CINTA SEORANG PANGERAN

Amar Menyerah



Amar Menyerah

0Di sebuah kamar, di ranjang yang besar. Maya tampak duduk dengan tangan dan kaki terikat serta mulut di sumpal kain. Ia sudah beberapa hari ditahan dan hanya dijinkan untuk makan dan ke kamar mandi. Ia dijaga oleh seorang pelayan wanita dan seorang laki - laki yang wajahnya ditutup oleh masker.      
0

Setiap kali kain penyumpal mulutnya di lepas,  Maya pasti mengumpat dan mencaci maki tetapi tidak ada yang berani menanggapinya. Walaupun Ia bisa ilmu bela diri tetapi tangan dan kakinya selalu terikat sehingga Ia tidak berdaya. Ia bahkan tidak tahu berada di mana. Ia tidak pernah keluar dari kamar itu.     

Suasana tampak mencekam dan Maya merasa kalau mungkin suatu hari nanti Ia akan dibunuh. Maya menyimpan rahasia besar sehingga Ia kemudian diculik dan di bawa ke tempat ini. Kejadiannya begitu cepat sehingga Ia tidak sempat untuk melawan dan meminta tolong.     

Maya sempat memberontak ketika Ia di bawa ke tempat ini tetapi tekuknya dipukul dengan keras oleh orang yang berada di belakangnya. Terus terang, saat ini Maya sedang ketakutan. Walau bagaimanapun Dia adalah wanita biasa yang punya rasa takut juga. Bagaimana kalau Ia sampai disiksa dulu lalu dibunuh. Atau yang terparah bagaimana kalau Ia diperkosa dulu sebelum di bunuh.     

Maya jadi ketakutan, Dan Ia menangis berhari - hari. Ia bukan Arani yang tidak memiliki rasa takut dan rasa sakit. Kemampuan berkelahinya juga hanya standar dan tidak sesakti Arani. Maya hanya mahir mengomel dan mencaci maki.      

Pelayan dan penjaganya tidak selamanya berada di kamar. Ia akan mengecek setiap satu jam sekali memastikan Maya baik - baik saja dan mendapat asupan makanan yang cukup. Tadinya Maya tidak bersedia untuk makan tetapi kemudian Ia sadar kalau Ia tidak makan maka Ia akan kehilangan kekuatan. Semangat untuk hidupnya bangkit ketika Ia harus menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Alena dan Nizam.     

Maya menatap ke arah pintu kamar dan berharap ada seseorang yang datang untuk menyelamatkannya. Tetapi pintu itu selalu tertutup dan kalaupun ada yang datang hanya orang - orang yang akan memberikannya makanan atau menawarkan apa Ia akan ke kamar mandi.     

Maya lalu mendengar ada banyak langkah kaki berlalu lalang di depan kamarnya. Bahkan ada teriakan yang mengatakan kalau ada musuh yang menyusup masuk. Kepala Maya jadi tegak mendengarnya. Harapannya kembali muncul dan musuh yang menyusup masuk itu akan menyelamatkannya. Bukankah musuh dari musuh kita adalah teman bagi kita.     

Maya berharap kalau Amar atau Arani atau Nizam atau Alena menyadari ketiadaannya dan segera mencarinya. Bukankah Ia adalah asisten Alena sehingga Alena akan mencarinya juga. Ia sudah sangat ketakutan dan tersiksa di tahan seperti ini. Dan selalu merasa nyawanya sudah sampai ke leher.     

Tiba - tiba Maya mendengar perkelahian terjadi di luar. Walaupun gerakannya tidak terlalu terdengar tetapi Maya yakin ada beberapa yang jatuh. Maya lalu tersentak ketika ada beberapa orang masuk kemudian menariknya untuk turun dari tempat tidur. Maya memberontak tetapi kemudian Ia di tempeli pistol di pelipisnya.     

"Kau diam kalau masih ingin selamat" Kata orang itu sambil menekankan ujung pistolnya. Maya yang merasakan dinginnya moncong senjata di pelipisnya langsung diam.     

