CINTA SEORANG PANGERAN

Kamar 307



Kamar 307

0Setelah Amar memastikan keamanannya maka Ia lalu meloncat tepat diatas kepala orang yang ada didepannya. Sebelum orang itu bergerak, Kaki Amar sudah memiting leher orang itu dan membunuhnya dalam sekali gerakan. Ia terpaksa membunuhnya karena Ia tidak memiliki pilihan lain. Tubuh Amar langsung terjatuh ke bawah begitu tubuh orang yang memunggunya terjatuh karena lehernya terkena pitingan kaki Amar. Temannya sangat terkejut tetapi lagi - lagi Ia kalah cepat dengan gerakan Amar. Amar yang terjatuh segera meloncat berdiri dan menarik tangan yang sudah siap menarik senjatanya.      
0

Amar menarik tangan orang yang akan menembaknya lalu membalik tubuh orang itu sehingga Ia terkena cekikan tangan Amar yang menguncinya dari belakang. Ia tidak bisa bergerak ketika Amar sudah merebut pistolnya. Dan pistolnya itu langsugn ditodongkan oleh Amar ke pelipisnya.     

"Kalau berteriak maka kau akan mati" Bisik Amar di telinga orang itu sambil tetap mencekik leher orang itu melalui lengannya. Orang itu mengangkat kedua tangannya dan berkata dengan suara parau. "A.. aku tidak berani membantah. Aku menyerah. Tolong ampuni nyawaku" Kata sambil melirik ke arah temannya yang sudah mati  lemas karena lehernya dipelintir oleh kaki Amar.     

"Mengapa hotel kecil ini memiliki banyak pengawal? Apa ada seseorang yang kalian sembunyikan di dalam hotel itu?" Kata Amar sambil terus menekankan moncong pistolnya ke pelipis orang itu. Dinginnya moncong senjata yang menempel di pelipisnya membuat orang itu jadi semakin gemetar. Dia tahu betul siapa yang ada dibelakangnya. Dari wajahnya dia tahu kalau orang yang mencekiknya adalah Amar. Bukankah mereka sedang menjaga salah satu kaki tangan Nizam. Jadi siapa lagi yang begitu cepat mengetahui hilangnya Maya kalau bukan salah satu dari mereka juga. Apalagi orang - orang itu mendengar kalau Maya akan segera menikah dengan Amar.     

Tetapi orang itu juga tidak mau  mengakui dengan cepat. Dia masih ingin mengulur waktu sambil menunggu siapa tahu ada pertolongan datang. Ia juga seperti memakan buah simalakama. Kalau Ia memberitahukan Amar maka Ia akan dibunuh oleh orang yang menyuruhnya berjaga sedangkan jika Ia tidak memberitahukan Amar maka Ia akan dibunuh oleh Amar.      

Jadi Ia lalu berkata terbata - bata, " Me..mangnya ada siapa di dalam? Ini adalah hotel pasti ada beberapa tamu yang menginap." Kata orang itu terbata - bata. Tetapi Amar jadi sangat kesal karena orang itu mencoba membodohinya maka Ia lalu menekan otot bicara di mulut orang itu sehingga Ia tidak bisa bicara. kemudian Ia mengarahkan senjatanya ke kaki setelah memasang peredam suara pada pistol itu. Orang itu melotot ketika Amar menarik pelatuknya.     

Peluru langsung meluncur dan menembus sepatu yang dipakainya hingga ke jempol kakinya. Darah langsung merembes keluar. Orang itu berteriak sambil melotot tetapi suaranya tidak keluar. Amar benar - benar berdarah dingin. Ternyata Ia tidak ada bedanya dengan Arani. Amar lalu berbisik lagi.     

Ada lima jari di dalam sepatu kiri dan lima lagi di sepatu kanan maka Aku akan menembaknya satu persatu  sampai sepuluh jari kakimu habis. Kau lihat, walaupun kau memakai sepatu tetapi Aku bisa menembak dengan tepat satu persatu.      

Kau ingat? Satu persatu sehingga kau akan mendapatkan kesakitan sepuluh kali lipat. Dan itu sangat sakit sekali. Aku akan membuka urat syaraf bicaramu tetapi jika kau berteriak. Aku bersumpah akan membunuhmu langsung" Kata Amar kepada orang itu. Orang itu langsung menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak ingin main - main lagi.     

