CINTA SEORANG PANGERAN

Taman Belakang Yang Seram



Taman Belakang Yang Seram

0Maya terkesiap melihat kelakuan bodoh Amar. Bagaimana bisa Ia berlutut dan menyimpan senjatanya di lantai. Apa Ia ingin mati konyol? Maya jadi panik, Ia sangat berharap Amar akan membebaskannya tetapi sekarang Ia melihat Amar malah berlutut dan sangat pasrah.     
0

"Aku memohon dengan nyawaku sendiri. Bebaskan Maya, biarkan Aku yang mati" Kata Amar sambil menundukkan kepalanya. Bayangan Zarina yang tewas di depan matanya terus terbayang di kelopak matanya. Amar langsung tertekan, Ia tidak bisa berlari dari perasaan bersalahnya karena tidak bisa menyelamatkan Zarina dari Imran. Jika sampai Maya sekarang mati lagi karena Ia tidak bisa menyelamatkannya maka Ia tidak akan bisa hidup lagi.      

Jadi daripada Ia harus melihat Maya mati lagi seperti matinya Zarina maka Amar lebih memilih dia yang mati. Amar kemudian menengadahkan mukanya dan Ia melihat Maya yang menatapnya dengan buas. Amar tahu Maya sangat marah. Padahal tadi Maya sangat ketakutan tetapi setelah melihat Amar yang berlutut ketakutan berubah  menjadi kemarahan yang sangat besar.     

Bagi Maya sangat tidak layak seorang jendral besar seperti Amar bertekuk lutut seperti itu. Seharusnya seorang jendral harus bertempur sampai mati daripada menyerah seperti seorang pengecut. Ia tidak keberatan untuk mati jika sudah melawan mati - matian. Maka ketika tangan pria di yang menyanderanya itu terangkat akan menembak Amar, Maya menjadi sangat kalap dan keberaniannya muncul secara tiba - tiba. Maya lalu mengangkat kaki kanannya kemudian dengan kecepatan penuh Ia menginjak kaki orang yang di belakangnya.      

Maya mungkin tidak bisa berkelahi seperti Arani atau Amar tetapi Ia tetapi memiliki ilmu bela diri yang tidak rendah untuk setaraf tingkatan wanita. Jadi ketika Ia menginjak kaki orang yang menyanderanya, Maya mengeluarkan kekuatan sepenuh tenaga. Sehingga orang itu langsung berteriak kesakitan. Maya lalu berbalik dan menendang perut itu hingga orang itu tersungkur seketika.     

Sungguh orang itu tidak mengira kalau Maya akan melakukan hal itu karena konsentrasinya terfokus kepada Amar. Kejadiannya begitu cepat, wanita yang selama ini Ia anggap lemah karena memang tidak berdaya berubah menjadi monster karena amarahnya kepada Amar.     

Amar sangat terkejut melihat tindakan Maya, Ia serta merta bangkit dan mengambil pistolnya. Tindakan pertamanya adalah Ia langsung berlari ke arah Maya, mencekal tangannya dan menariknya untuk kemudian menyembunyikan tubuh Maya dibelakang tubuhnya.     

Amar melihat orang yang ditendang Maya berusaha untuk bangkit tetapi tentu saja Ia tidak akan pernah bangkit selamanya karena pistol ditangan Amar sudah bersuara keras. hanya satu kali tembakan maka kepala orang itu pecah berhamburan. Maya memekik kuat walaupun yang keluar hanyalah suara ah uh saja. Amar menarik tangan Maya dan mengajaknya berjalan.     

Tetapi Maya malah berontak dan tidak mau berjalan, Amar menjadi mengerutkan keningnya. Pertarungan ini masih belum berakhir walaupun Amar sudah banyak membunuh orang tetapi situasinya masih belum pasti apakah semua orang sudah mati.     

"Ada apa? Ayo kita keluar dulu, ini masih berbahaya." Kata Amar sambil melihat ke kiri dan ke kanan dengan sikap yang sangat waspada. Maya lalu memberikan isyarat agar Amar membuka penutup mulut dan pengikat tangannya. Tetapi Amar malah mengerucutkan bibirnya. Ia bukannya tidak ingin melepaskan penutup mulut Maya tetapi Ia tahu pasti kalau sampai mulut Maya bebas dari penutup maka Ia akan habis diomelinya dan itu akan membuat Ia tidak bisa konsentrasi lagi.     

