CINTA SEORANG PANGERAN

Lapar



Lapar

0Maya kemudian merasakan perutnya penuh, Ia bernafas dengan lega. Kesadarannya mulai pulih. "Terima kasih sudah menyelamatkanku" Kata Maya sambil berdiri hendak membereskan bekas makanannya. Amar segera mencegahnya,     
0

"Jangan! Biarkan Aku yang membereskan. Kau bersihkan saja tubuhmu dan ganti pakaianmu. Aku memiliki kaos dan celana training yang pasti sangat nyaman dibandingkan dengan gaun yang kau pakai" Kata Amar sambil menunjuk kepada gaun Maya.     

Maya lalu menatap gaun kuning kehijaun yang Ia pakai untuk menyambut kehadiran Pangeran Abbash. Ia sangat menyukai Pangeran Abbash dan ingin tampil sangat cantik di depan Pangeran itu. Ia sengaja memesan gaun ke penjahit terkenal di Azura jauh sebelum pesta di mulai. Ia juga sengaja mengenakan perhiasan peninggalan ibunya. Sebuah kalung Mutiara dan kalung itu entah kemana. Maya mengusap lehernya ketika menyadari kalung itu hilang.     

Tapi walaupun Ia sangat bersedih kalungnya hilang, Maya tetapi merasa beruntung karena dapat selamat. Ia sangat yakin jika Amar tidak menolongnya mungkin mungkin sebentar lagi Ia akan dibunuh mereka.     

"Gaun ini Aku pakai untuk menyambut Pangeran Abbash" Bisik Maya dengan pelan dan hampir tidak terdengar. Amar menganggukan kepalanya dengan maklum. Ia bukannya tidak cemburu tetapi cemburu kepada pria itu sama saja buang - buang waktu. Karena bukan hanya Maya yang berdandan habis - habisan untuk Pangeran itu. Cynthia saja yang otaknya paling waras sama saja ingin tampil cantik dan Ia merias wajahnya bersaing dengan Alena.     

"Maapkan Aku, Amar" Kata Maya lagi. Amar menggelengkan kepalanya dan menjawab.     

"Aku tahu itu. Tidak apa - apa. Aku memintamu mengganti pakaiannya karena pakaiannya sudah kotor" Kata Amar.     

Maya menganggukan kepalanya dan kemudian Ia baru sadar kalau pakaiannya memang sangat kotor dan ada robekan di beberapa tempat.     

"Kau pasti jijik melihatku sekarang. Aku sangat kotor dan bau" Kata Maya sambil mengusapkan tangannya ke gaun itu dengan sedih.     

"Tidak apa - apa. Di mataku kau tetap sangat cantik"     

"Terima kasih. Tapi sayangnya Pangeran Abbash belum melihat wajahku" Kata Maya sambil tertunduk. Ia sangat ingin melihat Pangeran Abbash tetapi ketika Ia sudah bersiap untuk bertemu dengannya. Ia malah disandera orang. Mungkin ketakutan membuat otak Maya sedikit kacau. Ia malah berkeluh kesah karena tidak dapat bertemu dengan Pangeran Abbash.     

Untungnya Amar termasuk pria yang sangat sabar dan baik. Jadi ketika mendengar Maya mengeluh seperti itu, bukannya marah, Amar malah berkata dengan lembut.     

"Jangan kecewa, nanti setelah kau pulih. Aku akan belikan gaun yang sangat bagus dan akan ku bawa kau ke kerajaan Zamron untuk bertemu Pangeran Abbash. Mata Maya jadi berbinar mendengarnya.     

"Benarkah?" Kata Maya. Kali ini melihat mata Maya yang bersinar cerah ada perasaan sakit di hati Amar. Mungkinkah calon istrinya mencintai Pangeran Abbash? Apakah Maya ingin menikah dengan Pangeran Abbash.      

Amar menghela nafas, Ia mencoba berpiikir positif tentang hal ini. Ia bersyukur melihat Maya selamat tidak perduli gadis cantik ini akan mencintai siapa. Baginya kehilangan Maya karena menikah dengan orang lain masih bisa Ia terima daripada kehilangan Maya karena mati. Dan akan seribu kali leibh menyakitkan jika kematiannya disebabkan karena kegagalannya dalam menyelamatkan Maya seperti Zarina.     

