CINTA SEORANG PANGERAN

Sihir Alena



Sihir Alena

0" Mengapa Kau tidak bisa menunda pertemuan dari para tetua? Tidak bisakah kita menundanya sampai kalung yang hilang itu ketemu?" Kata Ratu Sabrina dengan wajah muram dan gundah. Ia tidak bisa membayangkan kalau sampai para tetua tahu kalung itu benar - benar hilang dan berada di Pangeran Abbash. Maka habislah riwayat dari Alena. Dan kalau sampai Alena terusir dari istana. Ratu Sabrina yakin Nizam akan pergi juga dari istana ini.     
0

"Bagaimana mungkin Aku bisa menundanya?" Kata Perdana Mentri Salman sambil duduk di kursi lalu meminum kopinya dengan wajah sangat tenang dan santai. Bahkan sinar matanya tampak bersinar penuh dengan kebahagiaan.     

"Kau kan menguasai parlemen. Aku yakin kau bisa menundanya. Kau jangan menutup mata. ini menyangkut nasib anakku" Kata Ratu Sabrina sedikit berang melihat Perdana Mentri Salman yang malah tampak sangat santai.     

"Kau kan tahu, kalau besok pertemuan para tetua dan bukannya pertemuan Parlemen. Para tetua itu tidak akan bisa dipengaruhi oleh siapapun, apalagi aku hanya orang luar" Kata Perdana Mentri Salman sambil kembali meminum kopinya.     

Ratu Sabrina semakin marah mendengar perkataan Perdana Mentri Salman, "Tetapi setidaknya kau harus mencari cara untuk mencegah kasus kalung itu dibahas diantara para tetua?"     

"Lah.. lantas Aku harus bagaimana? Sabrinaku yang cantik" Kata Perdana Menteri Salman malah memegang tangan Ratu Sabrina dan menariknya hingga Ratu Sabrina terjatuh ke pangkuan Perdana Menteri Salman.     

Tapi Ratu Sabrina segera memberontak dan berusaha bangkit dari pangkuan Perdana Menteri Salman. Mukanya tetap terlihat gelap karena amarah,     

"Berani benar kau bertindak kurang ajar" Katanya sambil melepaskan tangan Perdana menteri Salman.     

Perdana Mentri Salman langsung menjadi tegang. Ratu Sabrina biasanya sangat penurut tetapi sekarang hanya karena wanita rendahan itu, dia berubah sebagaimana berubahnya Nizam. Kebencian Perdana Menteri Salman kepada Alena semakin menjadi - jadi.     

Dimatanya Alena yang lugu itu tidak ubahnya duri dalam daging yang harus Ia singkirkan karena akan menjadi penghalang kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan Putrinya. Bahkan Perdana menteri Salman mengira kalau Alena hanyalah wanita munafik yang berpura - pura lugu untuk menjerat Nizam, putra mahkota mereka.     

"Mengapa kau jadi seperti ini. Apa pentingnya wanita itu?" Kata Perdana menteri Salman sambil menegakkan badannya.      

"Aku sudah berbicara berkali - kali. kalau Aku mengkhawatirkan anakku. Aku hanya tidak ingin anakku pergi dari istana ini."     

"Mengapa kau memandang rendah anakmu sendiri. Aku yakin kalau Alena tidak ada maka keruwetan ini tidak akan pernah terjadi di Azura. Dan lagi pula kalau perselingkuhan itu terbukti kemungkinan Alena tidak akan di bunuh karena dia bukanlah warga negara kita. Dia hanya akan dikembalikan ke negaranya" Kata Perdana Mentri Salman     

"Ya.. dan jika sampai Putri Alena kembali ke negaranya maka anakku juga akan pergi mengikutinya. Lalu aku akan kehilangan anakku. Aku harus bagaimana? Kau tahu sekarang kedudukanku tidak sekuat dulu lagi. Ratu Zenita sekarang sudah berani menemani Yang Mulia Baginda Raja Walid. Dan Aku tidak bisa masuk ke dalam istana yang Mulia. Nizam melarangku. Dia mulai membenciku karena Aku mencintaimu."     

Perdana Mentri Salman berdiri dan mendekati Ratu Sabrina yang sedang berdiri di hadapannya. Ia lalu merangkul Ratu Sabrina dan membenamkan wajah Ratu Sabrina ke dadanya, mengusap kepalanya. Ratu Sabrina kali ini tidak memberontak. Ia malah menangis di dada Perdana Menteri Salman dengan sedihnya.     