"Ada Jendral Amar yang datang. Sial ! Ia membunuh banyak orang - orang kami. Kami sengaja tidak membunuhmu karena ingin menyandera dirimu. tapi seseorang dari kami mengkhianati kami sehingga Jendral sialan itu keburu datang." Kata orang itu sambil mendorong Maya untuk berjalan keluar. Maya hanya gemetar ketakutan dan tidak dapat bersuara sedikitpun.     

Rambutnya yang panjang itu acak - acakan dengan pakaian yang sudah sangat lusuh. Bahkan Ia masih mengenakan gaun yang tadinya Ia pakai untuk menyambut kedatangan Pangeran Abbash. Ia belum sempat bertemu pangeran tampan itu sudah keburu tertimpa masalah.     

Hati Maya berdetak dengan kencang ketika mendengar Amar datang mencarinya. Air matanya tiba -tiba  meleleh merasakan bahwa saat ini Ia begitu ingin bertemu Amar. Seakan nyawanya bergantung kepada keahlian Amar di dalam menaklukan orang - orang yang menculiknya.     

Suara letusan pistol dan teriakan orang - orang mulai terdengar jelas. Maya berjalan dari lorong ke lorong. Maya dapat melihat dengan jelas kalau tempat ini sebuah hotel yang suram. Ketika Ia datang di bawa ke hotel ini dalam keadaan pingsan karena pukulan sekarang Ia di bawa keluar dan keadaan sadar.     

Maya berjalan dengan lemas dan kaku karena selama ini kakinya terikat dan sekarang ikatannya di lepas agar Ia bisa berjalan sendiri. Maya kemudian melihat sosok tubuh yang sedang menghajar orang - orang dengan sangat cepat. Dan ada sebuah tubuh yang melayang ke arahnya. Maya tampak sangat terkejut dan orang yang dibelakangnya kemudian menendang tubuh itu agar menjauh dari Maya.     

"Jendral Amar! Hentikan kalau kau tidak ingin Nona Maya mati sekarang juga" Kata orang yang menyandera Maya. Amar langsung tersadar kalau Maya sudah ada di hadapannya. Ia tadi kesulitan mencari kamar tempat Maya di tahan. Ada begitu banyak lorong di hotel ini dan kamar - kamar yang ada bahkan tidak memilki urutan nomor yang teratur. Ada banyak tangga juga dengan penerangan yang remang - remang.     

Akibatnya Amar tidak bisa mengendap - ngendap lagi. Untuk mempercepat Ia menemukan Maya, Amar melakukan banyak pembantaian. Ia membunuh siapa saja yang berpapasan dengannya. Ia juga menembak orang - orang dengan senjatanya.     

Amar tampak tercekat melihat Maya di sandera mereka. Bayangan masa lalunya langsung bermain di benaknya. Wajah Amar seketika pucat melihat wajah Maya yang berubah menjadi Zarina. Dan Ia langsung mengigigil mengingat bagaimana Zarina mati saat disandera seperti ini. Amar mengangkat kedua tangannya dan berkata dengan memelas.     

"Jangan.. jangan bunuh! Aku mohon! Tukar dia dengan diriku. Bunuhlah Aku dan berjanjilah kau akan melepaskan May" Kata Amar sambil berlutut di depan Maya dan orang yang menyanderanya.     

Maya melotot melihat Amar malah berlutut. Ini sangat diluar dugaan. Ia pikir Amar akan menerjang orang yang ada dibelakangnya dan menyelamatkannya. Tetapi Ia melihat Amar malah berlutut dan menyimpan pistolnya di depan lututnya. Pengecut macam apa ini? Maya mengomel - ngomel tetapi mulutnya tersumpal sehingga Ia hanya bisa bersuara uh..uh saja.     

Orang yang menyandera Maya juga tampak kaget dengan tingkah Amar. Ia tidak mengira Amar akan langsung menyerah seperti itu. Ini sangat luar biasa. Ia bisa membunuh Amar sekaligus Maya dalam sekali waktu. Tuannya pasti akan senang Ia dapat memukul dua lalat dalam sekali pukulan. Ternyata Amar tidak segarang yang dibicarakan orang - orang. Amar dengan tololnya berlutut dan menyimpan senjatanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.