"Aku sangat senang mendengarnya. Semoga Kau dapat menepati janjimu" Kata Maya sambil tersenyum dan membalikkan badannya untuk pergi ke kamar mandi. Tetapi kemudian langkahnya terhenti ketika Ia mendengar Amar berkata dengan nada pahit.     

"Apakah Kau begitu mencintai Pangeran Abbash? Apakah kau ingin menikah dengannya? Apakah kau ingin menjadi salah satu penghuni harem di Kerajaan Zamron?" Kata Amar dengan wajah murung.     

Maya terdiam lalu Ia menatap Amar. " Apakah Kau tahu ada berapa banyak orang yang mencintai Tom Cruise?" Tanya Maya membuat Amar mengerutkan keningnya karena aneh dengan pernyataan Maya.     

"Aku tidak tahu" Kata Amar dengan jujur.     

"Sebagai Aktor kelas dunia dan berwajah sangat tampan, ada banyak jutaan wanita yang mencintainya. Tetapi apakah mereka semua mencintainya karena ingin dinikahi? Tentu saja tidak. Para wanita itu hanya mengagumi dan menyanjungnya saja. Tahukah Kau? Kalau Aku hanya ingin menikah denganmu" Kata Maya membuat dada Amar jadi berdebar kencang.     

Selama ini Maya tidak pernah berbicara terus terang tentang perasaannya. Ia ingin menikah dengannya karena Maya memerlukan dirinya agar bisa pergi ke Jepang. Tetapi sekarang Maya jelas - jelas mengatakan kalau dia ingin menikah dengannya.     

"Aku sangat senang mendengarnya" Kata Amar dengan mata berkaca - kaca. Maya tersenyum sebelum kemudian Ia mandi berendam di dalam air hangat.     

***     

Nizam mengambil kalung itu dari tangan Arani, Ia lalu memeriksanya dengan teliti. Butiran berlian itu Ia raba perlahan sebelum kemudian Ia menganggukan kepalanya. Tidak sia - sia keluarga Tuan Faruk terkenal dengan keahliannya di dalam mendesain dan membuat perhiasan. Pekerjaannya sungguh sangat sempurna. Secara kasat mata, Nizam tidak melihat ada perbedaan sedikitpun antara kalung yang hilang dengan kalung yang dengan kalung yang ada di tangannya ini.     

Bukan hanya bentuk tetapi pencahayaannya juga hampir tidak ada bedanya. "Kau sangat mahir di dalam membuat perhiasan" Kata Nizam memuji Tuan Faruk. Tuan Faruk yang sedang berdiri dengan tubuh merendah langsung menganggukan kepalanya sambil berkata,     

"Yang Mulia terlalu berlebihan" Kata Tuan Faruk merendah.     

"Aku benar - benar sangat berterima kasih atas semua pertolonganmu. Tetapi Aku harap Arani sudah menjelaskan semua kepadamu." Kata Nizam dengan wajah dingin. Tuan Faruk tergagap.     

"Su.. sudah Yang Mulia, tetapi hanya garis besarnya saja" Kata Tuan Faruk sambil hati - hati.     

Nizam melirik ke arah Arani dan Arani balas meliriknya. Mereka sudah mengerti kalau Tuan Faruk ini sangat cerdas. Ia ingin mendengar langsung nasib dirinya dari mulut Nizam. Arani bukannya tidak menjelaskan tetapi kalau Tuan Faruk tidak mendengar dengan kepalanya sendiri tetang kesepakatannya dari Nizam maka nyawanya tetap merasa terancam.     

Sekarang saja, Tuan Faruk merasa dikelilingi oleh orang - orang yang ingin membunuhnya dengan sekali gerakan. Dan Nizam juga walaupun bukan orang yang pemurah tetapi Ia merasa kalau perbuatan Tuan Faruk di dalam membuat replika kalung itu sangat memuaskan Nizam. Jadi Ia tidak keberatan dengan pernyataan Tuan Faruk yang menuntut Ia untuk menjelaskan langsung kepada Tuan Faruk.     

"Yang Mulia.. hamba takut jika sesuatu akan terjadi kepada hamba" Kata Tuan Faruk dan Nizam menganggukan kepalanya.     

"Itu sudah pasti, kalung ini menjadi isu yang sangat panas di kerajaan Azura saat ini. Semua orang yang membicarakan tentang hilangnya kalung warisan kerajaan yang sangat berharga ini. Jadi sepanjang kita semua tutup mulut maka rahasia akan menjadi aman" Kata Nizam     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.