeran Abbash tertawa. Alena cemberut,     

"Kau memang terkadang menyebalkan. Sana pulang saja!" Kata Alena sambil melangkahkan kaki hendak meninggalkan Pangeran Abbash tetapi  kaki Pangeran Abbash di angkat dan memblok langkah Alena.     

"Aku masih penasaran tentang foto kita berdua. Sebenarnya foto bagaimana? Dan mengapa Foto itu sudah membuat masalah" Kata Pangeran Abbash.     

"Aku sendiri tidak tahu foto itu yang pasti kalungku hilang. dan katanya kalung itu diberikan kepadamu sebagai tanda bukti cintaku" kata Alena kepada pangeran Abbash. Pangeran Abbash malah tertawa terbahak - bahak  mendengar cerita itu. Ia malah tampak senang dengan cerita Alena.     

"Kalungmu? Kalung yang mana? Bagaimana bisa hilang?" Pangeran Abbash bertubi - tubi bertanya kepada Alena.     

"Aku mengenakan kalung yang begitu berharga tadi pagi" Kata Alena hendak memulai ceritanya     

"Tapi mengapa kau mengenakan kalung berhargamu? Jangan katakan karena ingin terlihat cantik olehku" Pangeran Abbash jadi mengerlingkan matanya dengan genit kepada Alena membuat Alena langsung memukul bahu Pangeran Abbash tanpa sadar.      

"Kau benar - benar menyebalkan. Kalau kau terus menerus bercanda maka Aku akan pergi saja. Lagipula kamu sok kecakepan, bagaimana mungkin Aku mengenakan kalung itu untukmu. Aku mengenakannya karena ingin mengenakan saja tidak ada hubungannya denganmu" Alena berbohong.     

Sudah jelas - jelas kalung itu memang sangat cantik sehingga Ia ingin terlihat secantik kalung itu ketika bertemu Pangeran Abbash tetapi Ia tentu saja menyangkal itu. Bahkan Alena diam - diam berpikir kalau masalah ini terjadi karena dosanya kepada Nizam sudah berdandan untuk pria lain.     

Alena benar - benar mendapatkan pelajaran yang setimpal. Seandainya saja Ia tadi berdandan biasa - biasa saja. Masalah ini mungkin tidak akan terjadi. Walaupun Ia tidak mencintai Pangeran Abbash tetapi hanya mengaguminya saja.     

Melihat Alena marah, Pangeran Abbash segera mencegahnya. Apalagi Ia melihat Alena sudah akan melangkahkan kakinya lagi. Pangeran Abbash sangat penasaran mendengarkan cerita Alena apalagi ini menyangkut tentang dirinya juga. Ia sudah gagal meyakinkan Putri Mira untuk pergi meninggakan Azura. Jadi untuk kali ini Ia berharap dapat membantu Alena memecahkan masalahnya. Jika ia meinggalkan Azura dengan banyak masalah maka Ia tidak dapat pulang dengan tenang.     

"Jangan.. jangan. Aku akan diam. Teruskan ceritamu, siapa tahu Aku dapat menemukan jalan pemecahannya." Pangeran Abbash berkata dengan penuh harap. Wajahnya yang tampan itu sekarang tampak memelas karena takut Alena meninggalkan dirinya tanpa bercerita tentang kalung itu.     

"Kalau begitu tutup mulutmu" Kata Alena kepada Pangeran Abbash dan itu membuat Pangeran Abbash langsung mengunci mulutnya. Ia menjadi penasaran dengan cerita Alena tentang kalung itu. Ia bahkan membuat gerakan mengunci mulutnya mengggunakan tangannya yang lentik. Alena jadi tersenyum melihat tingkah Pangeran Abbash yang kocak. Ia lalu bercerita kepada Pangeran Abbash tentang kalung itu.     

"Nah begitulah ceritanya. Apakah kau melihat kalung yang kupakai? Siapa tahu terjatuh dan kau menemukannya" Kata Alena  bertanya kepada Pangeran Abbash. Pangeran Abbash jadi berpikir dengan keras dan mencoba mengingat - ngingat kalung yang Alena pakai tetapi Pangeran Abbash sama sekali tidak mengingatnya.     

Sungguh, Pangeran Abbash tidak perduli yang Alena pakai karena wajah cantik Alena sudah sangat membutakan matanya. Untuk apa pula Ia memperhatikan kalung yang Alena pakai kalau wajah cantik Alena jauh seribu kali lebih cantik dan menarik dibandingkan dengan perhiasan yang Alena kenakan. Di matanya Alena hanya mengenakan karung bekas beras saja sudah terlihat sangat cantik.     

Pangeran Abbash mengerutkan keningnya, "Aku tidak tahu kalung itu hilang dimana? dan mengapa bisa hilang. Aku mungkin bisa menelusuri dimana kalung itu berada" Kata Pangeran Abbash. Mata Alena terbelalak, Ia baru ingat kalau Pangeran Abbash memiliki ilmu ghaib.     

Wajah Alena langsung berseri - seri. Ia sangat senang dengan perkataan Pangeran Abbash. Ia jadi ada harapan untuk dapat menemukan kalung itu.     

Alena jadi sangat bersemangat, "Bantu Aku menemukan kalung itu. Karena hanya dengan menemukan kalung itu maka Aku dapat selamat dari fitnah ini" Kata Alena dengan penuh harap.     

"Tentu saja. Apapun akan aku lakukan untuk menyelamatkanmu. Tetapi Aku butuh tempat yang tenang untuk mencarinya" Kata Pangeran Abbash. Untuk meminta alam ghaib menemukan kalung itu, pangeran Abbash perlu tempat untuk bermeditasi sehingga Ia butuh tempat yang tenang. Ia akan berusaha keras untuk menemukan kalung Alena.     

"Ayo kita pergi ke satu tempat yang tenang. Aku ingin kalung itu segera ku temukan. Dan Aku bersumpah tidak akan memakainya lagi. " Kata Alena sambil melonjak - lonjak dengan senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.