Amar tidak bisa dibodohi dengan mudah dan Ia ternyata sangat kejam. Jempol kakinya sekarang sudah hancur dan itu sangat menyakitkan. Darah mengalir tanpa henti dan Ia juga pasti akan lemas kehabisan darah jika tidak segera ditangani. Dan ketika Ia merasakan dapat bersuara lagi maka Ia segera merintih perlahan untuk menyuarakan rasa kesakitannya.     

"Ini sangat sakit"     

"Siapa yang ada di dalam?" Kata  Amar lagi     

"Ma... Ma.. ya. Nona Maya" Kata orang itu sambil meringis.     

Amar langsung sangat berterimakasih kepada orang yang sudah mengorbankan nyawanya untuk memberitahukan posisi Maya kepadanya. Amar tahu begitu orang itu menyebutkan tentang Maya maka tidak ada kesempatan baginya untuk hidup lagi. Orang itu pasti akan membunuhnya.     

"Dia ada diruangan mana? Berikan titik ruangannya. " Kata Amar lagi. Kali ini orang itu tidak menjawab. Ia terdiam sambil meringis. Ia benar - benar merasa frustasi. Tetapi seperti dugaan Amar, Ia tidak memiliki kesempatan untuk hidup lagi. Ia sudah menghianati perintah tuannya maka hanya nyawa yang bisa membayarnya. Setidaknya jika Ia mati di tangan tuannya mungkin Ia tidak  akan tersiksa dari pada Ia berada di tangan Amar. Amar akan benar - benar menyiksanya sampai Ia dapat menemukan tunangannya.     

Orang itu tahu dari tuannya kalau Maya adalah calon istri dari Amar. dan dugaan kalau Amar akan mencarinya adalah benar. tetapi orang itu juga tidak mengerti mengapa tuannya harus menangkap Maya dan untuk apa? Kemudian mengapa tuannya juga tidak membunuh Maya langsung tetapi malah menyimpannya di salah satu kamar.     

Wanita itu bahkan sangat bermulut tajam dan mengomel tiada henti hingga mulutnya harus dilakban. Ia juga tidak pernah bertemu dengan orang yang menyuruh tuannya untuk menjaga Maya. Semua ini sangat misterius.      

"Mengapa Kau diam saja? Cepat katakan. Maya ada dimana?" Kata Amar mulai gusar karena orang itu tetap terdiam. Hingga Akhirnya orang itu berkata,     

"Dia ada di kamar 307, di jaga oleh banyak penjaga" Orang itu akhirnya berkata. Ia tahu pasti Maya ada dimana karena Ia pernah kena giliran untuk berjaga di depan kamar Maya.     

"Tapi, siapa yang menahannya? Dan untuk apa? Siapa yang telah  menyuruhmu?" Amar kembali menggali informasi dari orang itu.     

"Aku bersumpah tidak tahu. Tolong jangan bunuh Aku. Aku hanya melaksanakan tugas saja. Aku disuruh tuanku dan Tuanku disuruh lagi. Nah yang menyuruhnya itu Aku tidak tahu tetapi aku pastikan dia orang yang sangat penting dan berpengaruh" Kata Orang itu sambil memelas.     

Amar kemudian mengendurkan cekikan lengannya di leher orang itu agar dia dapat bernafas dengan sedikit lega.      

"Apakah mungkin orang itu dari pihak kerajaan? Apakah dia kaki tangan Perdana Mentri Salman atau bagaimana? Kalau benar dia tetapi untuk apa menangkap Maya. Maya ini hanya asisten Alena yang tidak terlalu berpengaruh. Kalau mereka menyandera Arani atau Cynthia atau bahkan Alena sendiri baru masuk di akal.     

Tetapi kemudian Amar tidak mau berpikir panjang lagi. Maya menunggunya untuk di bebaskan maka Ia segera menotok orang itu hingga orang itu jatuh lemas. Amar kemudian berkata kepada orang itu yang  masih mendengar tetapi badannya benar - benar lemas. Amar kemudian berkata,     

"Aku tidak membunuhmu dan menganggap kau sangat koperatif. Sekarang badannya sangat lemas, berharap saja orang - orang akan menganggapmu sudah mati. totokanku juga akan membuat luka di kakimu berhenti pendarahannya. Kau akan bebas setetalh beberapa jam. Aku harap kau bisa membebaskan dirimu sendiri dari kejaran tuanmu karena sudah mengkhinatinya" Kata Amar sambil segera melangkah pergi dengan mengendap - ngendap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.