CINTA SEORANG PANGERAN

Apartemen Amar



Apartemen Amar

0Amar merasakan tubuh Maya gemetar. Ia juga mungkin merasakan ketakutan karena suasana yang mencekam. Amar kemudian menurunkan Maya dari bahunya, Ia juga membuka tali ikatan tangan Maya lalu melepaskan penutup mulut Maya. Beglitu Ia terbebas, Maya langsung memeluk Amar dengan penuh ketakutan. Mulutnya terasa kelu dan tidak mampu mengucapkan sepatah katapun. Rupanya Maya lebih takut hantu daripada orang - orang jahat itu.     
0

Amar jadi ingin tertawa melihat Maya yang menggigil ketakutan. Tidak bermaksud untuk berbuat tidak sopan tetapi Amar malah menikmati tubuh Maya yang melekat ke tubuhnya. Dada Maya menekan keras ke dadanya. Amar seperti mendapat rezeki tidak terduga walaupun dalam hatinya Ia merasa berdosa karena menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Kalau tidak dalam situasi ketakutan seperti ini mana mungkin Maya membiarkan tubuhnya disentuh seperti ini. Wanita galak bin judes ini pasti akan menghajar siapapun yang berani menyentuhnya.     

Tetapi Amar tidak bisa berlama - lama menikmati tubuh Maya yang menempel ke tubuhnya karena dinding itu masih belum terlihat. Para makhluk ghaib itu rupanya masih menyamarkan dinding itu sehingga Amar kemudian membaca ayat - ayat Al-Qur'an.     

Bagi dirinya yang sering berperang keluar masuk hutan, menjelajah padang pasir dan mengarungi lautan. Hal yang seperti ini sudah sering Ia jumpai. Sehingga kemudian dengan hati yang mantap dan memohon pertolongan kepada Alloh SWT. Amar berhasil menenangkan kemarahan makhluk - makhluk itu sehingga kabut yang menghalangi matanya mulai menghilang dan dinding itu kembali terlihat.      

"Amar memeluk pinggang Maya yang teramat ramping dan lembut itu, Ia lalu kembali menaikkan tubuh Maya ke atas bahunya lalu melangkah mundur sebelum kemudian berlari dan meloncati dinding sambil memanggul tubuh Maya. Maya berteriak kaget dan Ia lalu terdiam ketika Amar menyuruhnya diam karena dapat memancing para penjaga mengejar mereka.     

Setelah sampai di bawah. Amar masih tidak berani menurunkan Maya. Ia malah berlari masuk ke dalam hutan di depan hotel dan dengan sembunyi - sembunyi mendekati mobilnya yang terparkir. Untungnya Ia sudah membunuh sebagian besar orang - orang yang ada dihotel itu. Amar tahu kalau orang itu pasti meminta bantuan dan Amar harus segera pergi meninggalkan tempat ini secepatnya.     

Maya sama sekali tidak bersuara ketika diturunkan oleh Amar dan kemudian memasukannya kedalam mobil. Amar lalu memasangkan seatbelt di tubuh Maya. Wajah Maya yang lusuh, kuyu dan pucat serta rambut acak - acakkan sudah menunjukkan kalau Maya sedang dalam keadaan tertekan. Amar belum berani mengatakan apa - apa. Ia segera masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan sangat sepi dan Amar kemudian menuju apartemen miliknya yang ada di pusat kota Amanda.      

Amar belum berani pulang ke istana karena Ia tidak ingin orang - orang melihat kondisi Maya yang acak - acakkan. Ia juga berniat hendak menyembunyikan Maya dulu. Amar yakin kalau orang yang menculik Maya tentu ada kaitannya dengan orang - orang yang ada di istana walaupun Ia belum tahu tujuannya apa. Karena dari segi kepentingan, orang yang paling penting di sisi Nizam ada banyak di atas Maya. Jadi kalau hendak menekan Nizam minimal orang  yang diculik itu adalah Alena, Cynthia, Pangeran Thalal, Arani atau suaminya Arani. Dan bukanlah Maya yang hanya sekedar bekas asisten Pangeran Husen.      

Itulah sebabnya saat ini Amar tidak mengerti mengapa Maya sampai bisa diculik. Dan apa motifnya. Maya bukanlah wanita biasa, Ia adalah asisten pangeran. Untuk menjadi asisten seorang pangeran tidaklah mudah. Mereka harus bisa ilmu bela diri dengan tingkat tinggi walaupun tidak mahir.      

Jadi sebenarnya menculik Maya terlalu beresiko tetapi mereka kelihatan bersungguh - sungguh dengan memberikan penjagaan yang sangat ketat. Amar melirik ke arah Maya yang terlihat sangat lelah dan  tertekan. Mulut yang biasanya cerewet itu sekarang diam.     

Amar yang biasanya terkadang suka kesal kalau Maya sudah mengomel hanya bisa diam. Terus terang Ia jadi kehilangan sosok Maya yang judes, galak dan cerewet. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut mungil itu.     