"Kau jangan takut! Semua akan baik - baik saja. Aku berjanji. Anakmu tidak akan meninggalkan istana ini. Hanya wanita itu yang akan pergi. Aku harap kau tidak benar  - benar menyukai wanita itu. Aku dapat melihat kalau sebenarnya wanita itu tidak selugu yang kita perkirakan. Dia sebenarnya wanita yang sangat pintar."     

"Apa maksudmu, dengan wanita yang sangat pintar. Dia memang terkadang sangat pintar tetapi juga sangat lugu" Kata Ratu Sabrina sambil menghapus air matanya. Perdana menteri Salman lalu mengajaknya untuk duduk.     

"Tidak sayangku, dia tidak seperti itu. Aku pikir bahkan dia lebih pintar dari Yang Mulia Pangeran Nizam dan Putri Cynthia"     

"Tidak ! itu tidak mungkin. Anakku adalah orang yang paling pintar"     

"Kalau saja Yang Mulia Pangeran Nizam pintar, Yang Mulia tentu tidak akan memilih putri Alena yang jelas - jelas tidak bisa memberikan apa - apa selain semua kerumitan ini. Yang Mulia begitu mudah tergoda oleh Putri yang bahkan kecantikannya tidak lebih cantik dari anakku.     

Bukankah kita tahu bagaimana Yang Mulia Pangeran Nizam selama ini. Dia adalah pria yang penuh dengan Visi, Yang Mulia sangat memperhatikan kerajaannya. Yang Mulia tidak akan pernah menduakan kepentingan rakyat untuk yang lain.     

Selama ini juga, Yang Mulia sangat memperhatikan anakku. Dia mungkin tidak mencintai anakku tetapi Dia terlihat sangat menyayangi Putri Rheina. Tetapi sekarang semua berubah sejak kedatangan wanita itu.     

Jadi menurutku, Jika Kau masih mencintai anakmu, maka biarkan wanita itu pergi dari kerajaan kita. Dan kita harus mengembalikan kedamaian di dalam harem."     

"Anakku akan menderita jika Alena tidak ada. Ia akan pergi mengikuti Alena kemanapun dia pergi"     

"Tidak akan, Kau percayalah kepadaku. Sekarang hapus air matamu. Aku tidak tahan melihat air matamu. Kita sudah menderita cukup lama agar bisa bersatu. Jadi bersabarlah sebentar lagi.      

Terus terang Aku senang, Yang Mulia Pangeran Nizam melarangmu menemui ayahnya. Biarkan Ratu Zenita yang mengurusnya atau Ratu yang lain. Kau tahu Aku sangat cemburu jika membayangkan kau ada dipelukan Yang Mulia"     

"Apakah kau yakin kalau anakku tidak akan pergi meninggalkan Aku?" Kata Ratu Sabrina.     

"Aku berjanji kepadamu. Percayalah. Sekarang kau jangan pernah membicarakan tentang Alena lagi dihadapanku. Aku sangat muak mendengar namanya"     

Ratu Sabrina terdiam tetapi kemudian dia menganggukan kepalanya,     

"Semoga Putri Rheina dapat menggantikan Putri Alena. Dia juga sangat menderita karena anakku tidak memperdulikannya walaupun sekarang, ada perubahan yang menggembirakan. Agaknya anakku sudah mulai dapat menerimakan kehadiran Putri Rheina" Kata Ratu Sabrina sambil mengingat kalau Putri Rheina sekarang ada di istana Nizam bersama Alena.     

"Ya.. dan Aku harap anakku akan tetap teguh dengan cintanya kepada Pangeran Nizam dan tidak pernah mengalah terhadap wanita itu. Karena kalau aku perhatikan sekarang, sikapnya mulai melunak kepada Putri Alena.      

Setiap Aku membicarakan kejelekan Putri Alena, anakku terus membelanya. Aku benar - benar tidak mengerti, sihir apa yang sebenarnya dia gunakan hingga mampu meluluhkan hati semua orang?     

Apa mungkin dia menggunakan ilmu ghaib dari negaranya? Dia menyihir pandangan semua orang untuk menguasai kerajaan?" Kata Perdana mentri Salman sambil menerawang. Ia sangat tidak mengerti dengan pesona Alena. Putrinya sendiri sudah berani membantahnya hanya karena Ia mengatakan kalau Alena seharusnya tidak ada di Azura.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.