Amar juga tidak ingin membuka ikatan tangan Maya karena kalau terlepas sama sja dengan membuka penutup mulut Maya. "Ah.. uh.. ah.. uh... " Maya menggelengkan kepalanya. Ia ingin Amar melepaskan penutup mulutnya. Matanya melotot dengan geram, mukanya memerah menahan marah. Amar langsung terbatuk kecil melihat api kemarahan yang terpancar di mata Maya seakan ingin menghanguskan semua tubuhnya.     

Tetapi baru saja Amar akan berbicara, Ia mendengar langkah kaki mendekat. Amar seketika menarik tangan Maya dan memanggul maya dibahunya. Maya sangat terkejut karena  tindakan Amar. Rambut panjangnya terurai ke bawah ketika Amar berlari sambil memanggul tubuhnya. Maya tidak memberontak lagi karena tahu kalau Ia memberontak Amar maka Amar akan kesulitan bergerak.      

Amar benar - benar bergerak sangat cepat. Ia melarikan diri dari musuhnya. Ia sama sekali tidak ingin bertempur dengan Maya ada di dekatnya. Target utamanya adalah menyelamatkan Maya terlebih dahulu baru menyelidiki kemudian. Baginya menyelamatkan Maya adalah lebih penting dari segalanya. Jadi Amar berlari sambil memanggul Maya.     

Orang - orang yang mengejarnya tampak berlari mengejar Amar sambil menembakkan senjatanya. Tetapi Amar lebih cepat gerakannya. Ia sama sekali tidak membalas tembakan itu walaupun ditangannya terdapat senjata karena membalas tembakan berarti akan memperlambat gerakan.     

Amar lebih memilih berlari cepat menyulusup ke dalam taman yang rimbun. Ada banyak patung - patung manusia ditaman itu yang menambah seram keadaan taman. Patung - patung itu tampak kurang terawat dan terlihat sangat menakutkan apalagi di malam hari. Untungnya Maya tidak dapat melihat betapa mengerikan suasana taman di belakang hotel itu.      

Walaupun tampak sangat menakutkan tetapi bagi Amar, patung - patung itu malah menguntungkan baginya. Banyak tembakan jarak jauh yang meleset dan hanya mengenai patung. Amar menyeringai ketika Ia sudah berada di dekat tembok pembatas hotel dengan jalan raya. Ia juga melihat orang - orang itu tidak ada mengejarnya masuk ke dalam taman belakang. Mereka malah berdiri di koridor dan menembaki Amar dari jarak jauh. Amar merasa sudah sangat aman ketika kemudian Ia tertegun     

Ketika Amar akan meloncati dinding itu tiba - tiba Amar melihat bayangan - bayangan makhluk gaib yang sengaja menampakkan mata. Ia juga mendengar suara tawa dan derap kaki yang berlarian. Amar melihat ke arah belakang. Orang - orang yang mengejarnya sudah tidak ada tetapi suara derap kaki malah terdengar semakin keras. Suara anjing terdengar melolong dan Amar seketika menyadari kalau hotel ini memang benar ada penunggunya.     

Amar juga melihat dinding yang depannya sekarang menghilang. Ada banyak bayangan kabut dan pohon yang menjadi penghalang. Amar mencoba menerobos masuk tetapi kabut itu malah semakin tebal. Amar yakin kalau dinding itu tadi tepat ada di depannya. Amar langsung menghela nafas.      

Rupanya makhluk ghaib yang membuat seram hotel berada di taman ini. Patung - patung yang dibuat oleh pemilik hotel rupanya bermasalah dan malah mendatangkan banyak arwah dan makhluk ghaib terperangkap di dalam patung itu. Amar tidak akan dapat keluar dari taman ini sampai Ia bisa menyelesaikan makhluk yang mengganggunya. Pantas saja orang - orang itu tidak ada yang berani mengejarnya sampai ke taman. Rupanya mereka tahu kalau taman belakang ini memang berhantu.     

Amar lalu berkata perlahan, "Aku tidak takut kepada kalian, kita sama - sama makhluk Tuhan. Aku tidak mengganggu kalian dan Aku juga tidak ingin kalian ganggu. Aku minta maaf jika tempat kalian sudah terjamah olehku. Aku menginjak tempat ini karena terpaksa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.