Maya kali ini benar - benar terdiam dan tidak bertanya walaupun Ia dibawa ke sebuah apartemen yang Ia tidak tahu. Penjaga apartemen itu melihat Amar membawa seorang wanita. Setahunya Amar belum menikah dan tidak pernah ada seorang wanitapun yang Amar bawa ke apartemen. Jangankan wanita, laki - laki saja sangat jarang. Jadi ketika Ia melihat Amar menuntun seorang wanita penjaga itu lalu tersenyum dan menganggukan kepalanya.     

Amar tidak ingin menjelaskan siapa Maya dan apa posisinya kepada penjaga itu mengingat di apatemen, privacy sangat di jaga. Apalagi penjaga itu tahu kalau Amar adalah seorang jendral jadi dia hanya menutup mulutnya dan mencoba berpikir positif tentang wanita yang dibawanya.     

Wanita itu terlihat sangat lusuh dengan gaun yang acak - acak dan rambut berantakan. Kulitnya sangat putih tetapi ada banyak debu dan jejak air mata. Penjaga itu yang tadinya berusaha berpikir positif jadi goyah. Ia bahkan mulai berhayal kalau wanita itu adalah mata - mata sial yang tertangkap oleh Jendral Amar. Dan mungkin sebentar lagi wanita itu akan di bunuh oleh Jendral Amar. Penjaga itu lalu menggedikkan bahunya sambil mengusap wajahnya.     

Amar menekan kode kunci di depan pintu ruang apartemennya. Lalu  mempersilahkan Maya untuk masuk. Begitu masuk Maya langsung terduduk lemas di sebuah sofa. Amar segera mengambilkan segelas air putih dan tanpa banyak bicara Maya segera menegukknya sampai habis.     

Amar mau duduk di depan Maya ketika Maya malah berkata, "Apakah ada yang bisa Aku makan? Aku sangat lapar" Kata Maya membuat Amar hampir terpelanting jatuh karena kaget. Ia tidak mengira kalau kalimat yang diucapkan Maya adalah meminta makan.     

Amar segera berdiri dan menganggukan kepalanya. Dengan gerakan yang sangat cepat. Amar mengeluarkan buah - buahan dari dalam kulkas. Beberapa buah roti dari dalam freezer dan daging asap.      

Walaupun Amar jarang ada di apartemennya tetapi seminggu sekali Ia rutin datang dan membersihkan apartemennya sendiri. Apartemen ini penting sebagai tempat untuk melarikan diri dari hiruk pikuk istana yang terkadang membuatnya lelah.     

Amar menyimpan tempat buah - buahan yang diatasnya sudah terdapat buah apel dan anggur. Ia juga menyimpan kurma dan kismis yang masih dalam kotaknya ke hadapan Maya. Amar membuatkan kopi panas full dengan creamer. Maya mengucapkan terima kasih sambil meminum kopi itu sedikit demi sedikit. Ia mengambil sebuah kurma dan memakannya dengan lahap.     

Maya tidak perduli kepada Amar yang kemudian menyiapkan roti dengan cara memanggangnya di dalam open sebelum kemudian Ia melapisinya dengan daging asap yang sudah Ia panggan juga. Ada beberapa keju khas Azura, mentega dan telur mata sapi yang disajikan dengan roti. Yogurt dengan taburan bumbu juga Amar siapkan.     

Selama di sandera, Maya tidak dapat makan dengan benar. Ia tidak berselera dan selalu ketakutan. Ia merasa terintimidasi dengan tatapan mata jalang para penjaga yang kerap kali mencuri pandang ke arahnya. Walaupun Ia tidak pernah mendapatkan perlakukan kurang ajar seperti pelecehan seksual tetapi melihat tatapan para penjaga yang seperti menelanjanginya mampu membuat Maya ketakutan.      

Orang yang ketakutan tidak akan pernah bisa makan dengan tenang. Ia bisa berkelahi tetapi jika dari awal posisinya sudah berada di posisi yang kalah karena Ia dibokong dari belakang dan dijaga ketat dengan banyak penjaga bersenjata tentu saja Ia jadi tidak berdaya.     

Amar duduk memperhatikan Maya yang memakan roti dengan sangat cepat. Saking laparnya Maya sudah lupa dengan tatakrama cara makan. Ia menjejalkan banyak makanan ke dalam mulutnya hingga hampir tersedak. Amar segera mengambilkan air minum.     

"Pelan - pelan.. jadinya tersedak" kata Amar dengan lembut sambil mengusap punggung Maya. Maya malah meneteskan air mata sambil kembali memakan rotinya. Air matanya meluncur satu persatu membasahi pipinya. Amar menjadi salah tingkah melihat Maya malah menangis. Ia melihat Maya menghapus pipinya menggunakan punggung tangannya.     

Amar segera menyodorkan tisu yang diambilnya dari kotak tisu. Ia mengira Maya tersinggung dengan ucapannya sehingga Ia kemudian meminta maaf, "Maafkan Aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu" Kata Amar perlahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.